8. New Era

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Budayakan vote dulu sebelum baca. Thank you ;)

~~~~~~~~~~~~~~~~

BEFORE THE DAWN

~~~~~~~~~~~~~~~~

Menunggu sebuah kepastian itu sangat meresahkan. Aku tidak bisa mengendalikan kedua kaki untuk tetap diam. Berulang kali kepalaku mendongak ke arah pintu, berharap ada sosok yang datang. Namun, yang datang bukanlah Yujin ataupun ayah.

Pager pemberian Sunghoon belum berkedip. Tak ada pesan yang masuk.

Yujin tidak kunjung pulang. Mustahil jika dia mampir ke hutan terdekat untuk berburu lagi. Menurut Leeseo, Yujin sudah minum darah sangat banyak dan masih kenyang.

Lantas, ke mana gadis itu pergi?

Apakah dia sedang bersabar menunggu kesempatan tatap muka secara pribadi kepada ayah? Barangkali, ayah jauh lebih sibuk mengurus pembebasan lahan dibandingkan menerima pesanku? Entahlah, tetapi ini sangat menjengkelkan bila disuruh menunggu.

Kemudian, aku berbalik dengan keterkejutan yang lebih besar. Apakah Yujin tertangkap oleh anggota gereja Sowon?

"Leeseo-ya, bisakah kau pergi ke tempat ayah?" pintaku, benar-benar panik bukan main.

"Lalu Anda dengan siapa, Nona Jang?" tanya Leeseo.

"Aku bisa jaga diri. Aku harus bicara dengan ayah."

"Kita tunggu sampai besok, Nona Jang. Kalau Yujin Eonni belum tiba, aku akan pergi." Leeseo tersenyum tipis. Dia sedang mengelap lantai rumah agar bersih.

"Apakah dia sungguh tertangkap?" Aku harus mengorek informasi. Anehnya, aku lebih takut jika ayah tidak akan datang ke rumah ini dibandingkan kalau Yujin terbunuh.

"Aku yakin, dia akan kembali. Istirahatlah, Nona Jang. Kau membuat pekerjaanku tidak kunjung selesai. Mengelap rumah sangat melelahkan kalau kau terus mondar-mandir tidak jelas."

Hm.... Pelayan aneh. Gemar sekali mengomeliku. Aku baru sadar jika Leeseo sangat cerewet.

Aku membuang napas jengkel. Namun, kuturuti permintaan Leeseo. Aku duduk di sebuah kursi goyang. Kendati menatap berjam-jam, pager itu tidak akan berbunyi.

Leeseo datang ke ruanganku sambil membawakan sebotol darah. Rasanya mulai tidak enak karena suhu tinggi. Cuaca terlalu terik. Seandainya musim panas berakhir, botol yang disimpan di bawah tanah tidak akan lekas basi. Sementara itu, cairan kental pekat yang ada di botol mulai menggumpal.

"Leeseo, apakah kau tahu penyimpanan darah di rumah ayah?" tanyaku.

"Pakai lemari khusus."

"Oh, ya? Tidak simpan pakai guci?"

"Tidak juga, Nona Jang. Guci dipakai saat musim dingin. Jika musim panas, ya pakai lemari."

Aku mengumpat jengkel. Ayolah, ini musim panas. Bisa-bisanya di rumah atas penjara vampir ini tidak punya lemari khusus? Interior rumah ini sangat biasa. Tidak banyak perabotan. Bahkan lemari yang ada hanyalah lemari pakaian. Di mana letak efiesiensi menabung puluhan liter darah?

"Tempat apa ini sebetulnya? Kalau rumah ini dihuni manusia, lalu menemukan pintu bawah tanah, menurutmu apa yang terjadi?" Aku menggerutu.

"Dia bakal mampus sebagai mangsa, Nona Jang."

"Berarti rumah ini tidak akan untuk menyembunyikan jejak vampir."

"Karena itulah kita harus menjaga rumah ini agar tidak ada manusia yang menyentuhnya. Ketua Park sudah memberi instruksi agar kita merawat dengan benar."

"Jadi, apa kau setuju kalau tempat ini disulap lebih baik?"

"Tentu, Nona."

"Kalau begitu, pergi ke tempat ayah. Cari siapapun yang ada di sana. Entah itu Sunghoon atau ayah, pokoknya kau harus kembali membawa salah satu dari mereka."

"Tidak bisa, Nona."

"Kemarin kau dan Yujin meninggalkanku untuk berburu, lantas kenapa sekarang tidak bisa?"

"Ya kemarin karena memang haus. Kami butuh kekuatan sebelum merampok darah simpanan. Vampir laki-laki bukan tandinganku, apalagi kalau masih baru."

Aku mengerang frustasi. Memang susah bicara dengan Leeseo. Dia pandai berkata-kata, sehingga aku hanya tercengang mendengarnya.

Sebelum kesabaranku menguap, lalu menerjang Leeseo demi menghilangkan stres, terdengar ketukan pintu. Tidak terlalu pelan, tetapi cukup keras sebagai tanda kesopanan ada orang berkunjung masuk rumah. Aku dan Leeseo kompak menatap pintu. Lalu muncullah sosok mengenakan mantel bepergian. Wajahnya kuyu dan rambutnya acak-acakan. Suara familiar itu membuat senyumanku akhirnya berkembang.

Yujin mendorong pintu dari luar. Dia membiarkan rombongan berjumlah lima belas orang masuk ke dalam ruangan yang sempit.

Aku menelengkan kepala, penuh tanya soal kunjungan tidak terduga ini. Satu per satu, aku mengenali beberapa vampir tua yang setia kepada satu keluarga vampir.

Namun, wajah para vampir itu seragam. Mereka sangat letih.

"Yujin, ambilkan darah simpanan di guci!" perintah Sunghoon.

Dia jelas kepayahan. Napasnya memburu. Tatapan buas pemuda itu masih jelas, seolah dia baru saja menghadapi pertempuran.

"Ayah, apa yang terjadi?" tanyaku, enggan berbasa-basi. Aku cukup paham bahwa mereka mengalami masa-masa yang sulit.

Selama bertahun-tahun, bangsa vampir berlomba-lomba untuk menggali terowongan bawah tanah, jauh ke dalam dibanding terowongan buatan manusia. Terowongan itu digunakan untuk tempat persembunyian.

"Sowon kembali berulah." Ayah mengepalkan tinju. Dia jengkel harus menjelaskan situasi semacam ini padaku.

Sisi hangatnya yang gemar bercerita setiap aku memintanya, telah menghilang. Bertemu denganku pasti urusan paling tidak penting yang dia lakukan.

Namun, aku tidak ingin berkecil hati dengan sikapnya yang cepat berubah.

"Ceritakan padaku, Ayah. Aku ingin membantu. Jika tidak hari ini, ya nanti." Aku mengulurkan tangan penuh simpati.

Ayah menepis kasar. Tatapannya tertuju lurus ke Sunghoon.

"Park Sunghoon, bisa-bisanya kau memutuskan pilihan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kita bisa memenggal leher vampir ciptaan sendiri? Kalau vampir baru berulah, mestinya dia yang mati. Kenapa penciptanya kena juga?"

Aku terdiam. Rupanya ayah sangat marah dengan Sunghoon.

Lihatlah pemuda sombong itu. Sekarang kena batunya.

Diam-diam, aku tersenyum puas melihat bahunya terkulai itu.

"Gencatan paling tidak masuk akal dengan manusia. Kenapa harus rumit begini untuk kita, hah?"

"Paling tidak, kita bisa bersembunyi dengan aman sambil menciptakan vampir baru. Kita bisa mengontrol laju vampir buas. Selain itu, tidak gegabah asal menggigit manusia dengan dalih terpaksa seperti kemarin. Dengan menggigit, kita punya alasan paling riil mengapa memilih manusia diubah sebagai vampir. Vampir baru diciptakan sebagai teman eksistensi, bukan menjadi teror, Ketua!"

"Diam kau, Park Sunghoon!" Ayah mengamuk.

"Pikirmu gencatan senjata akan dilakukan manusia ini? Mereka sangat licik!"

"Apa bedanya dengan kita, Ketua?"

Sunghoon mendongakkan kepala. Ketenangannya membius separuh rombongan untuk memihak Sunghoon.

Aku merinding terhadap pemuda itu. Sunghoon adalah orang kedua di klan ini. Kedudukannya membuatnya setara dengan ayah. Jika ada pertempuran, pasti bakalan imbang. Ayah sempat turun jabatan sebagai pemimpin klan. Kekuasaannya sedang dipegang oleh putri kandungnya. Namun, situasi pelik menyebabkan perempuan malang itu tewas demi menyelamatkan manusia yang disukai secara diam-diam. Sembari menunggu Sunghoon 'matang' sebagai vampir, ayah mengambil jabatan lamanya lagi.

"Kita bisa menunda serangan sembari membangun penyamaran baru. Bukankah kau ingin restorasi kastil Gyeonghui?" kejar Sunghoon, tidak putus asa sama sekali.

"Kukira, kunjungan ke tempat ini tidak akan sia-sia. Kau, sampaikan, apa maumu, Jang Wonyoung!"

Aku terkesiap. Sama sekali tidak menduga diberi panggung. Sementara itu, vampir-vampir lain mengamatiku dengan penuh minat.

"Aku minta maaf menyebabkan masalah. Aku menggigit manusia sebagai vampir karena, ya, tidak ingin siapapun tahu kita adalah vampir. Benar bahwa kita kuat, tetapi bukan berarti harus hidup tanpa otak dan menyerupai binatang. Aku hanya ingin kehidupan yang lebih baik. Mengendalikan vampir sampai tidak memancing masalah aneh-aneh. Kalau kita bisa menahan diri tidak membunuh manusia, kurasa,er..." Aku bak orang bodoh. Gagasanku telah menghilang begitu saja.

"Di bawah ini, ada tempat ideal mengendalikan vampir. Tapi, fasilitasnya tidak cukup memadai. Bank darah, kamera pengawas, beberapa penjaga dan senjata untuk mengendalikan vampir baru, harus tercukupi, selagi Ayah membangun pusat peradaban vampir, tanpa harus bersenggolan dengan manusia umumnya. Kita bersembunyi, tetapi membaur dengan manusia."

Kata-kataku pasti aneh sekali. Terutama karena banyak vampir yang menatapku serius. Aha! Seharusnya aku tidak omong kosong. Sekarang aku ditertawakan karena presentasiku tidak persuasif.

"Seberapa siap kau memegang tempat ini, Nak?" Ayah tidak puas, tetapi kulihat percikan godaan membuatnya luluh.

"Sangat siap jika Ayah mendukungku sepenuhnya."

"Baiklah, keluarga Park malam ini resmi dibubarkan. Kita adalah anggota klan Gyeonghui, sesuai nama istana yang akan menjadi pusat pemerintahan kita. Kalian, berhentilah memanggilku Ayah. Sudah waktunya berbenah. Bangun pemerintahan bangsa kita. Kau, tempatmu di sini dan mengurus pusat pelatihan vampir. Sementara kau, Sunghoon, awasi seluruh gerakan Gereja Sowon. Jika ada satu anggotaku tercincang tanpa satu pun kesalahan, gencatan senjata dibubarkan."

Ucapan ayah anehnya membuat dadaku sesak. Aku tidak ingin memanggilnya Ketua seperti yang dilakukan Sunghoon. Konon, Sunghoon sejak dulu tidak pernah mau memanggilnya ayah.

Seolah, separuh jiwaku tercabik dengan pembubaran keluarga.

"Kalau kau berhasil mendidik vampir ciptaanmu, Jang Wonyoung, seperti janjiku, kau akan mendapatkan pedang yang sama dengan Sunghoon. Paham?"

Aku paham, tapi kenapa leherku sulit untuk mengangguk? Rasanya, seluruh beban diletakkan di atas kepalaku.

~~~~~~~~~~~~~~~~

BEFORE THE DAWN

~~~~~~~~~~~~~~~~

Terima kasih masih betah baca cerita ini.

Jumpa bab berikutnya. Bersyukur karena cerita ini rame, padahal cerita pendahulunya perjuangan banget buat promosi. Menulis sampai setahun pula. Cerita BEFORE THE DAWN beneran impulsif banget, diketik buru-buru dan nggak mau mikir ribet. Ternyata dipetain, ribet juga. Hehehe. Makasih ya yang mampir baca work ini.


Jika beneran mendukung, pasti nggak sulit kan bisa terkumpul 20 voters buat bab 8 - NEW ERA? Ayo, semangat buat para pembaca. Ehehehehe. Kebetulan sudah siap tayang nih bab 9. Kalo mau fast update, ditunggu vote-nya. 


BWI, 17:33 WIB // 24 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro