∆33/¶

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Salah gue nggak dengerin penjelasan dari lo dulu, Bin," suara Hayi makin serak. Hanbin menepuk-nepuk punggung tangan Hayi. "Childish banget sumpah."

"Udah ya, kan udah berlalu juga."

Hayi menggeleng cepat. Ia mengusap air matanya yang masih keluar. Malu sih rasanya, tapi gimana? Udah terlanjur keluar dan nggak bisa berhenti.

"Gue juga minta maaf karena udah bikin lo nunggu, Hay," Hanbin menambahi. "Kejadiannya cepet banget, gue juga nggak tega waktu itu ninggal Jennie yang posisinya lagi susah. Terlepas dia mantan gue atau enggak, gue bakalan tetep nolong dia karena keadannya genting banget."

Hayi mengangguk paham. Kini dirinya sudah mulai tenang. Paling nggak, hal yang selama ini menjadi kegelisahannya sudah berakhir. Paling nggak, Hayi sudah mengutarakan permintaan maafnya walau harapan untuk menjalin hubungan lagi dengan Hanbin sangatlah tipis.

"Kita mulai dari awal ya?" tawaran Hanbin membuat Hayi menatap wajah cowok itu yang sekarang sedang tersenyum. Hanbin masih ganteng walau cahaya lampu taman minim.

"Mulai dari mana?"

"Dari kita jadi temen kayak awal dulu. Selebihnya nanti, tergantung  elo mau kayak gimana. Janji nggak bakalan kabur-kaburan lagi sama gue. Atau kalau lo mau kabur silakan, tapi lo kasih tau gue kaburnya ke mana," Hanbin menjeda ucapannya sejenak, sambil memandang lekat Hayi ia berkata kemudian. "Gue takut kangen lagi, takut berharap sendiri lagi. Jadi kalau emang lo nggak mau ada hubungan sama gue, lo bilang. Biar gue sadar diri dan mundur dari hidup lo, Hay."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro