23. Like a Home

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasanya seperti di rumah. Aku tidak pernah sadar betapa tenangnya tinggal di pusat perawatan vampir. Di dalam terowongan yang terus melebar, semakin luas dan panjang. Selain itu terang dialiri oleh listrik. Tidak lupa penghangat ruang agar ditinggali secara aman.

Aku memang suka berada di dunia luar. Adrenalin mendesakku keluar dan menyapa tantangan serba bahaya. Mudah saja memancingku untuk bergerak dari lubang persembunyian. Kedua kakiku terlalu gatal untuk berdiam diri. Aku harus melakukan sesuatu agar bisa merasakan cengkeraman kuat dari kedua telapak tangan yang berkeringat. Aku tidak mau terkalahkan, selama itu memberikan keuntungan klan.

Namun, satu hal yang menjadi titik fokus dalam misiku kali ini adalah mengurus apa yang menjadi tanggungjawabku. Walau kupercayakan pada Leeseo dan Yujin, aku harus memastikan semuanya berjalan sesuai aturan yang kutetapkan. Tidak boleh ada kesalahan apapun setelah yang terjadi pada para subjek penelitian.

Kedua kakiku saling berkejaran, mengelilingi koridor demi koridor. Sesekali berhenti dan mengintip ruangan. Memastikan semuanya terkendali. Tidak ada cipratan darah, daging terkoyak, serta pertengkaran yang tidak perlu.

Aku tidak boleh terlalu senang dengan ruangan-ruangan yang terlalu aman. Bukan berarti aku mengharap ada keributan, tetapi rasanya seperti kondisi tenang paling memekakkan sebelum kena sapu tornado paling ganas dari lautan.

Sampai akhirnya aku tiba di lantai ke empat. Pada salah satu ruangan, Yujin sedang memberi makan salah satu vampir. Yujin terkejut sekali dengan kemunculanku yang tiba-tiba.

Diam-diam, kehangatan menjalari seisi hatiku. Aku lega karena darah yang diberikan Yujin hanya separuh botol.

"Bagaimana tempat ini?" Aku bertanya.

"Ya, baik." Yujin melapor. Kegugupan Yujin terlihat dari cengkeraman tangannya pada leher botol. Aku berharap Yujin bisa mengendalikan kekuatan agar tidak memecah botolnya. Akan mubazir kalau sampai pecah dan darahnya jatuh ke lantai.

Darah yang susah payah diperoleh itu tidak boleh disia-siakan. Terlalu berharga bila mengingat sulitnya melakukan transaksi secara rahasia.

"Bagus. Tidak ada masalah, kan?" Aku terus menggali informasi.

"Tidak."

"Kenapa sepi sekali. Di mana Dokter Nishimura dan Leeseo? Kenapa kau sendirian mengantar makanan? Juga para manusia pendonor ini, di mana mereka?"

Aku mengintip salah satu vampir dari jendela kecil berjeruji. Suaranya serak dan menggeram tidak ramah ke aku. Matanya kelabu setengah kemerahan. Dilihat dari rona kulitnya, dia baru beberapa hari tergigit vampir.

"Sepertinya mereka ada di sana. Berkumpul." Yujin menutup botolnya cepat-cepat. Menjaga agar isinya tidak terlalu banyak terkontaminasi oksigen. Bisa menggumpal jika dibiarkan kena udara.

"Minum alkohol lagi?" Aku langsung marah. Kekhawatiranku semakin menjadi. Saat aku ada di sini, aku kecolongan. Bisa jadi, kan, kalau aku kecolongan lagi karena seharian ada di luar.

"Tidak. Mereka masih istirahat di kamar masing-masing. Tapi, Dokter Nishimura dan Leeseo sedang mengobservasi Tuan Jake."

Aku memiringkan kepala ke satu sisi. Apakah aku kecurian lagi? Apa yang terjadi dengan Jake selama kutinggal pergi?

Detak jantungku menggila. Jake tidak boleh melakukan kesalahan. Hal yang kulakukan saat ini akan menjadi sia-sia jika Jake berulah. Aku tidak mau ciptaanku menghancurkan aku. Aku mau Jake menjadi sosok yang bisa diandalkan, berpengaruh dan pokoknya jauh dari masalah. Aku memang tidak menyukai Jake yang terus mengejarku semata ilusi otak. Hanya cinta bodoh yang sepihak. Aku mau vampir yang bisa melindungiku kalau terjadi sesuatu.

Dia tameng yang ingin kusulap sebagai kartu as.

Satu kesalahan yang dilakukan Jake kemarin tidak akan bisa ditolerir. Kalau sampai dia menyarankan anjuran bodoh pada orang lain, dia harus menanggung konsekuensinya. Dikurung lebih lama agar sadar diri. Kesempatan kedua yang diberikan sebagai seorang vampir bukanlah untuk main-main.

Kerongkongan tersumbat oleh udara yang membatu. Aku gugup tidak karuan. Seluruh tubuhku merinding akibat sensasi yang datang tiba-tiba menggulung perut.

"Kenapa dia?" Suaraku bergetar menahan emosi.

Wajah Yujin yang datar, sama sekali tidak membantu untuk menenangkan kepanikan yang mendera jantungku. Yujin membungkuk dan mengambil sisa botol kemarin. Botol bekas itu tentu saja tidak akan dibuang. Botol yang telah dipakai akan disterilkan dan diisi darah baru lagi untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama di lemari pendingin.

"Sebaiknya Anda pergi ke ruangannya, Nona Jang."

Aku membuang napas pendek. Yujin memang sesuatu. Aku heran kenapa Sunghoon membawa vampir semacam itu. Jawabannya sama sekali tidak memberikan informasi secara rinci.

Lagi-lagi aku melangkahkan kaki semakin dalam ke lantai bawah. Aku meninggalkan Yujin. Dia melanjutkan pekerjaan yang tertahan karena kuajak bicara. Yujin menuju ruang di sebelahnya dan menuangkan sisa botol ke cawan di dekat pintu.

Suara berderap dari sepatu berhak tinggiku menggema semakin kencang. Aku diburu oleh waktu seiring ketegangan yang semakin memuncak. Segala prasangka negatif berebut untuk menakuti aku. Beberapa vampir penjaga tertabrak minggir selagi aku lewat. Tidak ada yang berani protes atau bertanya kenapa aku bersikap kasar. Beberapa belokan kemudian, aku berhenti dengan napas tersengal. Aku berdiri beberapa detik di ambang pintu, mengatur isi kepalaku agar kembali tenang. Pintu berlapis kaca dan terali besi dengan ukiran rumit seolah sedang ingin melahap bulat-bulat.

Aku semakin gugup karena pintu itu tidak dikunci. Meskipun didorong, pintu itu lumayan berat.

Di sana. Punggung berkilau sedang menunggu. Namun, pemandangan itu bertahan sebentar karena kimono sutra biru navy meluncur ke atas. Jake sibuk mengikat kimono itu, lalu berbalik dengan senyum lebar. Kalau-kalau aku terpesona, itu keliru besar. Aku justru mendengkus kesal, mengira Jake membantai seorang manusia, menghisap darah habis-habisan sampai mayatnya kering kerontang. Membiru tanpa adanya darah.

"Oh, hai!" Jake salah tingkah. Dia sibuk membuat simpul mati pada tali kimono. Namun, dia tidak bisa mengikat dengan benar, sehingga dadanya tidak tertutup dengan sempurna.

"Apa yang terjadi?" Aku menoleh ke Leeseo dan Dokter Nishimura.

Yujin sialan. Memberi informasi setengah-setengah. Seharusnya dia menjelaskan secara rinci soal apa yang terjadi pada Jake. Namun, barangkali aku terlalu takut untuk menjaga Jake tidak berulah.

Dia masih vampir hijau. Kalau sampai kecolongan, aku yang mati sia-sia.

"Tadi ada subjek yang tangannya terluka di depan vampir baru. Kalau Tuan Jake tidak lewat, mungkin pembunuhan itu terjadi." Dokter Nishimura tersenyum sumringah. Kedua bola matanya penuh cahaya dengan temuan terbaru.

"Subjeknya baik-baik saja?" Salah satu alisku naik.

"Utuh, meski merengek ingin keluar dari tempat ini." Leeseo menjawab.

"Bagus kalau begitu. Lalu apa masalahnya dengan Jake?"

"Dia tidak ikut menyerang si subjek." Leeseo semakin bersemangat menjelaskan, tetapi menciut gara-gara reaksiku.

"Itu bersifat sementara. Jake tahan akibat ada serangan luar. Kondisinya bagus dan kenyang. Bisa jadi dia ikutan kalap kalau haus juga." Aku menyimpulkan. Sama sekali tidak mau bereaksi terlalu senang. Masih banyak observasi yang harus dilakukan oleh Shim Jake.

"Kenyang apanya? Aku sudah kehausan sekali. Tenggorokanku pedih tanpa minum! Kau mengurangi jatahku." Jake protes.

Lantas kedua bola mataku nyaris copot. Aku teringat alasan kenapa Jake harus dikurung di ruangannya. Dia dihukum telah menghasut puluhan subjek untuk minum alkohol.

"SIAPA YANG MEMBIARKAN JAKE BERKELIARAN?"

Aku meletakkan kedua tangan di pinggang. Siap merobek siapapun yang membangkang. Apakah mereka tuli atas perintahku kemarin?

Jake harus dikurung dan tidak diberi makan.

Lantas bagaimana dia bisa berubah menjadi penyelamat manusia tanpa kehausan?

"Marebhwa!"

"Young-ie, jangan salahkan Leeseo. Aku menipunya dan yaaa... Aku berniat kabur karena bosan berada di kamar ini. Tidak bisakah kau memberiku kamar yang lebih baik? Aku sudah pengap tinggal di sini. Lihatlah tembok-tembok yang retak karena rantainya mau lepas semua. Lampunya juga berkedip-kedip terus, sakit mata aku melihatnya."

Aku berkedip pelan. Mencerna patah demi patah kata cepat dari bibir Jake.

Apa katanya? Minta kamar?

Siapa dia berani meminta layanan kamar bagus setelah mengacau di bawah wewenangku?

------

Haaaii, lama tidak jumpa. Semoga bisa mengobati kangennya sama FF Enhypen. Hehehehe

25 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro