∆39/¶

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanbin nggak bisa dihubungi.

Hayi udah mencoba nelpon, mengiriminya pesan dari medsos mana pun. Hasilnya masih sama, Hanbin masih nggak kasih kabar apa pun.

"Jadi di jemput siapa entar sampe kampus?" Ten bertanya pada Hayi, ia dan anak-anak sie lapangan yang lain berkumpul di sekitar Hayi. Takut kalau koordinator mereka terlantar setelah acara selesai.

"Tadinya sih mau dijemput sama temen gue," kata Hayi sambil menggigit kukunya. "Tapi dia mendadak nggak bisa dihubungi gini."

"Lah, kan punya mantan," karena omongan Ten yang memang suka sembarangan, ia mendapat tatapan sinis Hayi. "Becanda kali, Buuuu. Yodah sih bareng anak-anak ae, kan ada juga yang bawa motor. Apa bareng gue? Naik taxi nanti patungan."

Daripada merepotkan Ten dan memakan ongkos banyak, Hayi memutuskan untuk menghubungi abangnya. Sayangnya menghubungi Seunghoon di saat kayak gini kadang nggak menguntungkan. Alasannya karena rapat dadakan.

"Hanbin kemana? Suruh jemput Hanbin ae," ujar Seunghoon di seberang sana. Di sambungan telpon itu Seunghoon berteriak-teriak karena banyak suara bising di sekitarnya.

"Kaga bisa dihubungin," jawab Hayi resah. "Tadinya dia bilang mau jemput, tapi sampe sekarang kaga bisa dihubungi, Bang."

"Yodah sih, nebeng temen lo. Gue mau rapat dulu."

"Temen gue rumahnya jauh semua, Bang. Gue juga tau mereka pasti capek, jadi gue nggak tega minta anter. Ongkos gue nipis lagian buat pesen supir."

"Minta jemput mantan nggak dosa kok."

"Tapi kan... halo, Bang? Sialan dimatiin!"






























"Halo, Hay? Kenapa?"

"Sibuk nggak, Jae?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro