37: Sisi lain lautan |S4 (Revisi)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

⚠️ Mengandung Spoiler Manga ⚠️

***

Angin berhembus dengan tenang. Membuat rambut hitam sebahu yang tergerai indah terbang mengikuti hembusan angin. Siang ini tak terlalu terik sehingga beraktivitas di luar ruangan bukanlah suatu masalah.

Suara burung yang berkicau terdengar, memasuki indra pendengaran. [Name] mendongak, merapikan posisi topinya dan memperhatikan burung-burung yang dapat terbang dengan bebas di atas sana. Sebuah senyuman tipis terpajang setiap kali melihat burung yang terbang di langit sana. Terkadang otak bekerja menuntun pada memori masa kecil. Bayang-bayang Ellie selalu muncul dalam benak kala [Name] melihat burung.

Namun, ketika gadis tersebut menurunkan pandangannya dan melihat hamparan laut yang luas, senyuman tersebut luntur. Berubah menjadi lengkungan ke bawah dengan tatapan mata kelabu yang sayu. Di balik sisi lautan ini, ia bersama teman-temannya akan melihat keadaan di sana.

Ini sudah direncanakan sebulan yang lalu dan mereka sudah siap untuk pergi melihat dunia luar untuk pertama kalinya. Bukan tanpa sebab mereka datang ke kandang musuh yang di mana notabenenya sangat membenci Eldia Paradis.

Hange membawa veteran Pasukan Pengintai untuk menghadiri pertemuan Asosiasi Pelindung Subyek Ymir untuk mengajukan perihal perdamaian. Hange selaku komandan Pasukan Pengintai masih berusaha mencari jalan lain menuju kedamaian tanpa harus menggunakan rencana Zeke.

"Aku ... ck ... menyebalkan." [Name] berdecak kala lidah terasa kelu hanya untuk bergumam.

Ia pergi meninggalkan Paradis. Pergi ke sebrang lautan yang di mana merupakan tempat asal sang ayah. Terdapat berbagai kecemasan dan kegundahan yang [Name] rasakan saat ini. Bagaimana jika ayahnya ada diantara orang-orang di sana? Terdengar mustahil memang, hanya saja, bisa saja terjadi kan?

[Name] menghela nafas, beralih berbalik dan menyandarkan pinggangnya pada pembatas kapal. Kedua matanya bergulir, memperhatikan teman-temannya yang tampak antusias memperhatikan lautan. Shasa dan Connie terlihat sangat heboh. Jean dan Armin berusaha mati-matian menyuruh Shasa dan Connie untuk tenang. Lalu Eren terlihat diam dengan Mikasa yang diam-diam memperhatikan pemuda tersebut.

[Name] menghela nafas. Jika teman-temannya memiliki kegiatan masing-masing, maka dirinya juga. Yaitu melamun. Melamunkan berbagai hal yang menjadi momok dalam benak. Semenjak [Name] mengetahui rencana Eren, dirinya cenderung gelisah. [Name] masih belum siap dengan kemungkinan yang terjadi karena rencana Eren.

***

"Semuanya, selamat datang di wilayah Marley. Aku akan membawa kalian ke kediaman Azumabito." Onyankopon menuntun para Veteran Pasukan Pengintai untuk keluar dari pelabuhan. Mereka semua sudah tiba di Marley.

Banyak warga lokal yang berlalu lalang disekitar pelabuhan. Banyak kedai-kedai yang menjual kuliner serta berbagai suvenir.

[Name] mengedarkan pandangannya. Ia tak terlalu mendengarkan penjelasan Onyankopon karena fokusnya sudah teralihkan oleh sekitar. Di sini banyak sekali orang dan mereka semua terlihat biasa-biasa saja. Tidak menyeramkan seperti yang [Name] bayangkan.

"Berhenti melamun."

[Name] tersentak ketika Levi menegurnya. Gadis tersebut mengusap tekuknya kemudian kembali berjalan beriringan dengan teman-temannya.

Ketika sebuah kendaraan beroda empat melintas pelan, Connie berseru, membuat semua perhatian tertuju kepadanya."Kuda! Apa itu kuda?! Apa itu?!"

"Bukannya itu sapi?!" Shasa menimbrungi, membuat [Name] langsung menjauhkan diri dari kedua temannya tersebut dan memposisikan dirinya berjalan di samping Levi. [Name] tak mau menanggung malu lantaran Shasa dan Connie sudah menjadi pusat perhatian.

"Itu mobil! Aku sudah tahu sebelum kemari, hei, Mobil!" Hange tampak berseru, memanggil kendaraan beroda empat tersebut.

"Onyankopon, kalau kau tidak menghentikan mereka, maka mereka akan memberi tumpukan besi itu wortel." Levi berujar dengan desissan sinisnya dan direspon dengan kekehan oleh Onyankopon.

"Hahahaha itu tidak mungkin-" Senyuman serta kekehan Onyankopon seketika pudar saat dirinya melihat Hange, Shasa dan Connie benar-benar pergi menuju kedai penjual wortel dan berniat memberikannya kepada mobil. "Mereka benar-benar membeli wortel!" ujar Onyankopon tak percaya.

[Name] menghela nafas ketika melihat tingkah laku teman-temannya.

Para veteran Pasukan Pengintai terus berkeliling sembari menuju ke kediaman Azumabito. Kebanyakan dari mereka membeli beberapa makanan dan beberapa suvenir lokal. Contohnya Shasa dan Connie. Kedua manusia tersebut menyeret teman-temannya untuk menghampiri sebuah kedai es krim dan membeli es krim.

[Name] yang awalnya hendak menolak lantaran tak mau membeli sembarangan makanan akhirnya terpaksa membeli es krim karena paksaan dari Shasa. Shasa berulang kali membujuk [Name] untuk membeli ini itu dengan iming-iming kata-kata "Ini sangat enak, [Name]!"

Usai membeli es krim, [Name] kembali menjauh dari Shasa dan Connie. Gadis tersebut kembali berjalan di sisi Levi. Mencari aman agar tak malu kepalang. Sesaat [Name] memperhatikan es krim bewarna putih pucat miliknya. Entah ini rasa apa, hanya saja warnanya membuat [Name] tertarik. Hawa dingin menguar disekitar lengan, membuat [Name] penasaran bagaimana cara orang-orang itu membuat makanan seperti ini.

"Benda itu lebih baik segera kau makan daripada kau pandangi." Levi menegur [Name]. Membuat gadis yang berjalan di sampingnya menoleh.

Sejenak [Name] menghela nafas dan menganguk. Lantas [Name] dengan segera memakan es krimnya sembari memperlambat langkahnya. Takut sewaktu-waktu ia tersandung sesuatu atau menabrak seseorang ketika tengah memakan es krim sambil berjalan.

Saat lidah mengecap es krim, yang [Name] rasakan adalah rasa manis sekaligus hawa yang dingin. Kedua mata kelabunya tampak membelak lantaran terkejut dengan sensasi yang ia dapatkan. [Name] memang tidak terlalu menyukai makanan manis, ia lebih suka makanan gurih serta asin yang bercita rasa. Hanya saja, sepertinya es krim menjadi pengecualian.

"Wow." [Name] bergumam takjub.

"Benda itu mencair." Lagi, Levi menegur [Name] ketika [Name] tengah melamunkan perihal es krim miliknya.

Gadis tersebut tampak terkekeh lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari dalam saku roknya menggunakan tangan kiri yang tidak memegang apa pun. Dengan segera [Name] membersihkan tangannya yang terkena lelehan es krim.

Suasana di sini cukup ramai. Terlebih Shasa, Connie dan Hange tak ada hentinya membeli berbagai makanan. "Anda tidak membeli sesuatu, Kapten?" [Name] bertanya sembari menyimpan sapu tangan miliknya ketika tangannya sudah bersih.

Levi tampak mendongak dan memperhatikan langit siang dengan datar. "Aku tidak tertarik," sahut pria tersebut.

[Name] menoleh, ia tatap pria yang sedikit pendek darinya. "Anda harus mencoba es krim ini. Rasanya, ya ... lumayan lah," usul [Name]. Jarang sekali gadis ini mau merekomendasikan suatu makanan kepada seseorang. Bahkan masakan Niccolo yang terkenal enak saja tidak pernah [Name] rekomendasi kepada siapapun.

Lantas Levi melirik gadis yang ada di sampingnya dan menghela nafas. Lalu Levi beralih menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berujar. "Tidak, terimakasih."

[Name] berdecak dan memutar kedua bola matanya malas. "Anda bisa mencoba milikku dan jika anda merasa tertarik, silahkan beli di sana." [Name] menunjuk sebuah kedai di mana Shasa dan Connie masih berada di sana. "Ayolah, coba ini." Masih terus berusaha, [Name] pantang menyerah.

Levi terdiam beberapa saat. Ketika hendak mengambil ahli es krim dari tangan [Name], tiba-tiba seseorang berseru dari belakangnya. Membuat pergerakan tangan dan langkah kaki terhenti.

"Hei, Nak! Mau permen yang manisssss?"

[Name] menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria dengan dandanan wajah yang bewarna-warni. Pria tersebut tampak menyodorkan sebuah permen ke arah Levi. [Name] yang mengerti maksud dari pria tersebut lantas melirik Levi. Seketika wajah Levi terlihat jengkel.

"Nak, aku berbicara denganmu loh!" sunggut pria tersebut.

Kalau tidak salah, pria yang berpenampilan seperti ini disebut dengan nama badut. Mereka bekerja sebagai penghibur jalanan. Begitulah informasi yang [Name] dapatkan dari salah satu anggota Relawan Anti Marley.

"Apa kau kakaknya?"

[Name] tersentak ketika badut tersebut bertanya kepadanya. Lantas [Name] melirik Levi yang masih terdiam dengan wajah jengkelnya dan Onyankopon yang terlihat tersenyum maklum.

"Ada apa, Paman?" tanya [Name] sopan.

Badut tersebut tersenyum kepadanya dan memberikan permen yang awalnya hendak diberikan kepada Levi. "Beli lah permen ku ini! Permen ku ini manis dan eeeeeeenak loh!"

[Name] beralih melirik teman-temannya yang lain. Mereka semua terlihat sibuk sendiri dan pada akhirnya [Name] membeli permen yang sudah ditawarkan kepadanya. Tak enak hati menolak lantaran badut tersebut sudah mencoba menjual dengan cara yang unik.

***

Eren menghilang dan kini [Name] bersama Mikasa, Armin, Shasa, Connie dan Jean tengah mencarinya. Tak ada yang menyadarinya termasuk [Name]. Ketika [Name], Levi, Hange, Mikasa, Armin, Shasa, Connie, Jean dan Onyankopon tengah berdiskusi perihal Asosiasi Pelindung Subyek Ymir bersama Kiyomi, mereka baru sadar akan ketidakhadiran Eren.

Maka dari itu Levi dengan segera memberikan perintah untuk mencari Eren.

Jika sudah begini, [Name] mengerti maksud Eren. Eren tak akan pergi menyelusup ke Liberio sekarang. Kemungkinan tersebar yang bisa [Name] duga saat ini adalah Eren tengah mencari sebuah alasan untuk dirinya. Setidaknya, Eren ingin memiliki satu saja alasan terbesar agar dirinya tidak melakukan Rumbling.

[Name] tidak tahu bagaimana cara Eren mencari alasan tersebut. Hanya saja, sepertinya Eren akan bertanya sesuatu kepada Mikasa karena dari kejauhan saat ini, [Name] bisa melihat Eren dan Mikasa berdiri saling berhadapan.

[Name] berhasil menemukan Eren meski sudah didahului Mikasa. Gadis tersebut terpaku pada posisinya, membiarkan pakaian terkena hembusan angin serta pasir-pasir yang ikut beterbangan karena angin.

Apa yang Eren bicarakan dengan Mikasa? [Name] harap mereka membicarakan sesuatu yang sangat penting yang dimana, hasil dari pembicaraan tersebut memiliki peran yang penting.

"[NAME]!"

[Name] menoleh ke belakang, mendapati Jean, Armin, Shasa dan Connie berlari ke arahnya. "Ada apa?" tanya [Name].

Armin berhenti di hadapan [Name]. "Kau sudah menemukan Eren? Dan di mana Mikasa?" Armin bertanya dengan paniknya.

[Name] kembali menoleh ke depan dan menunjuk ke arah depan sana. "Mereka berdua di sana."

***

Pulang dalam keadaan mabuk adalah kondisi [Name], Eren, Mikasa, Armin, Jean, Connie dan Shasa saat ini. Levi, Hange dan Onyankopon berhasil menemukan para bawahan mereka tengah asik meminum wine di sebuah posko pengungsian para imigran.

Hange tak habis pikir dengan tingkah laku para bawahannya tersebut. Setelah mereka sadar, Hange akan segera memarahi mereka karena sudah bertindak sesuka hati.

"Oi, Hange, bantu aku membawa mereka." Levi tampak kewalahan ketika harus menuntun [Name] dan Armin menuju kamar mereka.

Hange yang sudah selesai membawa Shasa dan Mikasa kembali ke kamar mereka lantas menghampiri Levi. Ketika wanita berkacamata tersebut hendak mengambil ahli [Name], gadis itu justru melompat dan memeluk Hange.

"Astaga!" Hange berseru kaget ketika melihat tubuh Armin terjatuh karena sikap [Name].

Levi berdecak dan bergegas mengambil tubuh Armin yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Dasar bocah-bocah sialan. Hange, kau bawa [Name] ke kamarnya, biar armin aku yang urus."

***



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro