∆45/¶

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejak hari itu, Jaewon nggak pernah lagi datang ke rumah Hayi. Ia seolah menghilang. Hayi sempat merasa bersalah dan berniat meminta maaf. Hati dan otaknya sedang tidak dalam mode yang baik. Semuanya tidak pada porsinya.

Tapi satu pesan dari Jaewon membuat Hayi merasa lega hari itu.

Jaewon:
Hay aku berangkat penelitian
dan magang ya.
Beberapa hari belakangan
aku nggak menghubungi kamu
bukan karena aku tersinggung
atas perkataan kamu kok.
Aku sibuk nyiapin magangku.

Jaewon:
Aku hargai kejujuran kamu
waktu itu, lebih baik jujur
daripada kamu berpura-pura
suka sama kedekatan kita lagi.

Jaewon:
Aku bakalan tetap jadi
teman kamu, Hay. Jaga diri
baik-baik ya, doain semoga
skripsi aku lancar hehe.

Semua orang semakin dirasa menjauh darinya. Hanbin yang nggak menghubunginya berlanjut sampai berminggu-minggu lamanya. Kini juga Jaewon menjauh darinya karena harus magang agar skripsinya cepat selesai, di mana sesungguhnya Hayi berharap kalau Jaewon memang jauh darinya karena tugas kampus, bukan karena ucapannya kemarin.

Lalu saat dilema percintaannya terus berputar, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Lesu yang menyelimuti hati Hayi harus segera dienyahkan. Setidaknya sesaat saja ketika ia harus menyambut tamu di depan pintu.

Tapi sejemang kemudian Hayi merasa menyesal. Sosok Hanbin muncul di hadapannya. Dengan keadaan sehat dan wajah yang sangat ingin Hayi tampar, juga tubuh yang ingin Hayi peluk di saat yang sama. Hayi rindu, sangat rindu pada Hanbin.

"Kak Bakpao!" suara lengkingan Hanbyul membuyarkan lamunan Hayi. Gadis kecil itu menghambur memeluk Hayi yang masih sedikit terfokus pada Hanbin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro