1: Kembali hadir

Mร u nแปn
Font chแปฏ
Font size
Chiแปu cao dรฒng

Tanpa banyak basa-basi, mari baca^_^

Tinggalkan jejak ya:")

***

"Kau masih belum menyerah juga ya? Menyebalkan."

Sebuah senyuman sinis terpatri jelas di wajah cantik milik (Y/n). Gadis bersurai coklat itu mendongak lalu menatap musuhnya dan kemudian terkekeh. "Kau benar-benar memaksa ku."

Seorang pria yang merupakan musuh (Y/n) saat ini terlihat sudah kelelahan dan tubuhnya penuh dengan luka-luka akibat dari pertarungannya melawan (Y/n). Sedangkan (Y/n) hanya menderita beberapa luka saja.

(Y/n) masih tersenyum sinis dan sesekali berseringai. Lalu (Y/n) memasukkan tangannya ke dalam tas ninja kecil miliknya yang terkalung di pinggang belakang nya. Ia mengambil sebatang rokok dan pemantik api.

"Mau tidak mau, aku harus menyiksa mu dengan cara ini agar jera," ujar (Y/n) sembari menyelipkan puntung rokok di sela bibir merahnya dan mulai menyalakan pemantik api.

Tak lama, ujung puntung rokok milik (Y/n) sudah terbakar. (Y/n) menyesap rokoknya setelah itu menghembuskan asap nya sambil berujar pelan. "Ninpo: Kemuri no kama."

Asap rokok yang semulanya kecil kini mulai membesar dan menyebar kemana-mana. Pria yang menjadi musuh (Y/n) terlihat bingung dengan asap yang mulai mengelilingi nya. Secara spontan kunai yang ia pegang jatuh dan kedua tangannya berusaha mengusir asap yang mulai memasuki tubuhnya melalui lubang hidung, telinga, mulut, serta sela-sela bola matanya.

"ARRGGHH!"

Ia merintih kesakitan dan dalam sekejap tubuh nya ambruk. Mata nya terasa perih, seluruh bagian dalam tubuhnya terasa seperti di jelajahi. (Y/n) tersenyum lebar lalu kembali menyesap asap rokok milik nya dan kemudian menghembuskan asap nya dengan pelan.

Ah, kau terlihat sangat menikmati ini (Y/n).

(Y/n) melangkah ke arah pria yang kesakitan itu lalu ia berdiri tepat di hadapan pria itu. "Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya akan membuat mu pingsan dan setelah itu aku akan-"

Perkataan (Y/n) terpotong karena pria itu sudah pingsan duluan. (Y/n) terkekeh, "dan setelah itu aku akan membawa mu ke Konoha untuk di introgasi." (Y/n) melanjutkan kalimatnya.

Setelah itu ia mematikan puntung rokoknya dan membatalkan jutsu nya itu. Ah, kali ini (Y/n) sudah bisa menggunakan jutsu ini dengan baik dan paru-paru nya tidak bermasalah.

(Y/n) menghela nafas lalu segera mengambil tali dari dalam tas ninja nya dan mengikat pria itu. Setelah itu, (Y/n) mengeluarkan sebuah gulungan dan menyegel pria itu di dalamnya.

Baiklah, misinya telah selesai.

***

"Aku pikir kau telah membunuhnya (Y/n)."

(Y/n) terkekeh lalu mendudukkan dirinya di hadapan Ibiki. Saat ini (Y/n) telah sampai di Konoha setelah melakukan perjalanan sekitar enam jam. Pria yang ia lawan tadi pun telah mendapatkan perawatan di ruang kesehatan kantor Polisi desa Konoha dan setelah itu pria yang ia lawan tadi akan menghadapi hukumannya.

"Aku tidak sekejam itu, Ibiki-sensei. Misi ku adalah menangkap nya, bukan membunuhnya," sahut (Y/n).

Ibiki tersenyum tipis kemudian menghela nafasnya pelan. "Apa Gin merepotkan mu?" tanya Ibiki. Gin adalah nama dari pria yang (Y/n) lawan.

Gin merupakan buronan kelas atas yang sudah melakukan tindak kriminal dan di cap sebagai buronan Nasional. Beruntungnya (Y/n) berhasil mengalahkan Gin dengan sempurna karena Gin bukanlah lawan yang sepadan untuk seorang (Y/n) Sarutobi.

"Dia memang cukup merepotkan dan pantang menyerah," ujar (Y/n). "Baiklah, aku akan pergi dan melapor pada Tsunade-sama tentang misi ini." (Y/n) berkata sembari berdiri dan setelah itu menunduk hormat pada Ibiki dan berjalan keluar dari kantor Polisi.

(Y/n) yang tengah berjalan santai saat ini adalah (Y/n) yang berbeda. (Y/n) sudah semakin kuat, mental nya keras, dan bersikukuh pada jalan ninja nya.

Waktu terus berjalan, bahkan musim terus berganti dan kini sudah hampir dua tahun berlalu. (Y/n) sudah menjadi seorang Shinobi berbakat dan kuat dari desa Konoha dengan kemampuan pertahanan yang tidak bisa di ragukan lagi.

Dulu, jika ia sering di berikan misi ke luar desa dan tiba di lokasi lalu bertemu dengan orang, pasti (Y/n) akan di remehkan menggunakan kalimat, "Aku pikir mereka akan mengirimkan ninja hebat, ternyata hanya gadis kecil." Tetapi sekarang berbeda, semua sudah tak sama lagi. (Y/n) sudah kuat dan semua yang ia lakukan adalah untuk melindungi orang-orang yang mencintai desa Konoha karena itu adalah tujuan nya menjadi ninja serta memperkuat diri.

(Y/n) berjalan dengan santai di jalanan desa. Sesekali ia menjadi pusat perhatian karena pakaian nya yang terdapat beberapa bercak darah serta beberapa luka di tubuhnya yang belum ia obati.

"Ah, apa ada yang salah dengan penampilan ku?" (Y/n) bergumam risih untuk tatapan warga.

Sudah jelas ada yang salah (Y/n). Kondisi penampilan mu saat ini terlihat seperti habis bertarung walau memang seperti itu kenyataannya.

-
-
-

(Y/n) POV

"Aku belum menyuruh mu untuk duduk," teguran itu hanya ku dengar sekilas.

Kemudian aku hanya terkekeh dan meletakkan dagu ku di atas lipatan tangan yang sudah aku tumpu di atas meja Tsunade-sama.

Aku tersenyum padanya dan setelah itu berkata, "kau tau, Tsunade-sama? Aku ini sangat lelah. Bisakah kau mengobati luka ku dan jangan memarahi ku dulu?"

Setelah itu ku dengar Tsunade-sama tertawa kecil dan menatap ku dengan seringai nya. "Apa gunanya rumah sakit jika hanya luka kecil berobat pada ku?"

Aku berdecak. Nenek berdada besar ini masih lihai bersilat lidah. Kemudian aku menegakkan tubuh ku dan menyandarkan nya pada sandaran. Lalu tangan ku meraih sebuah gulungan dari dalam tas ninja ku dan meletakkan nya di atas meja lalu menyerahkan nya pada Tsunade-sama.

"Di dalam gulungan itu sudah tertulis semua laporan misi ku selama satu Minggu. Bahkan aku juga sudah mencatat daftar kriminal dari Gin," jelas ku.

Tsunade-sama mengambil gulungan milik ku lalu membaca nya. "Bagus, aku suka kinerja mu. Tetapi, lain kali jika ingin membuat musuh takluk jangan seperti ingin membunuhnya."

Aku tertawa kemudian menangkup wajah ku menggunakan kedua tangan ku. "Aku yang cantik dan manis ini tidak akan melakukan itu jika tidak terdesak dan merasa muak," sahut ku.

Decakan kesal tergambar jelas di wajah Tsunade-sama dan setelah itu ia menjelaskan sesuatu yang berhasil membuat aku tertarik.

"Aku ingin kau menjadi pengawas ujian Chunnin mendatang."

Seketika mata ku berbinar. Sudah cukup lama tidak di adakan ujian Chunnin setelah penyerang yang di lakukan Orochimaru dulu. Kini aku menatap Tsunade-sama dengan penuh minat dan memintanya untuk menjelaskan lebih lanjut lagi.

"Kazekage desa Suna memberikan ku lampiran tentang penawaran ujian Chunnin kali ini sekaligus sebagai pengenalan Kazekage baru. Ujian Chunnin tersebut akan di laksanakan di Konoha dan Suna. Aku sudah berunding dengan para tetua Konoha dan mereka setuju. Kini Kakashi sedang dalam misi untuk mengantarkan undangan ujian Chunnin ke beberapa desa seperti desa Amegakure. Jadi, aku minta kerja sama yang baik dengan mu."

Setelah menjelaskan kalimat panjang itu aku mengangguk dengan semangat bahkan aku sampai berdiri dari duduk ku dan memberi tanda hormat kepada Tsunade-sama. "Itu sudah pasti, nenek!"

"Oh iya, memangnya siapa yang menjadi Kazekage baru di desa Suna?" tanya ku masih berdiri.

"Sabaku no Gaara."

Aku terdiam kemudian menganggukkan kepalaku kecil. Kemudian aku kembali duduk dan bertanya. "Apa peserta ujian Chunnin akan ramai seperti sebelumnya?"

Tsunade-sama menghela nafas lalu bergeleng pelan. "Sejauh ini baru beberapa desa yang menyetujui dan ikut serta. Tapi ku rasa ini bakal ramai peminatnya," jawab Tsunade-sama.

Aku mengangguk paham. "Ooo seperti itu."

Setelah itu terjadi hening beberapa saat. "Tsunade-sama,"panggil ku dan Tsunade-sama mengangkat sebelah alisnya sebagai respon.

"Apa?"

"Apa kau bisa mengajar ku ... judi?"

BRAK!

Suara gebrakan meja menggema di dalam ruangan ini. Ku lihat Tsunade-sama terlihat kaget dengan perkataan ku setelah itu aku terbahak dengan puas. "HAHAHAHA ... tidak perlu sekaget itu, Tsunade-sama!"

"Apa yang kau inginkan dari judi?" Ia bertanya dengan nada datar nya.

Aku terkekeh kemudian melipat tangan ku di atas meja dan menatap nya seperti seorang murid yang siap di ajarkan oleh seorang guru.

"Kau tau, Tsunade-sama? Terkadang di saat aku menjalankan misi jangka panjang keluar desa, sering kali aku kehabisan uang untuk menyewa penginapan. Pernah suatu waktu saat aku menjalani misi, saat itu uang yang aku bawa tiba-tiba hilang dan aku terpaksa tidur di depan sebuah tokoh buku. Itu benar-benar memalukan dan menyedihkan," ucap ku. "Jadi, tolong beri aku sedikit ilmu judi mu itu."

Tsunade-sama menggeleng dan menatap ku galak. "Kau masih di bawah umur dan jangan pernah coba-coba untuk melakukan itu!"

Aku terkekeh. "Ah, baiklah."

Aku mengalah dan setelah itu berdiri dari duduk ku. Namun sebelum pergi, aku sempat bertanya pada Tsunade-sama tentang seseorang.

"Kapan Naruto dan Jiraiya-sama pulang? Apa kah masih lama lagi?" tanya ku.

"Apa kau merindukan Naruto?"

"Sudah pasti aku merindukan si payah itu, semenjak dia pergi, Konoha terasa sepi," jawab ku.

"Entahlah, Jiraiya belum memberikan laporan pada ku. Terakhir kali beberapa bulan yang lalu."

Aku menghela nafas lalu berpamitan padanya untuk segera pulang dan membersihkan diri serta mengobati beberapa luka sabetan yang ada di tubuh ku.

***

Niat hati ingin langsung pulang, hanya saja tiba-tiba kaki ku malah membawa ku ke arah pemakaman Konoha. Sesampainya di sana aku berhenti di depan tiga buah makam. Aku menunduk dan tersenyum simpul menatap ketiga makam tersebut.

"Hai, aku kembali," ujar ku.

Kemudian aku beralih mendudukkan diri ku di atas rumput dan membiarkan angin sore membelai kulit ku dan menerbangkan beberapa helai anak rambut ku yang mulai sedikit memanjang kali ini.

Aku tersenyum dan menatap ketiga makam di hadapan ku. "Kakek, Ayah, Ibu, maafkan aku karena baru berkunjung. Tolong, jangan marah sama ku. Aku sangat sibuk tau."

Kemudian aku menunduk dan mata ku malah tidak sengaja melihat leher ku. Aku tersenyum tipis lantas berujar, "Ibu, maafkan aku karena tidak bisa menjaga kalung pemberian mu dan malah menghilangkan nya."

Kemudian aku mendongak dan kembali menatap makam ibu ku. Aku tersenyum lebar, "aku minta maaf ya? Semoga kau memaafkan ku."

Kemudian aku menatap langit yang mulai berubah warna. Aku tersenyum untuk ke sekian kalinya. "Kakek, dulu kau pernah berkata untuk tidak membiarkan tekad api yang aku miliki agar tidak padam. Sekarang, aku sudah melakukan nya. Setiap saat aku melatih diri ku agar semakin kuat dan bisa melindungi desa yang kau sayangi ini. Aku terus berjalan di tempat ku dan aku juga telah menemukan tujuan ku menjadi seorang Shinobi.

"Aku menjadi seorang Shinobi untuk melindungi semua orang yang mencintai desa ini, karena itu, adalah jalan ninja ku," ujar ku.

Angin kembali berhembus lalu aku kembali berdiri. "Oh iya, ayah, ibu, kakek, aku harap kelak kita bisa bertemu kembali walau dengan alam yang berbeda."

Aku tersenyum kemudian berbalik. "Aku pulang."

***

Sesampainya di rumah, aku mendapati rumah ku sepi. Ah, kini rumah ku hanya di tinggalin oleh aku dan Konohamaru saja. Lalu paman Asuma? Dia sudah menikah dengan Kurenai-sensei dan sekarang dia tinggal di sebelah rumah ku. Jadi ya, rumah ku dan paman Asuma berdekatan sehingga aku tidak terlalu kerepotan mengurus Konohamaru.

Aku berjalan menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarku. Setelah itu aku bergegas untuk membersihkan diri. Rasanya, luka-luka di tubuhku hampir mengering dan terasa perih saat di gerakan.

-
-
-

Seusai memakai pakaian santai, aku berdiri di depan cermin sambil melihat pantulan tubuhku. Jika aku perhatikan, tinggi tubuhku bertambah. Rambut ku pun mulai sedikit memanjang di atas bahu. Kemudian, warna kulit ku pun masih terlihat bersih dan cerah. Ah, memuji diri sendiri bukan lah hal yang salah. Ingat, cintailah diri kalian sendiri baru mencintai orang lain.

Aku tersenyum simpul kemudian mengambil kotak P3K dari dal laci lemari ku dan mendudukkan diri ku di tepi ranjang lalu membuka kotak tersebut dan mengambil beberapa kapas serta antiseptik.

Aku menuang kan antiseptik pada kapas dan mulai mengoleskan nya pada luka ku. Semenjak ayah, ibu, dan kakek ku pergi untuk selamanya, aku selalu berusaha untuk mandiri. Padahal dulu, saat seluruh anggota keluarga ku masih lengkap, ada Ayah, Ibu, Kakek, dan paman Asuma, aku itu anaknya manja sekali.

Apa-apa harus dapat. Jika tidak, aku akan menangis sekencang-kencangnya. Aku terkekeh kemudian berdiri di depan cermin untuk melihat wajah ku. Di wajah bagian bawah mata kanan ku terdapat sebuah goresan dan aku mengoleskan kapas yang sudah ku berikan antiseptik tadi.

"Oke selesai," aku bergumam lega lalu membuang kapas yang aku pakai barusan di tong sampah.

Aku berjalan untuk membuka jendela kamar ku dan berdiri di sana sambil melihat warga yang beraktivitas. Untungnya arah kamar ku ini langsung berhadapan dengan jalanan desa, jadi, ada sedikit hiburan bagi ku jika sedang bosan.

Ah, desa ku saat ini memang masih terlihat tentram. Tetapi tidak ada yang menjamin kalau ini bisa bertahan lama. Namun, jika seluruh negara damai dan tentram, mungkin akan mengasikan juga.

Sudahlah, berbual tentang perdamaian tidak akan ada habis-habisnya.

***

Gimana ni sama part pertama nya? Gak ada yang janggal atau yang aneh kan?

Buat kalian yang mungkin baru membaca cerita ini, aku minta kalian untuk membaca seri WnM yang pertama biar ngerti jalan cerita nya.

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen2U.Pro