Chapter 3 : Rawa Kematian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ Iksan POV ]

Aku ikat sarung katana & rapier di belakang punggungku. Aku ambil katana hitam dan rapier biru tua di dinding senjata bengkel ayah, bukan itu saja yang aku ambil tapi dagger & mini axe pun ikut aku ambil.

"Apa kau yakin berpamitan sama mereka dengan cara seperti itu?" tanya Leon yang masuk ke dalam bengkel.

"Tidak usah di pikirkan, mereka selalu seperti itu..." aku dapat mendengar suara Leon tengah menghela nafasnya, aku tidak perduli dengan itu.

Aku memiliki seorang kakak laki - laki, sekarang dia berada di ibukota Tower. Kakakku bekerja sebagai salah satu pengawal pemimpin negara Garuda yaitu suatu negara yang kini aku tinggali. Garuda terbagi menjadi empat wilayah besar yaitu Neo, Wesslie, Mutra dan Javra, aku tinggal di Neo yaitu wilayah terbesar di Garuda dan juga merupakan pusat perdagangan disana.

Soal kakakku. Aku membenci dirinya, sangat membencinya.

"Hei Leon, apa masih lama lagi?" tanya Jake yang ikut masuk ke dalam bengkel, suara Jake berhasil membuyarkan lamunanku.

"Hoi, hoi, hoi, apa tak apa kau membawa semua senjata itu?" tanya Jake terkejut melihatku membawa katana, rapier, dagger dan mini axe.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Apa kau yakin?" tanyanya lagi.

"Aku yakin dan juga mereka ringan kok.." jawabku.

Jake terlihat terkejut mendengar jawabanku yang 'ringan' itu.

Kenapa tidak?

Pada umumnya seorang bocah laki - laki berumur 14 tahun tak akan bisa membawa semua senjata yang disebutkan di atas tadi tapi aku bukan bocah biasa.

"Apa kita akan diam terus disini?" tanyaku mulai bosan.

Leon tersenyum mendengar perkataanku, dia membalikkan badannya dan mengucapkan 'ayo'. Aku dan Jake mengikutinya dari belakang, sebelum pergi aku mengunci rapat pintu bengkel dengan gembok besi yang di buat oleh ayah sendiri.

.T.H.U.N.D.E.R.

Aku, Jake dan Leon sekarang berada di luar Desa Purna menuju Hutan Rawa Kematian yang diberitakan dimana Salamander tinggal, kami ke sana menggunakan gerobak. Salamander adalah makhluk ampibi yang dapat hidup di air maupun di darat dan satu lagi kemampuan yang unik dari Salamander, konon katanya mereka dapat mengeluarkan api dari mulut mereka dan tahan api seperti seekor naga gitu loh.


Setidaknya itulah aku yang dengar.

Sebuah tarikan kecil di jaket kananku membuatku menatap datar ke sana dimana seorang gadis kecil bersurai coklat bermanik biru malam, dia mengenakan tudung kuning dan celana abu - abu pendek yang ditutupi tudung kuningnya serta sapatu boot coklat.

"Kakak mau?" tawarnya sembari menyodorkan bento yang berisikan kue kecil berbentuk bintang tersenyum.

"Trims Yumi~~" kataku sambil tersenyum dan mengambil kue berbentuk bintang tersenyum itu.

Dia adalah Yumi, anggota ketiga dari kelompok ini. Aku adalah anggota keempat atau terakhir, Leon bertugas sebagai ketua dikelompok ini dan Jake dia..... Netral.

"Oh ya Leon, apa rencanamu pada saat kita berhadapan dengan Salamander nantinya?" tanyaku walaupun tidak sopan dikarenakan Leon memiliki umur 19 tahun, 5 tahun lebih tua dariku tapi Leon meminta kepadaku untuk memanggilnya dengan namanya, awalnya aku keberatan tapi Leon memaksa. Yah.... Jadinya seperti ini.

"Baiklah. Sepertinya aku harus menjelaskannya sekarang juga..." seru Leon.

Leon meminta kepada kami untuk berkumpul membuat lingkaran diskusi.

"Dengarkan. Kesempatan kita hanya sekali pastikan kalian tidak membuat kesalahan. Mengerti?" serunya dan kami bertiga mengangguk paham.

"Pertama Iksan, kau akan menjadi umpan untuk membuat Salamander itu keluar dari persembunyian..."

"B - Bagaimana aku melakukan?" protesku.

"Kau harus menggodanya.."

"Hah?"

.T.H.U.N.D.E.R.

Byuur...


Aku melompat masuk ke dalam sungai kotor (rawa) yang ada dibawahku. Airnya sangatlah hitam, lumut - lumut berenang di atas air dan itu sedikit membuatku jijik.

"Sialan kau Leon.." kataku dalam hati.

Menggodanya? Apa kau gila?

Maksudku dalam hal menggoda itu kau harus menjadi umpan yang mudah untuk di makan.

Maksudnya?

Kau harus berada di dalam air secara langsung!

"Seharusnya aku meminta bagian lebih tinggi lagi jika tahu bila jadinya seperti ini..." rutuk batinku.

Byuur...

Suara benda masuk ke dalam air terdengar di depanku, aku tidak dapat melihat dengan jelas apa itu dikarenakan pepohonan yang tumbuh ditengah - tengah rawa ini.

Aku ambil katana di punggung kiriku dan mengangkat ke depan, kedua mataku bergerak cepat ke segala arah.

Aku memiliki firasat buruk tentang ini.

"Bwauuur...!"

"Buaya?" batinku terkejut melihat seekor buaya rawa menerjangku.

Aku tahan rahang buaya itu dengan katana-ku, sangatlah sulit untuk bergerak di dalam air dan juga aku tidak dapat menggunakan petirku di dalam air.

Memang benar tidak ada pilihan lain.

Aku fokuskan aura biruku di kedua kakiku dan aku tahan rahang buaya itu hanya dengan tangan kananku saja. Aku ambil mini axe yang ada dibagian belakang pinggangku, aku ambil mini axe itu dan aku lepaskan katana yang menahan rahang buaya itu. Tanpa berlama lagi aku hantamkan keras mata mini axe-ku ke kepala buaya itu sampai membuatnya tidak bergerak lagi.

"Sial.... Menyusahkan saja!"

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Author POV ]

Jake dan Yumi melihat kagum aksi Iksan mengalahkan buaya itu seorang diri sedangkan Leon dia hanya tersenyum kecil karena tahu hal itu akan terjadi.

"Dia memang menyebalkan tapi dia hebat juga ya.." seru Jake.

"Kak Iksan hebat..." kagum Yumi.

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Iksan POV ]

Aku simpan mini axe-ku kembali di belakang pinggangku dan juga katana-ku di pundak kiriku. Aku memposisikan katana & rapier-ku vertikal lurus ke bawah bukan menyilang seperti pada orang umumnya, menurutku itu tidaklah keren hanya mencari tatapan mata saja.

"Kali ini siapa?" tanyaku sembari mengeluarkan dagger hitam bergaris putih dari paha kananku.

"Seeeees....!"

"Ular? Memangnya hutan ini kebun binatang apa?" batinku bingung menatap anaconda berbintik kuning dan berkulit hitam gosong yang kini berdiri di depanku.

"Kerjakan sata tugasmu, Iksan.." gumamku pada dirimu sendiri.

Pada waktu bersamaan anaconda itu menerjang ke depanku dan memakanku. Aku dapat mendengar suara teriakan Jake dan Yumi di atasku tapi aku tidak bisa mendengar lagi karena saat ini aku berada di perut ular besar ini.

"Ugh! Bau apa ini?" tanyaku mencium bau masam bercampur amis, karena tidak tahan aku tutup lubang hidungku mencegah polusi ini masuk dan membunuhku.

"Keluarkan aku ular sialan.." kataku sambil menusuk tubuh ular besar ini tapi tidak berhasil karena bagian dalam ular ini sangatlah licin.

"Kurasa tidak ada pilihan lain.."

Aku pegang dagger hitam ini menggunakan kedua tanganku. Aku fokuskan aura petirku ke dagger ini, saat itu juga tercipta percikan petir biru di mata dragger hitamku.

Thunder Dragger


Blaaaaar....

Petir biru yang ada di dagger hitamku menyambar ganas bagian dalam perut ular ini dan meledakkannya.

Aku berhasil keluar dari perut ular itu dengan menghancurkannya, sesampainya di luar aku melihat Jake dan Yumi menatapku terkejut.

"A - Ada apa?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro