44: Sosok yang membuat ada (2)

Mร u nแปn
Font chแปฏ
Font size
Chiแปu cao dรฒng

Axksoams happy reading!

Jejak jangan lupa ya:โค๏ธ

***

"Itu yang terakhir."

(Y/n) menoleh, menatap tim penyegel yang baru saja melaporkan data yang barusan diurus. Ia menghela nafas lalu menyugar rambut coklatnya yang sudah basah karena keringat. Ini benar-benar situasi yang tidak pernah ia duga.

Tadi, ketika (Y/n) bersama pasukannya sedang dalam perjalanan menuju titik temu Divisi 3, tiba-tiba beberapa ninja edo tensei muncul dan menyerang pasukannya. (Y/n) tidak tinggal diam, ia bersama pasukannya dengan sigap melawan dan mengalahkan para ninja edo tensei yang menghalangi mereka. Waktu yang digunakan pun cukup lama, banyak juga pasukan (Y/n) yang terluka.

"Ninja medis! Cepat kerjakan tugas kalian! Kita harus bergegas menuju tempat Divisi 3!" (Y/n) berseru gemas. Giginya bergemelatuk geram karena waktu yang terus menerus terundur.

Gadis itu menghela nafas, mengusap wajahnya yang sudah kusam karena pertarungan. Persetan dengan semua perawatan yang (Y/n) lakukan kala libur terhadap wajahnya. (Y/n) berjanji, jika perang ini berakhir, (Y/n) akan menghabiskan waktu berhari-hari untuk merawat dirinya dan mengabaikan misi serta tugasnya. Baiklah, ini bukan contoh yang baik. Ini hanya bualan konyol (Y/n) pada dirinya sendiri.

Bagaimana pun, selelah apapun, jika ada misi yang membutuhkannya, (Y/n) pasti selalu siap menerimanya meski hati memberontak.

"(Y/n)! Ini aku Kakashi! Kau dan aku terhubung melalui Inoichi-san."

(Y/n) tersentak kala mendengar seruan Kakashi di dalam benaknya. Ia langsung mendudukkan dirinya di bawah pohon dan memejamkan mata untuk fokus pada pembicaraan. Sepertinya Kakashi sedang serius atau membutuhkan hal genting.

"(Y/n) di sini! Ada apa, Kakashi-sensei?" tanya (Y/n).

"Cepat lah kemari! Aku membutuhkan diri mu untuk menyegel ninja edo tensei yang baru saja muncul sesuai dengan prediksi Shikaku-san! Tidak ada banyak waktu, (Y/n)! Kau harus benar-benar tiba di sini dalam waktu cepat, jika tidak, anggota Divisi 3 bisa semakin banyak yang terluka."

"Memangnya, siapa ninja edo tensei itu?"

"Orang tua mu. Aku butuh kau segera. Sampai jumpa!"

Percakapan terputus bersamaan dengan kedua mata (Y/n) yang terbuka lebar. Barusan, ia tidak salah dengar kan? Ia sedang tidak mengigau kan? Ia sedang tidak berhalusinasi kan?

"Lapor, (Y/n)-sama! Sebagian anggota pasukan telah selesai diobati, sementara sisanya masih proses!"

(Y/n) tersentak kala mendengar laporan bawahannya. Kedua mata masih senantiasa membola tak percaya kala otak terisi penuh dengan percakapan barusan. Namun, ini bukan saatnya untuk merenungkan percakapan itu. (Y/n) harus bergerak cepat atau semuanya akan terlambat.

"Jyu, kau ambil ahli pasukan dan bawa mereka ke titik temu Divisi 3. Aku tidak bisa pergi bersama kalian karena aku akan pergi sekarang, mereka benar-benar membutuhkan ku! Sampai jumpa!"

(Y/n) berucap sepihak tanpa menunggu persetujuan dari Jyu ninja asal Iwagakure. (Y/n) segera berlari meninggalkan semua pasukannya dengan egois, tanpa menunggu mereka sama sekali. Namun, ini benar-benar darurat.

(Y/n) memang pernah berharap kalau ia ingin kembali bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun, bukan ini caranya.

(Y/n) memang tidak terlalu mengenal kedua orang tuanya. Masih banyak hal yang belum (Y/n) ketahui tentang ayah dan ibunya. Dan saat ini, ia harus menghampiri mereka berdua dan mengalahkan mereka semua. Ini semua benar-benar menyiksa batin (Y/n).

Sudah sepuluh tahun lamanya ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya dan ketika ia kembali berhasil bertemu, mereka malah dipertemukan sebagai musuh. Orang yang akan saling bertarung satu sama lain sampai ada pihak yang kalah.

"Aku benar-benar benci ini!"

***

DUAM!!!

Ledakan besar terdengar bersamaan dengan angin kencang yang berhembus. Pohon yang berada di sekitar bekas ledakan tadi terbakar dan mulai roboh satu persatu. Untung saja, ledakan tadi bisa (Y/n) tepis jauh dari pasukan Divisi 3 berkumpul dan lebih beruntungnya, ia bisa datang tepat waktu. Sehingga kedatangannya berhasil menyelamatkan Shinobi sehingga mereka tidak jadi terluka.

"Ku harap aku belum terlambat." (Y/n) berhasil tiba di tempat Divisi 3 berada.

Ketika tiba di tempat Divisi 3, (Y/n) melihat seperti bara api besar yang siap meledak kapan saja mengarah ke tempat Kakashi dan pasukannya. Saat itu pula ia berlari dengan cepat dan menepis bara api dengan jutsunya.

"Syukur kau bisa datang tepat waktu," sahut Kakashi seusai (Y/n) berdiri di sampingnya.

(Y/n) mengatur nafasnya, lalu ia menatap ke arah depan, di mana ada dua ninja edo tensei yang terpaku pada posisi mereka masing-masing. Wajah dari mereka berdua terasa familiar di dalam otak (Y/n). Wajah mereka berdua tidak berubah, masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Ketika pelukan terakhir diberikan sebelum kedua orang tuanya pergi menjalankan misi yang mengantarkan sosok mereka berdua pada kematian dan kehilangan abadi.

Saat ini, di medan perang ini, (Y/n) kembali bertemu dengan kedua orang tuanya dengan status sebagai musuh. Dada terasa sesak, tetapi, sebisa mungkin (Y/n) akan mengontrol emosinya kali ini. Ia tidak mau lagi di perbudak oleh emosi.

"Kau ...?"

"Hai ... Ayah, Ibu." (Y/n) langsung menyapa kedua orang tuanya dengan canggung. Wajahnya berekspresi sendu ketika untuk kesekian kali otaknya menyadari statusnya dan status kedua orang tuanya sebagai musuh.

"Kau (Y/n)?" Katachi bertanya dengan ekspresi tak percayanya.

(Y/n) tidak menjawab, melainkan ia meraih lehernya dan mengeluarkan sebuah kalung yang senantiasa berlindung di dalam pakaiannya. Sebuah kalung dengan bandulan beruang terlihat dan berhasil membuat Yumiko membelakkan kedua matanya tak percaya.

"Kau ... sudah besar rupanya ...." Yumiko bersuara.

Kalung yang (Y/n) tunjukkan adalah kalung pemberian Yumiko ketika hari ulang tahunnya yang ke lima tahun waktu itu. Jadi, tidak mungkin Yumiko tidak mengenali (Y/n) setelah melihat kalung tersebut.

"Ternyata, waktu sudah berlalu begitu lama," sahut Katachi.

Kakashi dan yang lain menyaksikan pertemuan kedua orang tua dan anak tersebut dalam diam. Tidak ada yang bersuara. Bahkan, hutan yang masih terbakar yang ada di dekat mereka, mereka abaikan begitu saja karena kobaran api itu pun kian mengecil.

(Y/n) menghela nafasnya, ia mengulas senyumannya dan menatap kedua orang tuanya dengan mata yang kian menajam. "Waktu terus berlalu dan tak terasa, kita kembali bertemu dengan kondisi seperti ini. Aku tidak tau harus menganggap ini anugrah atau bencana. Karena saat ini, aku kembali bertemu kalian dan harus menyerang kalian." Lalu ekspresi gadis itu melunak.

"Rambut mu semakin panjang, ibu menyukainya."

(Y/n) tersentak kala mendengar suara Yumiko yang terdengar lembut di telinganya. Sudah lama ia tidak mendengar suara itu dan kini ia kembali mendengar suara itu.

"Aku tahu kalau kau sangat tidak ingin ada di situasi ini. Tapi, kita harus segera mengalahkan kedua orang tua mu. Mereka memiliki jutsu khusus yang jika digunakan hanya bisa dihentikan dengan keturunan mereka. Maka dari itu kau ada di sini untuk membantu tim penyegel untuk menyegel kedua orang tua mu sebelum mereka menggunakan jutsu tersebut. Karena, untuk menyegel mereka pun membutuhkan kau yang merupakan anak mereka. Kesampingkan perasaan mu untuk saat ini. Mereka berdua adalah musuh kita dan kau harus membantu kami mengalahkannya."

Perkataan Kakashi berhasil membuat (Y/n) bergeming. Inilah yang menjadi hal terberat bagi (Y/n) ketika berada di sini. Ia di paksa untuk melawan kedua orang tua yang sudah sangat lama ia rindukan.

"Cepat hentikan kami, KU MOHON!!" Katachi berteriak ketika lagi dan lagi tangannya bergerak sendiri dan mulai membentuk segel tangan.

"KURANOHA NO JUTSU!!"

Angin kencang super dahsyat berhembus dan menerpa seluruh pasukan Divisi 3. Ketika angin Katachi menerpa, beberapa anggota tubuh yang tak terlapisi pelindung terluka. Angin ini tajam, layaknya tepi pisau lipat.

(Y/n) melindungi bagian wajahnya dengan cara menyilangkan kedua tangannya di depan wajahnya. Ia harus berpikir keras. Selama ini ia tidak pernah tahu kemampuan kedua orang tuanya karena data-data mereka sangat rahasia sekalipun untuk anaknya sendiri.

"Aku akan mengurus ini, (Y/n)! Kau bersama pasukan penyegel bersiap lah. Mereka sudah mengeluarkan jutsu terlalu banyak sedari tadi. Sepertinya pun mereka sudah mencapai batas dan sebentar lagi, Jutsu kolaborasi mereka akan mereka keluarkan. Ingat, kau harus menyegel mereka sebelum mereka menggunakan jutsu kolaborasi mereka!" Kakashi berujar dengan cepat dan tak lama Kakashi mengambil ahli semuanya dan berhasil membuat angin tajam yang berhembus dengan kencang itu berhenti.

"Ck! Cepat hentikan kami!" Yumiko berseru kesal ketika tangannya sudah membentuk segel tangan. "Kiri no Jutsu!"

Kabut mulai bermunculan dan membuat jarak pandang menjadi semakin pendek. (Y/n) berdecak, kenapa di saat seperti ini ia tidak bisa berbuat apa-apa?!

(Y/n) menghela nafas, kemudian memejamkan matanya. Ia mulai merapal jutsu dan siap untuk menyerang. Kakashi benar, ia harus mengesampingkan perasaannya agar ini semua cepat berakhir.

"Ninpou: Sedosurasshu," ucap (Y/n) pelan.

Lalu, tak lama cakra bewarna merah ke oranye-an mulai membaluti katananya yang sudah ia keluarkan dari dalam sarung katananya tadi. Masih dengan mata yang terpejam, (Y/n) menajamkan indra pendengarannya. Ada banyak suara yang ia tangkap terlebih suara panik dari para pasukan.

Ia menghela nafas lagi, kemudian ia berdecak dan ketika instingnya sudah mengunci target, dengan cepat (Y/n) bertolak dan membebaskan katananya.

Sesaat katana itu berhasil menebas, kabut menghilang bersamaan dengan tubuh Yumiko yang terjungkal ke belakang. (Y/n) membelakkan kedua matanya, dadanya semakin berdebar tak karuan bersamaan dengan rasa sesak yang melanda. Ia tidak pernah mau melakukan ini, tetapi, dirinya kembali dipaksa untuk menghentikan ini semua.

"Bagus, serang kami tanpa perasaan mu dan kalah kan kami, Nak."

(Y/n) mendongak, menatap Katachi yang sudah bersiap menyerang dirinya dengan katana yang sudah terbalut oleh petir kuning yang terlihat tajam.

TRANG!

Katana (Y/n) dan Katana Katachi saling beradu. Kedua mata (Y/n) masih membelak, keringat dingin membasahi keningnya. Saat ini ia sedang berhadapan dengan sang ayah.

"Tidak ayah sangka, kau pintar dalam memanfaatkan insting perang mu. Andai saja aku tidak mati dengan cepat .... Ah, sudahlah, abaikan itu dan sekarang tolong hentikan ayah ya?" Katachi berucap dengan lembutnya.

Membuat (Y/n) semakin bimbang dengan tindakannya.

"(Y/N)! FOKUS DENGAN MUSUH MU!"

(Y/n) tersentak kala mendengar Guy menyentaknya. Saat ini, ia lihat Kakashi tengah menghadapi sang ibu.

"Ingat, jangan pernah libatkan perasaan mu ketika sedang menjalani misi," ujar Katachi. Setelah itu pria tersebut menebaskan katananya dan masih berhasil (Y/n) tepis.

(Y/n) melompat mundur, menjaga jarak dari Katachi. Ia tidak menjawab perkataan Katachi sama sekali. Otaknya hanya berisi tentang bagaimana cara mengalahkan kedua orang tuanya. Namun, ketika ia mendengar Kakashi bersuara, (Y/n) berlari mendekati Kakashi.

Kakashi mengatakan kalau ini semua serahkan padanya saja. (Y/n) harus bersiap-siap untuk menyegel kedua orang tuanya.

Ketika Katachi dan Yumiko sudah berdekatan, mereka berdua kompak menatap barisan Shinobi yang sudah berantakan. Mereka berdua menghela nafas dan tersenyum kecil.

"Cepat hentikan kami. Ku rasa, sebentar lagi kami akan menggunakan jutsu khusus milik kami. Cepat hentikan sebelum kalian semua mati," ucap Yumiko.

Ekspresi wajahnya tampak kesal. Ia benci dengan dirinya yang dikendalikan ini.

(Y/n) bersama tiga orang tim penyegel langsung menghampiri Katachi dan Yumiko. Beruntung dalam waktu yang singkat tadi, (Y/n) sudah mengerti apa yang harus ia lakukan.

Dengan segera (Y/n) memimpin tim penyegel untuk menyegel kedua orang tuanya. (Y/n) berdiri di hadapan kedua orang tuanya yang tampak mulai membentuk segel tangan. Ketiga tim penyegel itu pula berdiri di masing-masing sisi kedua orangtuanya. Ketika persegi berhasil di bentuk melalui barisan sisi, (Y/n) dengan cepat merapal jutsu bersamaan dengan segel tangannya. "Shiruh no Jutsu!"

Jutsu itu terucap bersamaan dengan kedua tangan yang menyatu di depan dada. Tak lama, sebuah kubus panjang bewarna ungu terbentuk dan berhasil mengurung pergerakan Katachi dan Yumiko. Penyegelan ini memang tidak bersifat seperti penyegelan edo tensei seperti biasanya. Penyegelan ini membutuhkan waktu dan beruntungnya, mereka berhasil melakukan penyegelan ini sebelum Katachi dan Yumiko mengeluarkan jutsu khusus mereka.

"Akhirnya." Kakashi berujar dengan lega ketika prediksi buruknya tidak terjadi karena (Y/n) berhasil memimpin tim penyegel untuk menyegel kedua orang tuanya.

Kakashi menghampiri (Y/n) yang masih terpaku pada posisinya. Gadis itu tampak fokus dengan penyegelannya meski raut wajahnya terlihat menyedihkan. "Kau memiliki waktu untuk berbicara dengan mereka sebelum mereka benar-benar tersegel."

Meskipun penyegelan bisa di lakukan dengan ninja biasa, tetapi, Katachi dan Yumiko bukan lah ninja biasa. Untuk penyegelan apapun, hanya keturunan mereka yang bisa. Ini lah yang sangat spesial dari sepasang suami istri tersebut.

(Y/n) menoleh, menatap wajah Kakashi yang terasa dekat dengannya. Dengan helaan nafas (Y/n) mengangguk kecil dan kembali menatap ayah dan ibunya.

"Apa kalian bisa mendengar ku?" tanya (Y/n) memastikan. Takut kubus penyegel ini menghalangi suaranya.

"Ya, kami mendengar mu," sahut Yumiko dari balik kubus yang transparan tersebut.

(Y/n) tidak tahu mau mengatakan apa. Seketika otaknya buntu, tetapi, ia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Paman Asuma sudah menikah dengan bibi Kureina dan sebentar lagi kalian akan menjadi paman dan bibi." Pembicaraan ini terbuka dengan topik membahas tentang kehidupan baru. (Y/n) mengatakan kalimatnya dengan senyuman pedihnya.

"Ah, tidak ku sangka kalau adik ku yang pembangkang itu bisa menikah-"

"Tapi, paman Asuma sudah meninggal sebelum anaknya lahir." (Y/n) menyela kalimat Katachi dengan cepat dan berhasil membuat Katachi maupun Yumiko tersentak kaget.

Detik itu pula Katachi malah terkekeh. "Dasar pria bodoh, sudah ku bilang untuk hidup lebih lama, tetapi, dia malah menyusul ku. Dasar payah."

Kemudian, rahang (Y/n) mengeras. "Dulu, nenek pergi terlebih dahulu karena insiden Kyubi. Aku tidak terlalu mengenal nenek ku. Setelah nenek, kalian lah yang pergi. Saat itu aku masih kecil, Konohamaru pun masih sangat membutuhkan kalian. Kami berdua membutuhkan kalian! Tapi, kalian malah pergi untuk selama-lamanya! Namun, di lain sisi, kami masih memiliki Kakek dan paman. Setelah itu aku dan Konohamaru besar di bawah bayang-bayang kakek, tetapi, kakek juga pergi. Dia pergi meninggalkan ku."

"Setelah kakek, paman pula menyusul. Saat itu juga, aku merasa kesal dan membenci kalian karena kalian telah meninggalkan ku begitu saja dan itu semua karena Akatsuki. Lalu, setelah paman pergi, aku kembali kehilangan sosok guru ku. Dia juga mati ditangan anggota Akatsuki-"

(Y/n) menghentikan kalimatnya dengan paksa ketika semua kematian orang tersayangnya terucap dari dalam mulutnya. Ia menghela nafasnya, perkataannya mulai tidak terarah dengan benar sepertinya. Lalu (Y/n) menatap sendu pada kedua orang tuanya yang masih mendengarkan perkataannya. Baiklah, (Y/n) akan mengatakan apa yang memang harus ia katakan. Masa bodoh dengan Shinobi yang ada di sekitarnya. Hari pun sudah semakin siang. Perang juga masih berlanjut.

"Wajah mu sangat mirip dengan ibu mu, sedangkan warna rambut mu jelas mirip dengan ku. Tapi, sikap mu ketika sedang berbicara tadi, benar-benar mewarisi diri ku. Aku seperti melihat diriku sewaktu kecil dulu." (Y/n) tersentak ketika mendengar pernyataan Katachi barusan. "Namun, sekilas pula kau juga mirip dengan ibu mu," tambah Katachi

"Kau sudah besar, (Y/n). Aku harap, aku juga bisa melihat Konohamaru saat ini. Pasti anak laki-laki ku itu sudah tumbuh besar dan mirip seperti ayahnya ini. Andai aku masih bisa dapat hidup lebih lama, pasti aku bisa melihat perkembangan kalian berdua," imbuh Yumiko dengan ulasan senyuman tipisnya.

(Y/n) menatap kedua orang tuanya dan setelah itu ia bertanya. "Kalian menyesali kematian kalian?!"

Katachi maupun Yumiko menggeleng kecil dan mereka lantas tersenyum kompak. "Tidak," jawab mereka serempak.

"Kenapa?"

Katachi menatap (Y/n) dengan lembut. "Karena kami mati demi melindungi desa. Jika saat itu kami kembali dalam keadaan hidup, mungkin desa Konoha akan berhasil di serang dan bisa saja hal itu menyebabkan kau dan Konohamaru terluka. Tapi, aku bersyukur dengan kematian kami, kami berhasil mencegah serangan Akatsuki pada Konoha sepuluh tahun yang lalu."

Angin berhembus, membuat (Y/n) menunduk dan membiarkan otaknya memikirkan kata-kata yang pas untuk dibicarakan selagi masih ada waktu.

"Katakan apa saja, tidak perlu merangkai kata. Ini kesempatan terakhir mu untuk bertemu mereka, (Y/n)."

Perkataan Kakashi barusan berhasil membuat (Y/n) tersadar. Kakashi benar, tidak ada waktu untuk merangkai kalimat yang bagus. Yang terpenting saat ini adalah apa yang seharusnya dikatakan tersampaikan dengan baik.

"Ayah ... ibu ... aku, aku sangat menyayangi kalian! Aku sangat merindukan kalian! Aku benar-benar ingin selalu berada di samping kalian! Tumbuh di bawah pengawasan kalian! Tapi ... tapi, takdir berkata lain. Aku tidak bisa berharap lebih. Namun, aku sudah mengikhlaskan kepergian kalian. Karena, guru ku pernah bilang. Agar semuanya baik-baik saja, aku harus bisa mengikhlaskan kepergian orang yang telah tiada. Dia benar, setelah aku bisa mengikhlaskan kepergian kalian, aku merasa lebih baik sekarang."

Katachi tersenyum ketika mendengar perkataan sang anak. Selagi penyegelan ini belum selesai, Katachi memanfaatkan hal ini untuk melepas katananya. Setelah katana kebanggaannya berhasil ia lepaskan dari punggungnya, Katachi melemparkan katana itu keluar.

"Pakai katana itu dan aku akan melindungi mu melalui katana itu, karena sebagian jiwa ku hidup di dalamnya."

Kedua mata (Y/n) berkaca-kaca ketika melihat katana yang Katachi pakai sewaktu bertarung tadi sudah berada di dekat kakinya.

Yumiko yang melihat suaminya bertingkah manis tersebut pun tak mau kalah. Ia dengan segera melepas syal biru yang sedari awal terlilit di lehernya. Dengan gerakan cepat Yumiko melepas syal kesayangan itu dan melempar keluar syal tersebut.

"Berikan syal itu kepada Konohamaru, bilang padanya kalau aku sangat merindukannya."

Detik itu juga air mata (Y/n) jatuh ketika syal biru yang Yumiko lempar mendarat di atas kepalanya begitu saja.

Kakashi yang melihat Katachi ataupun Yumiko yang bisa melempar barang keluar dari dalam kubus penyegel itu hanya bisa menggelengkan kepalanya kecil. Ia tersenyum kecil, sebenarnya segel yang terbentuk ini pun tak ada apa-apanya untuk sepasang suami istri itu. Mereka bisa saja menrobos kubus tersebut dengan mudah, tetapi, saat ini pasti mereka berdua tengah berusahalah menahan diri dan merebut kembali kontrol tubuh mereka sendiri.

Penyegelan pun hampir selesai, hanya tinggal tiga puluh lima persen saja, dan setelah itu Katachi dan Yumiko akan benar-benar tersegel.

"Oh ya, Kakashi. Aku titipkan (Y/n) pada mu, untuk jaga aman, kau nikahi putri ku juga tak apa. Ku lihat kau sudah kuat." Perkataan Katachi barusan langsung saja dihadiahi oleh tatapan tajam oleh Yumiko.

"Tidak-tidak! Aku tidak akan merestuinya. Kakashi dan kau tidak jauh berbeda. (Y/n), sebaiknya kau cari suami yang jauh dari kepribadian ayah mu atau Kakashi. Tipe-tipe seperti mereka menyebalkan. Atau kau bisa mencari suami seperti komandan di Divisi 4-"

"Komandan yang mana?" Katachi bertanya, lebih tepatnya menyela perkataan Yumiko yang tak searah dengannya.

"Itu loh yang berambut merah ketika kita tidak sengaja lewat tempat mereka bertarung tadi ...."

(Y/n) terkekeh, dadanya menghangat ketika melihat pertengkaran kecil kedua orang tuanya yang disaksikan oleh dirinya dan Shinobi lain. Wajah (Y/n) pun sudah merona karena perkataan kedua orang tuanya ini.

Ternyata, kedua orang tuanya juga sangat payah. Mereka tidak bisa memilih tempat yang tepat untuk bertengkar.

"Dasar payah," gumam nya pelan.

"Ooo yang wajahnya datar itu? Dia masih kelihatan sangat bocah, aku lebih suka kalau (Y/n) bersama Kakashi!"

"Ah tidak-tidak, aku setuju dia bersama pemuda berambut merah tadi. Kakashi sudah tua, tidak cocok dengan anak ku yang masih muda."

"Bukan kah Kakashi lebih dewasa?"

"Bukan kah pemuda merah itu lebih setara dengan (Y/n)?"

(Y/n) menghela nafas pasrah, dan ketika ia menyadari kalau penyegelan ini akan segera berakhir, (Y/n) berdehem dan tersenyum hangat.

"Senang bisa bertemu dengan kalian, Ayah, Ibu. Aku benar-benar akan merindukan kalian."

Katachi dan Yumiko langsung mengalihkan perhatian mereka dan memusatkannya pada sang anak yang masih memasang senyuman hangatnya.

"Ah, kita harus berpisah lagi ya? Aku benci ini." Katachi berujar pahit. Namun, wajahnya masih saja terlihat tengil meski dadanya sesak dan tak siap untuk berpisah dengan anaknya. "Kakashi, aku titip (Y/n) pada mu. Jaga dia, aku percaya kau."

Kakashi yang mendengar perkataan Katachi mengangguk mengerti.

"Tetap hidup, jangan mati dan pulang lah ke rumah dalam keadaan selamat, (Y/n). Sampaikan salam ku pada Konohamaru, calon anak Asuma dan istrinya. Katakan kalau kami selalu mengawasi mereka dari tempat kami berada, begitu juga dengan mu. Kami selalu mengawasi kalian," ujar Yumiko.

(Y/n) mengangguk dengan kepala yang tertunduk. Kini, tiba saatnya ia harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Dengan berat hati (Y/n) kembali mendongak, menatap wajah Katachi yang masih tersenyum sedangkan Yumiko yang berekspresi sendu.

"AKU MENYAYANGI KALIAN! AKU SAYANG KALIAN! AKU BENAR-BENAR MENYAYANGI KALIAN! AYAH! IBU!"

"Kami juga sayang kau."

Dengan berakhirnya kalimat itu, Katachi dan Yumiko berhasil tersegel. Ketika Kubus semakin merapat, tim penyegel langsung merekatkan dua kertas penyegel pada kubus tersebut dan setelah itu, semuanya berakhir.

Akhirnya, air mata pun kembali jatuh dengan seulas senyuman yang tergambar. Lalu tangan (Y/n) tergerak untuk mengambil syal biru yang terlihat kotor yang ada di atas kepalanya tadi. Ia tatap syal biru itu dengan sendu. Dadanya kembali terasa sesak.

Lalu, perhatian (Y/n) teralihkan pada tangan Kakashi yang tampak menyodorkan katana pemberian Katachi tadi. "Semua sudah selesai. Sekarang, ayo kembali bantu Divisi lainnya," ucap Kakashi sembari memperhatikan (Y/n).

Para Shinobi yang lain sudah bisa bernafas dengan lega dan mereka mulai sibuk sendiri untuk mengobati siapapun itu yang terluka tanpa memperdulikan (Y/n) dan Kakashi yang saling berhadapan.

"Baiklah," sahut (Y/n) sembari menerima katana milik ayahnya.

(Y/n) memegang katana Katachi dan langsung mengikatkannya di belakang punggungnya dengan sedikit bantuan Kakashi. Setelah katana terpasang dengan baik, (Y/n) melipat syal pemberian ibunya dan menyimpannya ke dalam tas ninja kecil yang ada di belakang punggungnya.

Setelah itu, (Y/n) menghapus air matanya yang sempat membasahi wajahnya dan menatap Kakashi yang lebih tinggi darinya. "Mmm ... perkataan ayah ku yang tadi, apa Kakashi-sensei akan benar-benar melakukannya?" tanya (Y/n) gugup.

Atmosfer di sekitar terlalu cepat berubah. Suasana haru kini sudah berubah menjadi canggung dan sedikit mendebarkan.

"Ya, aku akan memenuhi permintaan Katachi-senpai," jawab Kakashi dengan wajah datarnya.

"Sekalipun harus menikahi ku?"

"Ya."

"Sialan!"

***

Oke, part ini benar-benar campur aduk ya๐Ÿ˜Œ

Part ini emang panjang karena part ini juga begitu spesial bagi aku. Jadi gak enak kalau setengah-setengah ๐ŸŒฌ๏ธ

Arrrgggh! Kakashi benar-benar deh ya, gak cuman Kakashi, Katachi juga sama aja. Dah lah pundung๐Ÿ™‚

Menurut kalian part ini gimana?

Semoga tidak buruk ya.

Jejak jangan lupa ya๐ŸŒฌ๏ธ

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen2U.Pro