Chapter 2 : Ajakan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ Iksan POV ]

Aku berjalan berjinjit supaya tidak terdengar oleh kedua orangtuaku, saat ini aku berada di dalam bengkel ayah tanpa penerangan sedikit pun tapi menurutku tidak perlu karena aku telah mengetahui semua letak alat - alat perkakas ayah.

Duak...

"Oke... Mungkin tidak semuanya,"

Aku raba dinding senjata yang ada di depanku berusaha untuk mencari senjata yang ingin aku gunakan.

Tap..

"Bagus. Sekarang tinggal---"

Kreeeeek~~~~

Pintu kayu yang ada dibelakangku tiba - tiba terbuka, dengan secepat hantu aku berlari tanpa suara dan melompat ke arah lubang jendela batu beton yang ada samping kiriku dan disana juga cahaya malam masuk.

Aku dapat mendengar suara seseorang yang membuka pintu tadi, dia adalah....

"Heh? Disini bukan toilet, ya?"

"Dia adalah adikku (-_-)"

.T.H.U.N.D.E.R.

Sekarang aku berada di dalam hutan menuju padang rumput hijau yang ada di dekat Desa Purna. Sore tadi setelah selesai mengantarkan kue pesanan ibu, saat menuju pulang tanpa sengaja aku melihat selembaran poster quest yang menarik perhatianku.

¥

Terlihat sesosok serigala di dekat padang rumput Desa Purna. Siapapun yang bisa membasmi serigala itu akan mendapatkan 20.000 Marc.

¥

Aku percepat langkah kakiku menuju padang rumput yang dibicarakan jika tidak maka hasil buruanku akan diambil oleh orang lain.

Ternyata tebakanku benar. Sesampainya disana aku melihat dua pria berbadan tinggi seraya membawa pedang besi sepanjang 150cm ditangan kanan mereka dan sarung tangan besi ditangan kirinya.

Biar aku tebak. Mereka pasti ingin menjadikan tangan kiri mereka yang menggunakan sarung tangan besi itu sebagai umpan gigitan serigala itu.

Aku memilih untuk duduk menunggu dan melihat rencana kedua pria ini sambil makan kue vanila dan bersembunyi di dalam semak - semak belukar.

.T.H.U.N.D.E.R.

"Hoaaaam~~~"

Sudah 30menit aku bersembunyi disini dan tidak ada tanda - tanda datangnya serigala itu, persediaan makananku juga sisa 3 kue vanila. Aku lirik keluar dan kedua pria tadi yang ada di padang rumput 30menit lalu telah pergi, mungkin mereka sudah pulang karena serigala itu tidak datang. Dan itu juga berlaku padaku.

"Grrrrrrrr....!"

Langkahku terhenti setelah mendengar suara geraman hewan buas.

Aku melompat ke depan dan berlari ke tengah padang rumput. Sinar bulan menembus tubuhku dan membuat bayanganku hilang, aku dapat melihat satu bayangan lagi tapi lebih kecil dariku, dan dia tepat dibelakangku.

Tanpa rasa takut aku menghentikan lariku dan memutar badanku ke kanan, aku tarik keluar katana yang ada di pinggang kiriku lalu aku tebaskan horizontal ke kanan. Pada saat bersamaan bayangan yang ada di depanku melompat ke depanku sembari membuka mulutnya dan menampakkan gigi - giginya yang tajam.

Slash...

Tebasanku melewati bayangan yang adalah seekor serigala sementara serigala itu terbang di depanku dan mendarat dibelakang dalam posisi terkapar.

Aku sarungkan kembali katana-ku dan menghampiri mayat serigala yang baru saja aku tebas.

"Mudah sekali~~~" seruku senang.

Aku ambil plastik besar yang aku simpan disaku kiri belakang punggungku, warnanya hitam pekat seperti warna rambutku. Aku masukkan mayat tubuh serigala itu ke dalam plastik hitam setelah selesai dengan masuk - memasukkan, aku ikat ujung plastik hitam itu dan aku angkat mayat tubuh serigala itu di pundak kananku kira - kira panjang tubuh serigala ini adalah 1meter lebih.

"Berat juga.."

Aku bawa tubuh serigala ke arah Desa Purna ditengah sinaran bulan malam.

.T.H.U.N.D.E.R.

Sinar pagi menembus celah - celah yang ada di tirai jendelaku membuat mataku sakit.

"Iksan, cepat bangun ada yang mencarimu~~~" teriak ibu dari luar kamarku.

"B - Baik bu~~" balasku malas.

Aku singkirkan selimut hangat yang menyelimutiku dan berjalan sempoyongan ke arah pintu kamar.

Clek...

Dalam sekali tarikan pintu kayu itu terbuka dan memasukkan cahaya yang sangat menganggu penglihatan sekaligus mataku.

Aku hiraukan silaunya cahaya itu dan berjalan ke ruang tamu.

"Siapa sih, ganggu saja??! Apa dia tidak tahu aku sangatlah lelah?!"

Sadar atau tidak sadar. Aku sudah berada di ruang tamu dan disana telah menunggu dua pria yang mengenakan armor putih di dadanya, disabuk kirinya ada pedang besi biasa dan tangan kirinya mengenakan sarung tangan besi.

"Bukankah mereka yang malam tadi?! Untuk apa mereka datang ke rumah dan eh.... Darimana mereka tahu rumahku? Seingatku aku tidak pernah bertemu mereka tadi malam!" batinku bertanya.

Aku berdiri disamping kanan mereka dan berpura - pura masih mengantuk.

"Kalian siap--- hoaaam~~~" tanyaku mengantuk.

Pria yang ada didepanku berdiri dan menatapku tajam.

"Apa dia ingin mencari masalah? Dirumahku??"

"Kau pasti bocah berambut hitam yang telah membunuh serigala yang ada di padang rumput itu'kan?!" serunya.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti. Dan juga aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah lewat jam sembilan!" seruku tanpa sengaja menghilangkan akting 'ngantuk'ku.

"Kau bisa mencari alasan lain tapi kami memiliki buktinya. Malam tadi tepatnya pada 11 malam kurang, kau datang ke Guild Desa Purna dan menyerahkan mayat serigala yang kau bunuh..." terangnya membuatku tidak berkutik.

"Apa aku salah?" tanyanya lagi sambil tersenyum penuh kemenangan kepadaku.

Aku menggenggam erat tangan kananku. Rasanya aku ingin sekali memukul pria ini...... Dan juga temannya. Tapi untuk saat ini aku mengalah dulu.

"Terus. Apa yang ingin kalian inginkan?" tanyaku sambil membalas tatapan tajamnya.

"Kami ingin kau membantu kami menyelesikan quest..." balasnya.

"quest apa?"

Pria yang ada di depanku mengambil selembar kertas yang dia simpan disaku belakangnya.

"Apa dia mengambilnya dari papan mading?"

¥

Sesosok Salamander tinggal di dalam rawa Desa Purna dan telah membunuh setidaknya 20 penduduk desa yang masuk ke dalam rawa. Siapapun yang dapat membawa kepala Salamander ini akan mendapatkan item sihir berupa batu sihir atau Marock dan uang sebesar 100.000 Marc.

¥

"100.000 MARC!!" teriakku dalam hati.

"Bagaimana apa kau mau?" tanyanya.

"Hmm~~" aku meletakkan tangan kananku dibawah dagu seperti seorang pemikir.

"Tenang saja. Kau akan mendapatkan 20% dalam pembagiannya~~" serunya mencoba untuk menggodaku.

"Tawarannya memang bagus tapi....... Kemungkinan aku akan dijadikan umpan untuk Salamander itu. Aku harus berani,"

"25%! Kurang dari itu aku tidak mau..." cetusku mantap membuat pria yang ada di depanku terkejut kemudian raut wajahnya berubah menjadi kesal sementara temannya tersenyum kecil.

"Setuju atau tidak?" tambahku lagi.

"Kami setuju!" sahut temannya yang pada saat bersamaan bangkit dari duduknya.

"Tapi Leon nanti kit----" perkataan pria yang ada di depanku terhenti setelah temannya bernama Leon menyentuh pundak kirinya.

"Sudahlah Jake. Apalagi quest ini sangatlah berbahaya untuk anak seperti dia..." seru Leon menghentikan kata - kata pria bernama Jake.

"Cih... Baiklah!" akhirnya Jake menyerah dengan keputusannya, mendengar itu aku tersenyum senang.

"Masalahnya cuma satu.." lanjut Leon.sembari menatapku.

Aku yang ditatapnya tanpa sengaja menjatuhkan keringat di pelipis kiriku.

"A - Apa?" tanyaku takut.

"Tadi kau bilang kau tidak bisa keluar lewat jam sembilan malam'kan?" tanyanya, dan aku mengangguk.

"Apa kau bisa keluar desa di siang hari?" tanyanya, dan aku kembali mengangguk.

"Apa kau harus meminta izin terlebih dulu untuk pergi ke tempat yang jauh dan berbahaya?" tanyanya lagi, dan aku hanya mengangguk untuk ketiga kalinya.

"APA - APAAN KAU INI? JAWAB DENGAN SUARA DONG!" teriak Jake tiba - tiba.

"M - Maaf saja tapi inilah aku..." balasku terkejut.

"Tenanglah Jake. Pertama - tama kita harus memint----" kata - kata Leon terhenti setelah pintu rumahku terbuka disana masuk ibu bersama adik laki - lakiku.... Yang masih 4 tahun.

"Ibu, ada apa?" tanyaku terkejut melihat kedatangan ibu dan adikku yang tiba - tiba."

"Begini Iksan tapi jangan marah ya~~" seru ibu dan aku mengangguk.

"Untuk satu bulan ke depan ibu, ayah dan Zaki akan pergi ke Ibukota untuk menemui kakakmu. Kau tidak marah'kan?" tanya ibu takut.

Aku terdiam setelah mendengar perkataan ibu kemudian aku mendecih kesal.

"Pergilah dan temui orang sialan itu. Aku tidak perduli!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro