35: Pertama

Mร u nแปn
Font chแปฏ
Font size
Chiแปu cao dรฒng

Happy reading dan enjoy! Cuman mo bilang, ini part agak gimana gitu,-

****

Beberapa hari telah berlalu....

Rasanya tempat ini terasa damai dan sunyi. Angin berhembus dengan tenang bersamaan dengan suara burung berkicau yang terdengar tidak terlalu ramai. Aroma hutan yang tajam pun tak jarang memasuki indra penciumannya. Gadis berambut coklat itu memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya terbaring di atas rerumputan yang halus.

Ia ingin mengistirahatkan dirinya sejenak setelah apa yang ia lalui belakangan ini. Wajahnya terlihat datar, tidak ada sekilas ekspresi pun semenjak kembali dari pencarian Hana waktu itu. Hana telah berhasil kembali dibawa pulang meski dalam keadaan koma. Saat ini pun, pihak medis tengah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan Hana dalam melewati masa kritisnya.

Lalu Tenji ....

(Y/n) tidak ingin melihat pemuda itu lagi. (Y/n) benar-benar muak dengan Tenji. Gara-gara pemuda itu pula Azumi berhasil melarikan diri dan membuat segala usaha (Y/n) untuk membuat Azumi kalah sia-sia. Sepertinya, tidak ada kata maaf untuk pemuda itu sama sekali.

"Ini semua melelahkan," gumamnya masih dengan mata yang terpejam rapat.

Tangan kirinya pun masih berada di dalam balutan kain penyangga. Sakura bilang, (Y/n) harus mengistirahatkan dirinya dan jangan terlalu banyak beraktivitas demi mendukung kesembuhan tangannya.

"Entah kapan terakhir kali aku berisitirahat seperti ini."

Semua sudah berlalu cukup lama. Banyak hal yang ia lewatkan serta ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. "Sudah sejauh ini, tetapi, pertanyaan konyol ku pun masih belum berakhir. Aku hanya membutuhkan dua jawaban untuk 2 pertanyaan ku yang belum terjawab," ujar (Y/n) sembari kembali membuka matanya. Sekarang, ia malah menganggap pertanyaannya itu adalah hal konyol. Padahal dulu, pertanyaan itu lah yang menjadi tolak balik awal kisahnya.

Manik mata coklatnya itu menatap langit pagi yang cerah dengan beberapa helai daun yang menghalangi cahaya ke arah wajahnya. Ia diam, membiarkan angin sejuk menerpa wajahnya. Sepertinya, ia telah memilih tempat yang tepat untuk berisitirahat.

Hutan ini berada di belakang bukit Konoha. Hutan ini pun terasa sangat sunyi dan jarang dilalui warga. Saat ini pun desa sedang dalam tahap pembangunan kembali. Beberapa bantuan dari luar desa juga Konoha terima berkat hubungan yang baik.

Ia menghela nafasnya sejenak lalu kembali memejamkan mata sayunya. "Mungkin tidur sebentar tidak ada salahnya."

Kepalanya terasa penat begitu juga dengan dirinya. Sebenarnya (Y/n) bisa saja berisitirahat di tendanya, hanya saja di sekitaran tendanya ramai dengan warga-warga yang mengungsi. Mereka terlalu berisik ketika siang hari dan itu benar-benar menggangu istirahatnya.

Namun, sebelum tertidur, (Y/n) sempat memikirkan pertemuannya dengan Naruto, Kakashi, dan Yamato. Mereka bertiga telah pergi meninggalkan desa. Dari kabar yang (Y/n) dapat, Naruto hendak menemui Raikage. Karena Raikage telah memutuskan untuk membunuh Sasuke yang telah menculik adik angkatnya.

Sasuke sudah ditetapkan sebagai Buronan Nasional karena telah menculik Jinchuriki desa Amegakure. Bahkan saat ini nama Sasuke dan rekan-rekannya sudah terdaftar dalam buku Bingo. Sudahlah, (Y/n) tidak mau terlalu memikirkan hal ini sehingga istirahatnya terganggu.

Ia benar-benar membutuhkan waktu untuk berisitirahat. Sejenak (Y/n) terkekeh, mungkin dirinya sedikit berlebihan dalam hal berisitirahat, hanya saja ... mendapatkan waktu untuk dirinya berisitirahat sangat lah minim.

(Y/n) sering disibukkan dengan berbagai misi yang terkadang membuat dirinya tidak sempat untuk memanjakan dirinya. Apa kalian ingat, (Y/n) sangat mencintai dirinya sendiri. Cintai dirimu sendiri, baru lah setelah itu kau cintai orang lain. Begitulah prinsip (Y/n).

(Y/n) menghela nafas, matanya terpejam, tetapi, tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang mendekat. Ini semua ia ketahui dari mode pengaktifan cakranya yang sedang ia aktifkan. Takutnya, sewaktu tidur dirinya malah diserang musuh pula.

Dengan segera (Y/n) mendudukkan dirinya dan berbalik. Kedua matanya sedikit membelak kaget saat mendapati sosok seorang pria yang tengah berjalan mendekatinya. Kemudian pria itu duduk di sampingnya dan menyapanya dengan wajah datarnya.

"Hai."

(Y/n) tertegun. Kemudian ekspresi wajahnya terlihat bingung dengan alis yang menyatu. "Gaara? Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya (Y/n). "Dan, bagaimana bisa kau tahu aku ada di sini?"

Gaara tidak menjawab, melainkan menatap lurus ke depan. Desa Konoha yang terlihat kacau terlihat jelas dari tempat duduknya saat ini. Terlihat banyak para pria yang bergotong royong mengumpulkan beberapa puing-puing yang masih bisa dipakai untuk pembangunan kembali.

"Hei! Jawab aku!" desak (Y/n). Dirinya cukup kesal karena diabaikan.

Gaara menoleh, menatap wajah (Y/n). "Ya, aku mengurus beberapa hal dengan Konoha tentang pembangunan ini. Lalu aku tidak sengaja ke sini dan melihat mu."

Kening (Y/n) berkerut, kemudian ia menghela nafas dan beralih mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Sial, dadanya berdegup sangat kencang saat duduk berdekatan dengan Gaara seperti ini.

"Tangan mu kenapa?" Sedari awal, Gaara sudah memperhatikan tangan (Y/n) yang terbalut kain penyangga bewarna biru tersebut.

"Patah, tapi akan sembuh dalam beberapa hari," jawab (Y/n) pelan, sembari menatap lengan kirinya yang selalu bermasalah.

Kemudian suasana diantara mereka hening. (Y/n) dan Gaara jarang bertemu, sekali bertemu pun hanya karena misi antar desa. Namun, berkat insiden di hari ulang tahun (Y/n) waktu itu, hal tersebut benar-benar membekas. Tak jarang insiden itu menjadi momok dalam benak mereka masing-masing.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Gaara memecah keheningan.

(Y/n) menoleh, menatap wajah tampan Gaara dari samping. (Y/n) menyugar rambutnya ke belakang kemudian menghembuskan nafasnya. "Beristirahat sejenak, di sekitar tenda sangat berisik. Jadi aku memilih tempat ini saja," jawab (Y/n).

Gaara ber-oh. Wajah gadis yang duduk sampingnya ini terlihat lelah, matanya pun sayu dan sepertinya ia sedang banyak pikiran.

"Jika kau memiliki hal yang mengganjal, kau bisa bercerita dengan ku," ujar Gaara tulus.

(Y/n) langsung menoleh. Kedua matanya mengerjap tidak percaya. Apa Gaara menawarkan dirinya sebagai tempat curhat?

"Kau hanya perlu bercerita, bukan berciuman dengan ku," tambah Gaara dengan datarnya.

Sial, sepertinya (Y/n) tidak dapat berisitirahat dengan tenang karena dadanya berdegup sangat kencang. Pipinya memanas ketika mendengar kalimat 'itu' terlontar dari mulut Gaara.

Ah, kalimat itu memang dirinya yang memulai ketika dirinya terlibat misi penyelamatan Gaara ketika ujian Chunnin waktu itu. Tapi, tak ia sangka kalau Gaara akan menggunakan kalimat itu 'lagi'.

"Kau benar-benar membuat ku malu!" ketus (Y/n) dengan kepala yang tertunduk.

Gaara yang melihat tingkah (Y/n) terkekeh, kemudian menoleh ke arah gadis itu. "Apa kau mengalami hal yang berat?" Gaara hanya sedang mencoba untuk menjadi tempat berbagi cerita. Agar gadis di sampingnya tidak terlalu tertekan.

"Aku hanya takut jika guru ku tidak bangun lagi." Inilah inti dari beban pikirannya saat ini.

Ketika ia melihat kondisi Hana terakhir kali, wanita itu benar-benar sekarat dan kritis. Dan banyak pemisalan di dalam otaknya. Semisalnya Hana benar-benar tidak akan bangun lagi ... (Y/n) benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya.

Sudah terlalu banyak orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya. Dan, (Y/n) tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi untuk kesekian kalinya. Itu semua terlalu berat.

Sebuah tangan kekar (Y/n) rasakan membelai lembut rambutnya. (Y/n) menoleh dan menatap wajah Gaara yang mengarah ke arahnya. Tatapan mereka berdua saling mengunci. Dan tak lama, tatapan Gaara melembut.

"Tidak ada gunanya berpikiran yang tidak-tidak. Kau harus yakin kalau guru mu pasti akan bangun."

"Cih, berkata-kata memang sangat mudah, tapi melakukannya sangat sulit," dumel (Y/n) sembari mengakhiri tatapan mereka berdua.

Gaara terkekeh, jarang sekali Kazekage muda ini terkekeh. "Ya kau benar. Tapi, tidak ada salahnya mencoba kan?"

Lalu, dorongan entah darimana Gaara menidurkan kepalanya di atas paha (Y/n) yang saat ia kedua kakinya tengah selonjoran. Kontan (Y/n) tersentak kaget dengan aksi Gaara.

"Ga-ara, apa yang kau lakukan?" tanya (Y/n) dengan wajah kagetnya. Pipinya pun jelas memerah.

Gaara memejamkan matanya. "Berisitirahat."

Kening (Y/n) berkerut. "Hei! Di sini aku yang mau berisitirahat, tapi, malah kau yang berbaring. Menyebalkan," sungut (Y/n) dengan pipi yang menggembung sebelah dengan lucu.

Gaara membuka matanya. Menatap wajah cantik (Y/n) dari posisinya. "Kau terlalu blak-blakan," ucapnya kemudian bangkit dari posisinya.

Ia kembali mendudukkan dirinya di samping (Y/n). Lalu kedua tangannya memegang pundak (Y/n) dan membawa (Y/n) untuk berbaring di atas pahanya. "Apa kau mau seperti ini?"

(Y/n) bungkam. Ah, dirinya benar-benar tidak bisa berkata dan secara tiba-tiba pula pikirannya kosong. Sikap Gaara menurutnya terlalu tiba-tiba dan manis. Sial, pipinya kembali memerah untuk kesekian kalinya. Kemudian ia mengigit bibir bawahnya. Ah! (Y/n) benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Alam bawah sadarnya menyuruhnya untuk bangkit ke posisi semula, tapi tubuhnya menolak dan justru membiarkan tangan Gaara membelai lembut rambut dan wajahnya.

"K-kau ... sangat tiba-tiba." Akhirnya sebuah kalimat berhasil (Y/n) lontarkan.

Tangan Gaara berhenti, kemudian ia mengerjap. "Aku pun tak mengerti, diriku seperti bergerak sendiri."

Kening (Y/n) berkerut, kemudian kekehan kecil keluar dari dalam mulutnya bersamaan dengan tubuhnya yang bangkit untuk duduk. "Kau ada-ada saja!"

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen2U.Pro