04

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BAB IV

Flavia POV

   Aku terus menggonta-ganti saluran televisi, dan saat ini tidak ada yang enarik untuk di tonton, sehingga aku mematikan televisi dan menyandarkan kepala ku di sandaran bangku, aku melihat William membawa dua cangkir dengan uap panas diatasnya.

   Ia memberikan ku satu cangkirnya kepadaku, aku melihat isi dari cangkir itu, dan didalamnya terdapat cokelat panas, aku sangat membutuhkannya, terlebih lagi, ini dapat menghangatkan tubuhku, aku mengangkat kaki ku yang terluka, sudah tidak terlalu sakit seperti sebelumnya, sepertinya proses penyembuhan dengan sendirinya sudah terjadi, sehingga itu mempercepat kesembuhan luka ku, semua manusia serigala mempunyai kemampuan ini, untuk menyembuhkan diri sendiri dengan cepat.

   "Apa yang terjadi dengan pergelangan kaki mu?" tanya William, ia melihat kearah pergelangan kaki ku dengan ekspresi penasaran.

   "Silahkan tanyakan itu kepada Kakak mu." Balas ku, acuh tak acuh, William terkekeh dan menghisap cokelat panasnya, Aku menatap kearah jam dinding yang berada tepat diatas televisi, jarum jam sudah menunjukan pukul 12 malam, dan belum ada tanda-tanda Julius akan datang, aku menghela napas.

   "Bagaimana kalau kita bermain kartu remi?" Tanya William, dan aku mengangguk, ia bangkit dari duduknya dan berjalan kearah dapur, aku menghela napas panjang, aku yakin, jika aku memilih untuk tidur, aku hanya akan mendapatkan mimpi buruk, jadi, bermain kartu remi dalah pilihan terbaik.

Julius POV

   "Apa hanya ini masalah yang akan kita bicarakan? Kita dapat melawan serangan dari para manusia serigala liar beribu-ribu kali." Kata ku kepada semua kepala yang berada diruangan ini.

   "Kali ini berbeda, Alpha." Kata Dewan dari wilayah barat, Aku menaikan satu alis ku.

   "Apa maksud mu, berbeda?" Tanyaku kepada dewan itu, ia menatap kearahku, wajahnya sangat serius kali ini.

   "Mereka berkumpul menjadi satu, semua kawanan yang telah kita takluki, berkumpul menjadi satu dan merencanakan menyerangan terhadap kawanan kita." Balasnya, aku menyaikan jemari ku dan menempatkannya didaguku.

   "Menarik." Hanya itu balasanku, semua kepala tertuju kepadaku, sedangkan aku hanya memberikan mereka wajah tanpa ekspresi ku, tidak hanya 100, atau 200 kawanan yang telah kami taklukkan, jumlahnya lebih besar dari itu, dan pastilah mereka akan datang datang dengan jumlah yang besar, aku mendengus, mereka ingin menguasai daerah kekuasaan ku, mereka ingin mengambil alih kawananku, karena aku memiliki kawanan yang besar, beribu-ribu anggota kawananku, dan beribu-ribu hektar wilayah teritorial yang aku punya.

   " Kita harus menyiapkan strategi untuk menahan ataupun melawan serangan dari mereka." Kata dewan dari wilayah Timur, aku mengangguk setuju, aku menatap kearah jam ditangan ku dan menunjukan pukul 1 pagi.

   "Kita akan sambung ini esok hari, kalian semua di bubarkan." Titahku, mereka mengangguk, mereka membungkuk lalu berjalan keluar ruangan, didalam masih terdapat Henry dan Grek.

   "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Henry, sejujurnya untuk saat ini, aku belum memikirkan apapun untuk berita ini, aku memejamkan mataku, dan aku langsung terbayang wajah Flavia, mata biru kristalnya, rambut hitam ikal panjangya, kulit pucatnya dan terlebih lagi bibir mungilnya yang merah, aku tersenyum.

   "Alpha." Aku tersadar dari khayalanku saat mendengar suara Henry, aku menatapnya keras.

   "Seperti yang aku katakan, kita akan melanjutkannya esok hari." Kataku sembari bangkit dari dudukku dan berlari menuju rumahku, ya, aku membawanya kerumahku, bukan kerumah para kawanan, karena merekapun belum mengetahui bahwa aku telah menemukan pasangan ku.

   Pasangan dari seorang Alpha di sebut dengan Luna, yang berarti bulan, ia memiliki peringkat yang sama seperti seorang Alpha, ia seperti Ibu dari para kawanan, hadirnya seorang Luna disebuah kawanan sangatlah penting, karena ia seperti jantung dalam kawanan, ia bagaikan Ibu untuk setiap individu yang ada didalam kawanan.

   Aku berdiri didepan rumah ku sebelum aku mendengar teriakan dari dalam rumah, aku bergegas berlari dan membanting pintuku, dan aku melihat Flavia menarih telapak tanganya diatas punggung tangan William, dengan tangan william yang lain memegang kartu remi, aku menghela napas.

   Pandangan mereka tertuju kearahku, aku mengangkat satu alisku, mereka sedang bermain remi diatas karbet diruang televisi, aku mengambil posisi untuk duduk disebelah Flavia, tetapi ia menarik dirinya menjauh dariku, aku menatap ia bingung dan sensasi asing terasa didadaku.

   Ia tidak memandang tidak acuh terhadapku, aku menggeram kearahnya dan menarik pergelangan kakinya yang tidak terluka, ia menatapku terkejut, aku menatap kearah William dan memberikannya tatapan untuk meninggalkan kami berdua dan ia mengerti dan meninggalkan kami berdua.

   Aku menatap kearahnya, tetapi ia tidak menatap kearahku, aku menaruh dagunya diantara ibu jari dan telunjukku, membuatnya menatap kearahku, aku menatap kedua bola matanya, aku melihat kebingungan dimatanya, dan secara perlahan air matanya membendung dan sepersekian detik kemudian, air matanya jatuh, aku mengusapnya dengan ibu jariku.

   "Apa yang kau pikirkan? Mengapa kau bersikap acuh terhadapku?" tanyaku lembut, ini sesuatu yang baru untukku bersikap seperti ini, ia menggelengkan kepalanya, ia berusaha untuk bangkit dari posisinya tetapi mengalami kesulitan, sehingga aku membantunya berdiri.

   Setelah ia berdiri, ia melepaskan tubuhnya dariku dan berjalan dengan pincang kearah tangga, aku menghela napas dan mengusap wajahku kasar, aku membiarkannya menaiki tangga sendiri, tetapi tetap memperhatikannya jika suatu saat ia akan terjatuh.

   Aku secara perlahan mengikutinya berjalan kearah kamar kami, kami, aku tersenyum mendengar kata itu, kamarku sekarang bukan lagi miliku sendiri, tetapi juga miliknya.

   Ia membuka pintu kamar kami, dan merebahkan tubuhnya dan langsung memejamkan matanya, aku menutup pintu secara perlahan dan berjalan earah kamar mandi, memberikannya waktu sendiri.

   Aku membersihkan tubuhku dari sisa sisa tanah yang menempel akibat pertarunga yang terjadi hari ini, karena apa yang terjadi hari ini, jauh dari apa yang kami rencanakan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro