01: Saat masih sembilan tahun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku masih ingat ketika kami berusia sembilan tahun, saat itu aku dan dirinya baru saja selesai kerja kelompok untuk tugas seni budaya. Seperti anak kecil pada umumnya, tak boleh pulang terlalu sore karena orang tua pasti khawatir. Tentu saja hal tersebut berlaku untuk diriku dan dirinya.

Kami berdua sama-sama mendapatkan perintah dari orang tua untuk pulang sebelum pukul lima sore. Namun, perintah tersebut hanyalah sekedar perintah, sebab orang tua kami tidak berkontribusi untuk menjemput pulang.

Maka dari itu, usai kerja kelompok selesai dan seluruh teman-teman kami sudah dijemput, aku dan dirinya sempat berdiskusi sejenak.

"Jadi, kau mau pulang jalan kaki atau ikut naik sepeda denganku?" Aku menawarkan anak laki-laki itu dengan wajah jenuh. Sebab aku tahu, Tobio ini pasti ingin cepat-cepat pulang, tetapi dia terlalu gengsi untuk menebeng denganku.

Apa dia malu naik sepedaku yang bewarna pink ini? Padahal, sepeda ini sangat lucu lho.

Setelah menimang-nimang, Tobio akhirnya menghela napas penat. Dia berjalan naik ke kursi boncengan dan berpegangan pada ransel sekolahku. "Ayo, antar aku pulang."

Akhirnya aku hanya bisa tertawa geli ketika Tobio menyuruhku dengan suara datarnya. Pasti pemuda ini tidak sabar untuk bermain voli dengan kakeknya.

Dasar maniak bola voli.

Kukayuhlah pedal sepeda menyusuri jalanan setapak yang masih asri. Langit sore hari memang masih terlihat menenangkan kala itu. Saat semburat cahaya matahari mulai melembut warnanya dan langit tak lagi terik bersama mentarinya.

"Kapan kau ikut pertandingan, Tobio?" Aku bertanya, memecah hening lantaran tak suka jika harus diam membisu.

"Minggu depan." Orang di belakangku menjawab sekedarnya dan hal tersebut membuatku berdecak.

"Aku boleh menontonmu?" Tentu saja dalam hal seperti ini aku meminta izin karena ada beberapa alasannya.

Dan alasan itu, rahasia. Hanya aku yang boleh tahu, orang lain boleh tahu jika aku sudah siap mengatakannya.

"Tidak boleh."

Aku rem mendadak lalu langsung menoleh ke belakang dan menatap Tobio dengan mata yang memicing. "Kenapa?!" Setelahnya aku lanjut mengayuh sepeda.

"Nanti kau berisik, aku terganggu."

"Oh, oke."

Sialan, bisa-bisanya dia menganggapku seperti itu. Setelah itu kami melalui perjalanan pulang tanpa adanya pembicaraan. Sudah jelas sekali aku yang saat itu berumur sembilan tahun kecewa berat karena tak diizinkan menonton, dengan alasan aku berisik pula. Padahalkan, penonton lain pasti jauh lebih berisik dariku.

Lima belas menit mengayuh, kami tiba di pekarangan rumah kediaman keluarga Kageyama. Tobio beranjak turun begitu pula denganku. Ketika hendak memarkirkan sepeda, kakek Kazuyo atau kakek Tobio keluar dari dalam rumah dengan senyuman merekah.

"Wah, kalian sudah pulang?" Kakek Kazuyo menyapa sembari mengangkat jemuran hari ini.

Aku duduk di teras rumah diikuti oleh Kageyama. "Kakek, apa aku boleh menonton pertandingan voli Tobio minggu depan?"

Tobio yang mendengar pertanyaank7 kontan mendelik sinis. "Kan sudah kubilang kau tak perlu datang!"

Aku tidak peduli dan tetap menanti jawaban dari kakek Kazuyo.

"Lho? Ya, boleh saja dong! Memangnya ada yang bisa melarang Sheina-chan datang menonton?" jawab kakek Kazuyo usai mengangkat seluruh jemuran.

Pria tua itu berjalan ke arah kami lalu berdiri menjulang tepat di depan kami. Pria berjanggut putih tipis itu menatap cucunya dengan hangat. "Tobio-kun, kenapa kau tidak mengizinkan Sheina untuk hadir di pertandingan minggu depan, hm?"

Kedua mata diputar malas, Tobio beranjak berdiri lalu menatapku dengan sinis. "Nanti jika servisku jelek, dia pasti mengejekku."

Rupanya ini alasan Tobio menolak kehadiranku. Langsunglah aku ikut berdiri, wajahku berubah menjadi penuh rayu, meyakinkan bahwa aku tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu.

"Tobio, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku ini anaknya baik sekali."

Kakek Kazuyo tertawa melihat kami, "Sheina, minggu depan ikutlah denganku, kita akan menonton Kageyama bertanding untuk pertama kalinya."

Dan ketika minggu depan tiba, aku menyaksikan betapa bersinarnya Kageyama untuk pertama kalinya.

Aku masih ingat ketika kami berusia sembilan tahun, ketika aku terpana dengan Tobio untuk pertama kalinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro