13: Lelah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Happy reading👁️👄👁️✨

***

TOK! TOK! TOK!

TOK! TOK! TOK!

"KAK! BANGUN LAH! DILUAR ADA YANG MENUNGGU MU!"

"KAK? KAK!"

TOK! TOK! TOK!

Pagi itu, seharusnya (Y/n) masih bisa tidur dengan nyenyak sebelum beraktivitas seperti biasa. Namun, kesialan yang sudah cukup lama tidak ia dapat akhirnya pagi ini kembali ia dapatkan. Kesialan itu adalah mendengar suara ketukan pintu yang keras dengan suara Konohamaru yang nyaring.

(Y/n) mendengkus, beralih mendudukkan dirinya dan menyibak selimutnya dengan kasar. Sembari menghampiri pintu kamarnya, (Y/n) mengusap wajahnya barulah setelah itu ia membuka pintu dengan kasar.

Ketika pintu terbuka, terlihatlah sosok Konohamaru yang berdiri dengan wajahnya masamnya. "Kebiasaan kau ketika ku bangunkan susah sekali. Dasar tukang tidur," ejek Konohamaru.

(Y/n) menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. Setelah itu ia menyugar rambutnya yang tergerai dan menatap malas pada Konohamaru. "Mau apa kau?"

"Di ruang tamu ada Kak Shikamaru, dia ingin bertemu dengan mu," jawab Konohamaru sembari berbalik hendak meninggalkan (Y/n). "Lain kali jika tidur itu jangan seperti orang mati."

(Y/n) berdecih. Ingin sekali (Y/n) tendang bokong remaja itu hingga dia terpental sampai ke pintu depan. "Dasar autis."

Setelah itu (Y/n) berlalu masuk kembali ke dalam kamarnya. (Y/n) akan mencuci muka terlebih dahulu baru menemui Shikamaru.

Tidak butuh waktu lama, kini (Y/n) sudah tiba di ruang tamu. (Y/n) mendudukkan dirinya di hadapan Shikamaru yang tampak menyesap kopi hangat buatan Kurenai.

"Kau belum mandi?" Padahal, baru saja (Y/n) ingin menanyai tujuan pria ini, tetapi, Pria ini sudah menanyainya duluan.

"Belum," jawab (Y/n) enteng tanpa beban. Toh Shikamaru sudah tahu kebiasaannya seperti ini.

Shikamaru berdecih. "Kebiasaan."

"Sudahlah, katakan apa tujuan mu hah? Pagi-pagi sudah bertamu, sudah gitu ini masih jam enam pagi lagi," gerutu (Y/n). Gadis itu masih kesal dengan tidurnya yang terganggu.

"Hokage-sama memberikan aku misi untuk mengecek data di perbatasan tempat Tenji bertugas dan aku membutuhkan partner. Jadi, kau bersiaplah dan kita akan berangkat dua jam lagi."

Kening (Y/n) berkerut. Gadis itu tampak hendak menolak, tetapi, keburu disela oleh Shikamaru.

"Naruto sibuk mengurus pernikahannya, Chouji ada misi, Sai pun sama, sedangkan Kiba sibuk dengan tugas kepolisiannya lalu Shino, anak itu belakangan ini sering menyibukkan diri di Akademi. Jangan menyarankan aku untuk mengajak Lee, yang ada tugas ini akan kacau." Seperti tahu apa yang akan (Y/n) katakan, Shikamaru pun menjelaskan semuanya.

(Y/n) menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya. Ia tatap langit-langit ruang tamunya dengan sayu. "Kau terkesan memaksa ku," ujar (Y/n) lirih. Yakinlah, dibalik kalimatnya itu ada niat terselubung.

"Terserah mau kau anggap apa. Yang terpenting aku butuh bantuan mu."

"Di dunia ini tidak ada yang gratis loh." Sudah ku bilang dibalik kalimatnya tadi ada niat terselubung.

"Cih, kau memerasku."

(Y/n) terkekeh, menatap tengil pada Shikamaru dan mengedipkan sebelah matanya. "Sepulang dari misi itu, kau harus mentraktirku makan siang seminggu penuh. Bagaimana? Jika kau tidak mau ya sudah, cari or-"

"Baiklah."

(Y/n) tersenyum puas, kemudian bangkit dari duduknya dan ia pun mengatakan akan bersiap-siap terlebih dahulu.

***

Tap! Tap! Tap!

Suara hentakan kaki ketika mendarat lalu bertolak dari dahan pohon terus mengiringi perjalanan (Y/n) dan Shikamaru. Mereka sedang dalam perjalanan menuju perbatasan yang kemungkinan memakan waktu seharian. Namun, jika mereka bergegas, mungkin hanya akan memakan waktu sekitar 5 jam saja.

Selama perjalanan pun (Y/n) hanya berdiam diri dan tidak memiliki minat untuk mencairkan suasana yang sunyi ini. Meskipun saat ini (Y/n) memang sedang tidak memikirkan apa pun, tetapi, ia memang sedang malas berbicara. Lebih baik fokus dengan misi ini dan menyelesaikannya dengan baik.

Begitulah (Y/n) 2 tahun belakangan ini. Dirinya menjadi sangat serius ketika menjalankan misi. Mungkin berbicara jika hanya perlu dan tidak ada candaan sama sekali. Jelas itu perubahan dratis.

(Y/n) yang dulu, meski misi super sulit sekalipun masih akan tetap menyelipkan candaan meski terkesan receh. Namun, sekarang, semakin usianya bertambah, keseriusan pun semakin bertambah.

Banyak orang yang mengenal (Y/n) menganggap gadis itu berubah. Terlebih 2 tahun belakangan ini (Y/n) menjadi gila kerja, jarang berekspresi, dan terus terlihat sibuk. Namun, (Y/n) tetap (Y/n). Gadis itu tetaplah seorang gadis yang maniak istirahat. Jika pun ia jarang berekspresi, itu hanya faktor kelelahannya saja.

Dan masalah ia menjadi gila kerja pun tidak lebih dari keseriusannya dalam mencari pundi-pundi uang dan melampiaskan segala emosi yang tertahan. Salah satunya emosi yang ia miliki untuk Gaara.

Ah, sekarang (Y/n) malah jadi teringat dengan pria itu. Sekarang, apa pria itu juga merasakan hal yang sama dengannya atau tidak? Entahlah, (Y/n) tidak tahu.

"Kau sudah putus dengan Gaara?"

(Y/n) tersentak kala mendengar pertanyaan Shikamaru. (Y/n) menoleh. "Tahu darimana kau?" tanya (Y/n).

"Kemarin malam Temari menelfon ku dan mengatakan kalau Gaara sudah menceritakan hubungan kalian kepadanya, termasuk bagaimana berakhirnya hubungan kal-"

(Y/n) menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Keningnya berkerut dengan alis yang menyatu. "Kau tidak berbohong?" Dan Shikamaru bergeleng kecil.

Entahlah, meski hubungan ini sudah berakhir, ada sedikit rasa lega di dalam dirinya ketika Gaara berani menunjukkan hubungan yang pernah mereka jalin bersama kepada orang terdekatnya. Namun, hubungan itu pun sudah berakhir, jadi tidak ada gunanya untuk merasa senang atau apapun itu.

(Y/n) kembali melanjutkan perjalanan dengan pandangan yang fokus ke depan. Tiba-tiba pikirannya kalut tidak menentu. "Aku dan Gaara sudah putus," ujar (Y/n) sekenanya.

"Kau masih memiliki perasaan dengannya atau tidak?"

"Semua masih sama seperti awal. Hanya saja aku lelah."

***

Setelah melewati perjalanan yang panjang, akhirnya (Y/n) dan Shikamaru tiba diperbatasan. Para ninja penjaga terlihat selalu bersiap siaga dengan posisi mereka. (Y/n) dan Shikamaru berjalan beriringan memasuki markas tempat para ninja penjaga berteduh. Di dalam sana, mereka berdua langsung bertemu dengan Tenji yang memiliki kendali penuh dengan perbatasan.

Sudah lama rasanya (Y/n) tidak bertemu dengan Tenji. Lalu, ketika melihat sosok pria itu, (Y/n) malah teringat dengan sosok Ichiro. Tenji, Ichiro, sekilas mereka sama menurut (Y/n).

"Lama tidak bertemu, (Y/n)." (Y/n) tersentak ketika mendengar sapaan Tenji. Pria itu tampak melemparkan senyuman terbaik yang ia miliki.

"Hai," sapa (Y/n) seadanya.

"Kau tunggulah di ruang tunggu, aku mau mengurus data bersama Tenji terlebih dahulu."

(Y/n) mengangguk kemudian mendudukkan dirinya di atas sofa yang tersedia. Sekilas markas para ninja penjaga ini mirip dengan apartemen dadakan. Terdapat ruang tunggu yang mirip dengan ruang tamu, dapur, sebuah ruangan kosong yang kemungkinan di pakai untuk tidur dan beberapa ruangan kerja mereka.

(Y/n) menyadarkan punggungnya dan beralih memejamkan matanya. Perjalanan tadi cukup melelahkan ternyata. 6 jam tanpa istirahat dan mereka tiba ketika hari sudah sangat terik.

Mungkin tidur sebentar tak masalah. (Y/n) beralih menselonjorkan kakinya ke atas sofa. Meletakkan kepalanya di pembatas sofa dan bersidekap dada. Ia memejamkan matanya. Selagi menunggu Shikamaru selesai, (Y/n) memanfaatkan waktunya untuk berisitirahat.

Beberapa menit berlalu, (Y/n) berhasil tidur tanpa peduli gangguan disekitarnya. Gadis itu tetap tertidur meski tidak kenal tempat. Dari arah ruang kerja Tenji, Shikamaru sudah keluar bersama beberapa map penting lalu di susul oleh Tenji sembari membawa 3 gelas kopi hangat di atas nampan.

Shikamaru yang melihat (Y/n) tertidur seperti itu hanya bergeleng kecil dengan decihan malasnya. Sementara Tenji, pria itu memakluminya. Dulu, ketika masih 1 tim, (Y/n) memang sering tidur tidak kenal tempat. Lantas Shikamaru dan Tenji mendudukkan diri mereka di sofa yang kosong. Kemudian nampan yang Tenji bawa pun langsung ia letakkan di atas meja sembari berseru untuk membangunkan gadis itu.

"(Y/n), bangunlah. Dasar tukang tidur."

Seruan tersebut berhasil membangunkan (Y/n). (Y/n) tampak mengerjapkan matanya beberapa kali lalu beralih mendudukkan dirinya sembari mengusap wajah mengantuknya. Sial, padahal ia baru saja mencoba untuk tidur, tetapi sudah ada saja yang menggangunya.

"Apa?!" Ia bertanya dengan ketus, membuat Tenji terkekeh.

"Minum lah."

Tanpa basa-basi (Y/n) langsung mengambil gelas yang berisi kopi hangat tanpa tahu suhu kopi tersebut aman atau tidak untuknya. (Y/n) langsung meneguk kopi tersebut dan ketika mendapati kopi tersebut masih hangat, (Y/n) berdecak. "Seharusnya kau menghidangkan ku kopi dingin, bukan yang hangat," protes (Y/n).

"Kau banyak minta. Kami tidak memiliki persediaan es di sini, jadi nikmati saja," cetus Tenji.

(Y/n) menghela nafas dan lebih memilih untuk diam. Sementara Shikamaru, pria itu terlihat fokus dengan map-map yang ia pegang.

"Apa ada yang kurang, Shikamaru?" Tenji bertanya, membuat Shikamaru mendongak.

"Apa komputer di sini bisa aku pakai? Ada beberapa kata yang salah ketika aku memeriksanya, jadi aku harus mengedit filenya," jawab Shikamaru malas.

"Kau bisa memakai komputer ku."

Pada akhirnya pun Shikamaru beranjak masuk kembali ke ruang Tenji. Menyisakan (Y/n) dan Tenji berdua di ruang tunggu tersebut. Suasana pun cukup canggung meski hubungan sudah membaik. Namun, tetap saja ada kalanya rasa benci di masa lalu itu menyelinap masuk membuat hubungan menjadi canggung dan kaku.

"Bagaimana kabarmu?"

(Y/n) mendongak, menatap Tenji dengan tatapan mata datarnya. Gadis ini masih cukup lelah, terlebih sofa ini terasa empuk ketika ditiduri. "Baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga."

(Y/n) mengulas senyum tipisnya. Kemudian kembali menyesap kopi buatan Tenji dengan perlahan. Merasakan sensasi hangat yang menjalar disekitar rongga-rongga mulutnya.

"Oh ya, apa kau sudah dengar kabar tentang Naruto yang akan menikah?" Mungkin mencari topik agar suasana tidak menjadi canggung bukanlah hal yang salah.

"Sudah. Tidak ku sangka Naruto akan menikahi Hinata. Secara, selama ini yang ku tahu Naruto dekatnya dengan Sakura," jawab Tenji.

"Dekat bukan berarti jadi-"

"Dan jauh pun belum berarti tidak jadi."

Perkataan Tenji yang menyela perkataan (Y/n) membuat dirinya terpaku sesaat. Perkataan Tenji membuat dirinya teringat dengan Gaara. Apa ia masih memiliki harapan untuk bersama Gaara?

Hubungan mereka sudah sangat renggang dan terasa mustahil untuk bersama lagi.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tenji bertanya. Membuat (Y/n) tersadar dari lamunannya.

"Tidak ada," alibi gadis itu. "Oh ya, bagaimana dengan hubungan mu dan Azumi? Sudah lama aku tidak bertemu dengan anak itu."

Raut wajah Tenji langsung berubah drastis. Yang awalnya terlihat sumringah dan ramah. Kini menjadi muram dan sedih. Membuat (Y/n) merasa sedikit bersalah. Sepertinya ia salah bertanya.

"Aku dan dia sudah tidak berkomunikasi sama sekali. Terakhir kali sewaktu aku mengantarkannya pergi ke tempat Orochimaru. Setelah itu aku dan dia tidak berhubungan lagi. Kami sudah sepakat untuk memulai hidup masing-masing." Nada bicara Tenji terdengar lirih.

(Y/n) menghela nafas. Ternyata, ada kisah percintaan yang lebih menyedihkan dari kisah percintaannya. Contohnya Tenji dan Azumi. Mereka tidak dapat bersatu karena ego masing-masing atau tepatnya ego Azumi. Gadis itu sepertinya akan benar-benar mengabdikan diri pada Orochimaru.

"Lalu, apa sekarang kau masih memiliki perasaan dengannya atau tidak?" tanya (Y/n). Sekarang ia sedikit berhati-hati dengan perkataannya. Takut sewaktu-waktu menyinggung Tenji.

Tenji menunduk, kedua tangannya tampak mengusap gelas yang ia letakkan di atas meja. "Aku sudah hampir bisa melupakan perasaan itu. Mungkin aku masih membutuhkan sedikit waktu lagi agar aku benar-benar bisa melupakan perasaan tersebut dan memulai hidup yang serius."

"Kau, tidak lelah?"

"Lelah? Sudah tentu aku lelah. Hanya saja, aku tidak mau memaksakan perasaan ku. Jadi, ku putuskan untuk membiarkan perasaanku bertindak sesukanya," jawab Tenji. "Oh ya, bagaimana denganmu?"

(Y/n) mengulas senyuman tipisnya. "Aku sempat menjalin hubungan dengan seseorang selama 2 tahun. Tapi, aku mengakhirinya karena aku lelah mengikuti permainannya."

"Siapa orang itu?" tanya Tenji.

"Nanti saja, jika kau sudah mendapatkan cuti dan kembali ke Konoha, ayo kita habiskan waktu seharian dan akan ku ceritakan semuanya."

Tenji terkekeh dan mengulas senyuman tipisnya. Meski dirinya penasaran dengan sosok pria tersebut, tetapi, memaksak (Y/n) untuk bercerita sekarang pun tidak ada gunanya. Tenji bukanlah tipe orang yang memaksakan sesuatu hal demi kepentingan dirinya.

"Baik-"

"(Y/n)! Kita harus pergi sekarang!"

(Y/n) terkejut ketika mendapati Shikamaru yang keluar dari dalam ruangan Tenji dengan tergesa-gesa. Lantas (Y/n) berdiri dan bertanya. "Ada apa?"

"Temari mengabariku barusan kalau saat ini Gaara tengah berhadapan dengan seseorang. Lokasinya tidak jauh dari perbatasan Konoha dan Suna. Temari sendiri pun tidak bisa menyusul Gaara karena situasi yang tidak kondusif di Suna."

(Y/n) terdiam di posisinya. Jadi, perkataan Arata waktu itu benar-benar terjadi. Namun, Arata menjelaskan kalau Shigazane hanya akan menculik jika Gaara menerima pernikahan tersebut. Dan sekarang, Hakuto telah diculik dan kemungkinan pun orang yang Gaara hadapi saat ini adalah Shigazane.

Namun, (Y/n) tidak boleh berpikiran negatif lagi. Sebisa mungkin ia harus berpikir positif agar tidak terjadi penyesalan seperti sebelum-sebelumnya.

"Ayo kita ke sana."

***

Tenji the real sad boy😌

Btw, sad juga chapter 55 manga Boruto:" Kurama mati hiks:)

[Vote dan komen jangan lupa ya!]

[Jangan lupa follow akun aku karena aku bakal banyak buat fanfic chara x reader. Makasih!!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro