15: Janji |S2 (Revisi)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Happy reading

***

[Name] memacu kudanya ketika Erwin menyerukan perintah untuk maju. Sesuai strategi dan dugaan, mereka semua akan menuju hutan raksasa yang berada di dalam dinding Maria. Tebakan Hange, Reiner dan Berthold akan beristirahat di hutan raksasa yang pernah menjadi tempat untuk penangkapan Female titan.

[Name] dengan wajah seriusnya memacu kuda beriringan bersama sederet prajurit. Di dalam dirinya, masih ada sebuah rasa tidak percaya ketika mengetahui fakta bahwa Reiner, Berthold dan juga Annie adalah musuh yang menyebabkan banyaknya orang yang tewas begitu saja.

Rahang [Name] mengeras bersamaan dengan tatapannya yang menajam. Matanya berkelibat memperlihatkan kebencian. Jika saja 5 tahun yang lalu tidak terjadi, pasti kehidupan [Name] tidak seperti ini. [Name] pasti bisa menjalani kehidupan normalnya tanpa harus menjadi salah satu dari pasukan gila ini.

Untuk misi penyelamatan Eren kali ini pun juga melibatkan sebagian anggota Polisi Militer dan Pasukan Penjaga. Eren harus benar-benar diselamatkan karena pemuda tersebut adalah harapan umat manusia di dalam dinding.

"Lagi dan lagi dari Polisi Militer."

[Name] melirik melalui ekor matanya ketika salah satu prajurit senior berujar. Titan-titan terus menghalangi prajurit yang berusaha berlalu. Kebanyakan dari Polisi Militerlah yang berhasil gugur di makan titan.

[Name] lebih memilih mengabaikan mereka semua dan fokus pada tujuannya. Mungkin jika Ellie melihat hal ini, gadis itu akan menyelamatkan orang-orang yang kesusahan, tetapi, berbeda dengan [Name]. Meski secara perlahan rasa kemanusiaan di dalam diri [Name] sudah tumbuh, tetapi, untuk kali ini harus benar-benar ada pengorbanan. Dan untuk pengorbanan mereka semua [Name] berjanji tidak akan membuat pengorbanan mereka sia-sia.

Setelah memasuki hutan, [Name] berpindah posisi pacuan. Ia bergabung bersama teman-temannya dan dari jauh [Name] melihat ledakan dengan sambaran petir. Sepertinya Reiner atau Berthold telah berubah menjadi titan ketika menyadari bahwa Pasukan Pengintai mengejar mereka semua.

[Name] menambah laju kecepatan titannya dan ketika melihat titan Ymir yang bergelantungan di pohon, dengan segera [Name] dan Connie menghampirinya dengan menggunakan 3DMG-nya.

[Name] dan Connie mendarat di atas kepala titan Ymir. "Hei, Ymir, kenapa kau hanya berdiam diri?" [Name] bertanya. Namun, tidak direspon sama sekali oleh Ymir.

Sementara Connie, pemuda itu terlihat beberapa kali memanggil Ymir, tetapi, tidak ada sahutan sama sekali atau pun respon. Membuat pemuda botak itu kesal dan menghentakkan kakinya ke kepala titan Ymir. "HEI! JAWAB AKU!"

Lalu dari kejauhan [Name] melihat Crista terbang menggunakan 3DMG-nya untuk menghampiri titan Ymir. Namun, hal mengejutkan terjadi ketika Ymir membuka mulutnya dan memakan Crista.

[Name] dan Connie dengan sigap pergi dari atas kepala titan Ymir ketika titan Ymir melompat pergi. [Name] bersama Connie kembali ke kuda mereka masing-masing dan kembali ke barisan teman-teman mereka.

"[Name], apa yang terjadi?!" Jean yang baru saja melihat titan Ymir pergi bertanya.

[Name] menatap Jean. "Ymir memakan Crista! Sepertinya dia berada di pihak Reiner dan Berthold."

Semua teman-temannya terkejut ketika mendengar perkataannya tersebut.

Setelah melewati hutan raksasa, [Name] melihat hamparan rumput luas yang sangat minim dengan pohon atau bangunan untuk bertarung menggunakan 3DMG.

Terlihat beberapa titan mulai menghampiri prajurit yang berjuang bersama-sama. [Name] menambah laju pacuan kudanya, begitu juga dengan yang lain.

Ketika [Name] dan yang lain sudah dekat dengan titan Reiner, dengan segera [Name] menarik 3DGM-nya. Yang lainnya pun melakukan hal yang sama.

[Name] mendarat tepat di pundak titan Reiner, ia berpegangan pada rambut titan Reiner dan melihat Mikasa yang melotot ke cela tangan titan Reiner yang melindungi Berthold dan Eren di dalamnya. Connie berusaha berbicara dengan Berthold dan Reiner.

"Oi, Berthold! Kita bisa membicarakan ini sebelumnya!" Connie berseru. "Kau pasti bercanda kan! Kita ini teman! Tapi, satu hal bodoh yang baru kusadari. Selama ini aku tidur di dekat musuhku sendiri! Oi, Berthold, Reiner! Kenapa kalian brengsek sekali?!" Connie bertanya, membuat suasana semakin terasa bercampur aduk.

Pertemanan yang mereka bangun pada akhirnya kandas karena pengkhianatan.

"Kenapa kalian semua melakukan ini?!" Jean bertanya, membuat [Name] semakin merasa ironis.

3 tahun mereka habiskan bersama di pelatihan. Banyak hal yang mereka lalui bersama dan Reiner serta Berthold telah mengkhianati mereka.

"Berthold, sore itu aku bercerita tentang Colosal titan kepadamu. Bagaimana dampak yang aku terima karena insiden tersebut. Tanpa aku sadari, aku bercerita dengan Colosal titan tersebut. Aku ... benar-benar tidak menduga kalau kaulah Colosal titan tersebut. Kenapa kalian melakukan ini? Banyak nyawa yang tewas karena kalian badebah!" [Name] bersuara, membuat teman-temannya menaruh perhatian kepadanya.

"Kalian semua harus mati! Itulah yang harus kulakukan!" Berthold dari dalam menyahut. Membuat [Name] membelakkan kedua matanya.

"Tapi kenapa?!" Jean bertanya. Membuat suasana semakin keruh.

Pada akhirnya [Name] bersama Mikasa berusaha membuat tangan titan Reiner terlepas dan ketika mereka berdua berhasil membuat tangan Reiner terlepas, terlihatlah Berthold yang mengikat Eren di pundaknya. Sejenak Armin memprovokasi Berthold tentang perasaannya terhadap Annie dan hal tersebut berhasil mengalihkan perhatian Berthold sehingga James memiliki kesempatan untuk menebas tali yang menghubungkan Berthold dan Eren.

Eren yang terlepas langsung di bawa James untuk pergi. Namun, ketika Mikasa hendak menyusul James, secara tiba-tiba tubuh Mikasa tertangkap oleh titan dan membuat Jean dengan sigap menyelamatkan Mikasa.

[Name] berdecih, bersiap-siap untuk menyerang Berthold, tetapi, Reiner dengan sigap melindungi Berthold dan tak lama titan-titan mulai mengerubungi mereka.

[Name] berdecih, kembali mendudukkan dirinya di atas kudanya dan pergi menjauh. Namun, dirinya terpisah dari James, Eren, Mikasa, Connie, Jean, dan Armin karena [Name] terpaksa menghadapi titan-titan yang berusaha memakan rekan-rekannya.

[Name] mengeluarkan semua kemampuan yang ia miliki. Gadis itu terbang menggunakan gas 3DMG-nya dan kedua matanya sempat melihat Erwin yang tangannya sudah tergigit oleh titan. Ketika [Name] hendak menyelamatkan pria tersebut, [Name] melihat Armin dan Jean berada di situasi terpojok.

Jean tidak sadarkan diri karena kepalanya yang terbentur dan Armin yang terus berusaha menghadang titan yang hendak memangsa mereka. [Name] mengurungkan niatnya dan berpacu menggunakan kudanya serta langsung menebas tekuk titan tersebut.

Dadanya memburu ketika melihat segala kekacauan. Sekarang di mana James, Mikasa, dan Eren? Untuk Connie, [Name] sudah bisa melihat jika pemuda itu baik-baik saja.

"Armin, apa kau melihat James atau Eren dan Mikasa?" [Name] bertanya sembari membantu Armin membawa Jean naik ke atas kuda milik Armin.

Armin menolehkan pandangannya dan kedua mata pemuda tersebut membelak ketika melihat titan Reiner hendak melempar seekor titan kelas 6 meter ke arah prajurit yang tengah berjuang. DJames ada diantara mereka.

"James di sana!"

[Name] dengan cepat menoleh. Bergeming, di sana ada James. Gadis itu dengan segera menaiki kudanya dan berpacu pada kecepatan yang sangat cepat. Kedua mata [Name] membelak ketika melihat tubuh titan yang Reiner lempar mengenai barisan James dan yang lain. Gadis itu semakin cepat memacu kudanya ketika melihat James terjatuh dari kudanya dan terguling.

Dengan dada yang berdegup dengan sangat kencang [Name] kembali menarik pelatuk 3DMG-nya untuk menghabisi titan yang mengerubungi James dan barisannya. [Name] berusaha meraih posisi James. Pemuda itu sudah terbaring dengan kepalanya yang kembali berdarah.

Dalam aksinya, perkataan Hange berbesit. James tidak boleh mengalami benturan di kepalanya lagi.

Sebisa mungkin [Name] menebas dan membunuh titan yang hendak memangsa James. Namun, rasanya hal tersebut tidak ada habisnya. Titan terus bermunculan membuat [Name] kembali berpikiran yang tidak-tidak.

"JAMES! BERTAHANLAH!" [Name] berteriak.

[Name] berdecak karena titan-titan yang terus berdatangan. Namun, tak lama semua titan tampak teralihkan perhatiannya. Titan-titan berlari menuju satu titik dan kesempatan tersebut [Name] manfaatkan untuk menghampiri James yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

Sejenak [Name] mengecek detak jantung kembarannya tersebut dan ketika dirinya masih mendengar jantung James berdetak dengan segera [Name] membawa James ke belakang punggungnya.

"Kau harus bertahan, James!"

[Name] berlari menghampiri kudanya dan memegang kedua tangan James yang sudah ia kalungkan di pinggangnya. Sementara tangan kanan [Name] memegang erat tali kekangngan kuda dan membiarkan kepala James yang berdarah bersandar di bahunya.

Hal yang sama kembali ia alami. Membawa James dalam kondisi kepala yang berdarah.

Pada akhirnya perintah untuk mundur terdengar. [Name] memacu kudanya sembari memperhatikan titan yang kini sudah berlari menghampiri titan Reiner dan [Name] juga melihat Ymir mengeluarkan Crista dari dalam mulutnya lalu pergi menghampiri Reiner.

Namun, [Name] mengabaikan mereka semua dan berfokus pada James yang membutuhkan pertolongan pertama. Langit sore pun sudah terlihat dengan jelas. Menandakan malam akan segera tiba.

***

[Name] sudah tiba di atas dinding Rose dan dengan segera meletakkan tubuh James untuk berbaring dan dengan segera memanggil tim medis yang sudah bersiap siaga. Usai perintah untuk mundur semua anggota Pasukan Pengintai, Polisi Militer, dan Pasukan Penjaga yang selamat mengamankan diri di atas dinding Rose.

[Name] memperhatikan James yang masih tak sadarkan diri dengan tatapan khawatirnya. Tangannya sudah menggenggam tangan James dengan erat, berharap James akan baik-baik saja.

"Apa dia akan baik-baik saja?!" [Name] bertanya dengan panik.

Salah satu tim medis yang tengah menangani James beralih menatap [Name]. "Benturan yang diterima olehnya sangat kuat dan kepala bagian belakangnya bocor."

[Name] membelakkan kedua matanya. Berbagai pikiran buruk mulai menghantui benaknya dan tak lama [Name] melihat Mikasa yang dibaringkan oleh Eren di atas tandu bersama Armin yang membaringkan Jean.

[Name] berdiri dari duduknya dan dengan segera menghampiri Mikasa. "Mikasa, kau tak apa?!"

Mikasa menatap [Name] dengan sayu dan menganguk kecil. Lalu tak lama datanglah beberapa anggota tim medis yang hendak mengobati Mikasa dan Jean.

Karena misi penyelamatan Eren tadi banyak memakan korban. Lantas [Name] menghela nafasnya dan kembali berdiri. Gadis itu berkacak pinggang, raut wajahnya terlihat berantakan dan frustasi dengan semua hal yang ia lalui. [Name] menatap lurus ke depan dengan rahangnya yang mengeras. Banyak kematian yang ia lihat barusan.

"[Name] ...."

[Name] spontan menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Ia melihat James membuka matanya dan dengan segera [Name] bertumpu pada kedua lututnya di sisi kanan James dan memegang tangan kanan pemuda tersebut dengan erat.

"James! Syukurlah kau bangun!" [Name] berujar dengan lega. Membuat Eren, Armin, dan Mikasa mengalihkan perhatian mereka pada mereka berdua. "Kupikir hal buruk akan terjadi padamu!"

James menatap [Name] dengan sayu. Pandangan pemuda itu sempat memburam dengan kepala yang terasa sangat sakit. Tangan James bergerak menyentuh wajah [Name] dan memegang dagu kembarannya tersebut.

"Maaf, maaf karena sudah membuatmu khawatir." Pemuda itu berkata dengan lirih dan sebuah senyuman tipis tergambar di wajahnya yang basah oleh darah.

"Bukan masalah! Yang terpenting saat ini kau sudah sadar dan setelah ini kau akan mendapatkan perawatan, kau bertahanlah!" ujar [Name] dengan menggebu-gebu bahkan tatapan mata gadis berwajah muram itu sudah berkaca-kaca ketika mendapati kembarannya masih sadarkan diri. Pertanda James baik-baik saja menurut [Name].

James tampak tersenyum. Rasa sakit di kepalanya semakin terasa menyiksa membuat James ingin menyerah untuk mempertahankan kesadarannya. Lantas pemuda itu menatap [Name] dengan hangat. "Kepalaku sangat sakit dan aku tidak kuat menahannya. Namun ... sebelum itu maafkan aku karena aku tidak bisa memenuhi janjiku kepadamu-"

Angin berhembus.

[Name] membelakkan kedua matanya terkejut ketika tangan James yang memegang wajahnya terjatuh begitu saja. [Name] menatap James dengan nanar ketika mendapati mata pemuda tersebut kembali tertutup.

Semua yang ada di sekitarnya terdiam, memperhatikan [Name] yang membelakkan kedua matanya ke arah James.

"James?" Tangan [Name] bergerak menyentuh wajah James, menepuk pelan untuk membangunkan pemuda tersebut. "James, bangunlah." Suaranya terdengar lirih.

Salah satu anggota tim medis langsung mengecek nadi James dan mendengarkan detak jantung pemuda tersebut. Namun, ketika tidak mendapatkan suara detak jantung sama sekali, orang tersebut menghela nafas dan berujar. "Dia telah meninggal dunia."

[Name] bergeming pada posisinya. Kedua matanya terlihat mengosong bersamaan dengan air mata yang turun secara perlahan melalui mata kirinya. [Name] membawa James ke atas pangkuannya. Memastikan detak jantung James dan telinganya tidak mendengarkan apapun dari dalam sana.

Kosong, tak ada detakan sama sekali. Benar-benar sunyi dan sepi.

"James, kumohon sadarlah ...." [Name] berujar lirih sembari menjauhkan kepalanya dari dada bidang James.

Gadis tersebut menggoyangkan tubuh James, berusaha membuat James bangun dan sadar. Namun, tidak membuahkan hasil sama sekali.

"James, bangunlah ...."

"James, kumohon bangun ...."

"James, kau pasti bercanda kan? Kumohon bangunlah ....."

"James, kau sudah berjanji untuk menemaniku mencari ayah kita kan? Bahkan kau mengatakan sendiri jika kau bertemu dengan ayah maka kau akan memukulnya, kan? Maka dari itu ayo bangun, kumohon."

Semua memperhatikan [Name] yang masih berusaha menentang kematian James.

Eren, pemuda tersebut tak bergeming di posisinya ketika melihat seorang pemuda yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri tewas karena misi penyelamatannya. Setelah Eren kehilangan Hannes karena menyelamatkan dirinya, kali ini Eren kehilangan James karena berusaha menyelamatkan dirinya.

[Name] masih terus memanggil nama James. Berharap pemuda itu akan membuka kedua matanya, tetapi, yang ia dapati hanya James yang sudah mati.

"James, kumohon bangun!" [Name] masih terus berusaha membangunkan James meski pada akhirnya hasil yang ia dapat selalu sama. James tetap menutup kedua matanya dengan jantung yang sudah berhenti berdetak.

"Dia sudah mati."

[Name] terdiam di posisinya. Kedua matanya tampak membelak kosong dan hampa. [Name] beralih meletakkan James kembali ke atas tandu. Gadis berambut hitam sebahu yang selalu diikat rendah itu menekukkan kedua lututnya, menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya dengan gigi yang bergemelatuk serta rahang yang mengeras.

Apa dunia bercanda? Tidak, dunia memang memiliki begitu banyak kejutan.

"Sebenarnya, kenapa semua seperti ini?" Gadis itu bergumam dengan wajah frustasinya. Kedua matanya membelak kelam dengan air mata yang mengalir.

[Name] menjauhkan kedua tangannya lalu mendongak. Ia tatap tubuh James yang sudah tergeletak tak bernyawa, lalu bergulir pada Eren dan Armin dengan wajah kagetnya, lalu Mikasa yang memejamkan matanya, dan Jean yang tidak sadarkan diri.

Kening gadis itu berkerut. Kedua alisnya menukik tajam. Tatapan matanya terlihat berkaca-kaca dengan rahang yang mengeras. Kembali bertumpu menggunakan kedua lutut, [Name] memegang tangan James. Sejenak [Name] menghirup nafas lalu menghembusnya secara perlahan.

Tatapan yang selalu terlihat sayu serta lesu kini mulai mendatar. Air mata kembali jatuh melalui mata kirinya. Menandakan kesedihan yang ketara. "James, ayo bangun."

Masih dengan perkataan yang sama, [Name] terus melakukan usahanya yang sia-sia. Sekeras apapun [Name] menyuruh James untuk bangun, faktanya jantung James sudah berhenti berdetak. Pemuda berwajah datar tersebut sudah mengerahkan jantungnya untuk umat manusia dalam upaya menyelematkan harapan manusia.

James telah gugur. Sama seperti apa yang ia harapkan. Satu-satunya cara terhormat ketika kau gugur adalah ketika kau gugur saat sudah mengabdikan jantungmu untuk umat manusia. Dan James sudah melakukan itu.

James gugur seperti apa yang ia harapkan. Meninggalkan saudari kembarnya dan sebuah janji yang ia ucapkan.

[Name] ingin menangis sejadi-jadinya. Ingin berteriak dengan histeris sembari meluapkan semua emosi, rasa sesak, dan ketertekanan yang ia rasakan. Gadis itu menunduk, menggenggam erat tangan James dengan kedua bahu yang mulai bergetar. Giginya bergemelatuk bersamaan dengan rahang yang mengeras.

"Kenapa kau pergi?! Bukankah ini terlalu cepat?!" [Name] melontarkan pertanyaan, membuat dirinya semakin terlihat menyedihkan. "Kau sudah berjanji padaku kan?! Maka dari itu ayo bangun dan penuhi janjimu, James!"

"Aku berjanji jika kau bangun, aku akan berhenti menganggapmu adik kecilku meski secara psikologis kau lebih dewasa dariku. Aku berjanji akan berhenti bermalas-malasan! James, kumohon BANGUNLAH!" Dada terasa sesak.

Kepala yang menunduk dengan kedua bahu yang bergetar sudah cukup menggambarkan betapa terpukul dan sedihnya gadis berwajah muram tersebut. Kedua matanya masih membelak dengan wajah emosionalnya.

"JAMES! KUMOHON SADARLAH! ADA BANYAK HAL YANG BELUM KITA GAPAI BERSAMA! JAMES! KUMOHON BANGUN! KAU TIDAK MUNGKIN BERAKHIR SEPERTI INI! JAM-"

"Dia sudah mati."

Sekali lagi, satu kalimat tersebut berhasil membuat [Name] merasakan sesak yang menyiksa di dadanya. [Name] memejamkan matanya, membiarkan air matanya turun secara perlahan tanpa adanya isakan.

Hari itu, [Name] kehilangan James. Pemuda yang berharga baginya yang benar-benar merubah hidupnya.

***

So yeah, James mokad dan kita panen mayat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro