Perekrutan Anggota

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Ichiei Ishibumi

Naruto

High School DxD

12 Seeker's

By Hikari Syarahmia

Genre: fantasy/adventure/scifi/humor/action/friendship/mystery/romance

Rating: T

Pairing:

Naruto x Hinata

Sasuke x Sakura

Issei x Rias

Senin, 4 Mei 2015

Ost :

Cobalah by Hijau daun

Menyambut janji by Letto

.

.

.

Membalas review bagi yang tidak punya akun:

Shhs : terima kasih sudah mereview. Ya, ini dilanjutkan.

Fiona Leafa : wah, oc untuk Power Ball-nya boleh juga. Ini sudah saya pakai di chapter 3 ini. Terima kasih udah mereview.

Rado : terima kasih. Ini sudah saya lanjut.

Hololulu : hehehe ... Saya masih pemula kok dan masih banyak belajar. Terima kasih sudah mereview.

Renju : ok, ini dilanjutkan kok. Terima kasih banyak.

Lalu yang punya akun, sudah saya balas melalui pm masing-masing. Terima kasih banyak ya. ^^

.

.

.

Note : Halo, jumpa lagi dengan saya, Hikari Syarahmia. Sudah lima bulan, saya hiatus dan saya akan melanjutkan ceritanya ini. Jadi, mohon maaf jika chapter 3 ini sangat lama update-nya. Tapi, saya usahakan agar cerita ini akan terus update hingga sampai tamat nanti. Tanpa membuang waktu, langsung saja kita membaca ceritanya.

Happy reading!

.

.

.

Chapter 3: Perekrutan anggota

.

.

.

POV: UZUMAKI NARUTO

.

.

.

Cahaya merah itu menghilang dalam beberapa detik. Kami pun membuka mata kami masing-masing dengan lebar sekali.

Tampak seekor makhluk aneh yang berdiri tegak di depan Issei. Makhluk yang berbentuk naga. Seluruh badannya bernama merah. Lalu lehernya hingga sebatas perut bagian bawahnya berwarna hijau. Kedua sayapnya yang besar juga berwarna hijau. Ada dua tanduk yang meruncing di kedua sisi kepalanya. Sebuah permata berbentuk prisma hijau terletak di dahinya. Kedua matanya berwarna hijau tua. Kedua kaki dan kedua tangannya mempunyai kuku yang tajam.

Kami benar-benar kaget akan kemunculan naga yang berkulit mengkilat bagaikan kaca. Sepertinya dia berasal dari Power Ball yang sama dengan Kyuubi dan Aruna.

Kulihat dengan seksama, Issei benar-benar membulatkan kedua matanya ketika menatap seekor naga android yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia kelihatan syok.

Lalu naga itu menggerakkan kedua bola mata hijaunya yang tajam itu ke arah Kyuubi dan Aruna.

"Heh, ternyata kalian berdua, Kyuubi dan Aruna," kata naga itu tersenyum kecil.

Kyuubi dan Aruna menyipitkan kedua mata masing-masing.

"Ternyata kamu Ddraig," sahut Kyuubi."Akhirnya kita berjumpa kembali."

Naga yang diketahui bernama Ddraig ini - aku mengetahuinya ketika Kyuubi menyebutkan namanya - lalu ia melipat kedua tangannya dengan gaya yang angkuh.

"Kalau begitu, karena kita sudah bertemu. Aku akan menantang kalian berdua untuk bertarung sekarang juga."

Mendengar tantangan yang diucapkan Ddraig, membuat Kyuubi dan Aruna semakin menyipitkan kedua mata masing-masing. Ketika Kyuubi menyeringai lebar.

"Tampaknya menarik. Bagaimana denganmu, Aruna?" tanya Kyuubi melirik ke arah Aruna. Aruna juga melirik ke arah Kyuubi.

"Aku akan menerima tantangannya. Aku ingin menguji seberapa hebat kekuatannya."

Kyuubi menarik pandangannya ke arah Ddraig.

"Hehehe, akan kita lihat siapa yang kuat nantinya."

"Tapi ...," ujar Aruna."Biar aku yang akan melawannya. Kyuubi, kamu mundur. Tugasmu adalah melindungi Naruto dan Sasuke."

"A-APA KATAMU?!" seru Kyuubi yang melototkan kedua matanya saking kagetnya karena Aruna memerintah dia seenaknya.

Aruna menatap Kyuubi dengan datar.

"Kamu itu masih lemah. Energimu pasti sudah menyusut. Kamu sudah kalah saat melawanku tadi."

"Tapi, tidak bisa begitu dong. Seenaknya saja kamu menyuruh aku begitu."

Kyuubi kesal dan menggeretakkan gigi-giginya. Aruna hanya menanggapinya dengan santai.

"Jangan marah. Akukan partner-nya Sasuke. Sasuke-kan kapten pasukan dua belas seeker ini. Sudah sewajarnya aku menyuruhmu."

Kyuubi sewot. Ingin rasanya ia menghajar harimau merah yang sok hebat ini. Namun, pada akhirnya dia mengalah juga.

"Baiklah, aku akan mundur. Silakan, hadapi Ddraig itu," ucap Kyuubi dengan wajah sewot lantas terbang melayang rendah ke arah kami.

Aku mengangkat salah satu alisku. Sasuke hanya bersikap santai menyaksikan adegan ini.

"Kyuubi, mengapa kamu malah mundur?" tanyaku.

Kyuubi melipat tangannya di dada sambil membuang muka.

"Jangan bertanya dulu. Aku sedang kesal sekarang, gaki. Ini semua gara-gara parnert temanmu itu."

Aku mengerutkan keningku. Kyuubi melayang-layang rendah sambil membelakangiku. Lalu kulirik Sasuke.

"Hei, Teme."

"Diam dulu, Dobe. Lihat saja apa yang terjadi."

Bahkan Sasuke sama menyebalkan dengan Kyuubi. Semuanya menjawab ucapanku dengan ketus. Tentu membuatku agak dongkol mendengarnya.

Kutarik pandanganku ke depan kelas. Di mana Ddraig dan Aruna akan bertarung.

Sejenak Ddraig menoleh ke belakang. Tepatnya ke arah Issei yang masih syok.

"Hei, Hyodo Issei. Bisakah kamu menjauh dari tempat ini?" pinta Ddraig.

Issei menatap naga itu dengan nanar. Badannya gemetaran sedikit.

"A-ano, sebelum itu, aku ingin bertanya. Ka-kamu itu makhluk apa?"

Ddraig menatap Issei dengan heran.

"Jadi, kamu belum tahu siapa aku?"

Issei menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu apa-apa."

Ddraig menghelakan napasnya.

"Baiklah, aku akan menjelaskan sedikit padamu. Namaku Ddraig. Aku adalah parnert-mu. Aku berasal dari bola yang diberikan ayahmu itu. Kamu mengerti?"

Issei membulatkan kedua matanya.

"Ja-jadi, bola yang diberikan ayah sebagai hadiah karena aku berhasil masuk di APLA ini?"

"Iya, akulah bola itu. Akulah Ddraig. Parnert-mu yang akan menemanimu untuk melakukan ekspedisi ke planet hitam itu."

"A-apa? Parnert yang akan melakukan ekspedisi ke planet hitam?"

"Benar. Karena itu, jangan banyak tanya lagi. Akan aku jelaskan semuanya setelah aku bertarung melawan mereka."

Issei ingin bertanya lebih lanjut lagi, namun Ddraig tidak menggubrisnya. Ddraig ingin segera melawan Aruna.

"Baiklah, pertarungan dimulai," seru Ddraig yang mulai mengambil ancang-ancang.

Aruna menajamkan kedua matanya. Kepalanya agak rendah sedikit dari badannya. Aruna akan mengaktifkan perisai energi pelindungnya.

PIP!

Terbentuklah sebuah percikan-percikan listrik yang berwarna hijau dari permata prisma hijau yang terletak di dahi Ddraig. Kemudian percikan-percikan listrik itu menjalari tubuh Ddraig.

BZZZT !

Tubuh Ddraig penuh dengan aliran listrik. Ddraig menggerakkan kedua tangannya. Seketika dari kedua tangannya mengeluarkan energi cahaya yang transparan.

"LASER PILLAR!" teriak Ddraig dengan lantang.

BWOOOSH!

Bagaikan meriam, energi cahaya yang berwarna hijau itu menembak lurus ke arah Aruna dengan cepat sekali.

PIP!

Terbentuklah perisai berbentuk kotak di sekitar Aruna. Serangan Ddraig membentur perisai Aruna hingga menimbulkan cahaya yang sangat menyilaukan mata.

"Serangannya menyilaukan mata," ucapku sambil melindungi mataku dengan lengan kananku. Jadi, aku tidak bisa melihat apa yang terjadi.

ZRUUAASSH!

Terdengar suara yang sangat nyaring. Karena begitu silau, aku tidak bisa melihat dengan jelas.

'Sebenarnya apa yang terjadi?' batinku penasaran.

Tiba-tiba...

Sesuatu mendorong tubuhku dengan keras sambil berteriak keras.

"MENUNDUK, GAKI!" seru Kyuubi yang menolak tubuhku hingga aku terjatuh menghempas lantai dengan keras.

"WAAA!" teriakku kencang.

WHUUUSH! DHUUUAAAR!

Terdengar bunyi ledakan yang amat keras dan terpaan angin yang begitu kencang bersamaan kepulan asap tebal bertebaran di sekitar kelas ini.

Aku yang berada dalam keadaan posisi menelungkup. Aku segera membuka mataku lebar-lebar ketika tidak ada cahaya yang menyilaukan lagi. Aku ingin melihat apa yang terjadi.

JREENG!

Keadaan kelas menjadi kacau balau. Dinding-dindingnya telah berubah sedikit penyok dan tercetak tapak cakaran harimau. Lampu-lampu pecah. Kursi dan meja tergeletak tidak beraturan. Asap hitam masih bertebaran walaupun masih menipis. Terlihat samar-samar ada dua gerakan yang secepat kilat tertangkap olehku. Dua gerakan itu saling menyerang dengan membabi buta.

Sasuke di sampingku, ia mengangkat kepalanya. Ia juga dalam keadaan tengkurap yang sama sepertiku.

"Heh, sepertinya serangan naga itu sangat mengerikan. Hingga menimbulkan ledakan besar seperti ini," kata Sasuke menatap ke arahku.

Aku mengangguk cepat.

"Iya, aku rasa Aruna kewalahan menghadapinya," timpalku sambil melirik ke arah depan. Begitu dengan Sasuke.

Kami memperhatikan apa yang terjadi di depan kelas. Asap pun hilang. Pandangan mulai kelihatan jelas.

Tampak Aruna melemparkan serangan semburan api dari dalam mulutnya ke arah Ddraig. Ddraig terbang tinggi untuk menghindarinya. Lalu dari dalam mulut Ddraig juga mengeluarkan semburan api tapi berwarna hitam bagaikan lidah.

BWOOOSH!

Aruna dengan cepat menghindarinya. Tubuh Aruna terbakar hebat dengan perisai pelindung yang berbentuk bola di sekitar tubuhnya.

Aruna tetap melawan Ddraig meskipun tubuhnya mulai mengeluarkan percikan-percikan listrik yang bertanda energi mulai menipis. Tapi, Aruna tetap kuat untuk mengeluarkan serangan andalannya. Api semakin membesar dan berkobar di tubuh Aruna. Aruna pun mulai bergerak secepat supersonik.

WHUUUSH!

Aruna berlari mengelilingi Ddraig yang terbang rendah. Ddraig pun kebingungan karena tidak dapat melihat pergerakan Aruna dengan jelas.

"Gawat, aku tidak dapat melihat gerakannya dengan jelas. Ini sangat berbahaya," gumam Ddraig. Ia pun mengepak-ngepakkan kedua sayapnya agar bisa terbang lebih tinggi. Ia akan melakukan sesuatu.

Ketika sudah terbang lebih tinggi lagi, Ddraig menutup kedua matanya dengan segera. Permata prisma hijaunya mengeluarkan percikan-percikan hijau dan menjalar kembali di tubuh Ddraig.

Ddraig menyilangkan kedua tangannya di dada ketika seluruh tubuhnya dijalari percikan-percikan listrik yang berasal dari permata prisma hijau itu.

BZZZZT!

Naga itu membuka matanya sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.

"SHAKING BOMB!" seru Ddraig sekeras mungkin.

Mendadak tubuh Ddraig bercahaya menyilaukan berbentuk bola dan membuat mata tidak sanggup melihatnya.

DHUUUAAAR!

Terjadi ledakan hebat yang menghantam tempat itu. Membuat aku dan Sasuke kembali tiarap. Bahkan Kyuubi ikut tiarap persis di atas kepalaku.

"TIARAP, GAAKI!" seru Kyuubi keras menggelegar hingga kembali terjadi ledakan besar beserta angin kencang.

WHUUUUSH! DHUUUUAAAAR!

Benar-benar dahsyat. Membuat tempat itu berguncang hebat bagaikan dilanda gempa bumi. Gila, naga itu benar-benar kuat sekali.

SIING!

Keadaan kembali hening. Getaran tidak terasa lagi. Cahaya menghilang dan angin itu juga menghilang.

Aku yang sedari tadi menutup kedua mataku. Perlahan-lahan kubuka mataku.

Seketika aku membulatkan kedua mataku.

Keadaan kelas semakin hancur. Dinding-dinding gosong dan berasap. Papan tulis digital pecah. Lantai pun mengalami keretakan. Perabotan kelas pun hangus terbakar. Pokoknya semuanya berantakan seperti dihantam bom atom.

Tapi, aku merasa heran mengapa keadaanku baik-baik saja dan tidak ikut gosong seperti keadaan kelas ini? Aku menajamkan kedua mataku sekali lagi.

Tampak sebuah kubah yang berwarna orange yang terbentuk di sekitar aku dan Sasuke. Ternyata Kyuubi yang melindungi kami berdua. Kyuubi berdiri dengan keempat kakinya di lantai. Tubuhnya semakin mengeluarkan percikan-percikan listrik.

Aku terpana melihat Kyuubi. Ternyata dia juga bisa mengeluarkan sebuah perisai pelindung seperti Aruna.

"Kyuubi...," sahutku sambil menegakkan kepalaku.

Kyuubi menolehkan kepalanya di sudut bahu kanannya.

"Hehehe, aku sempat melindungi kalian berdua dengan Wind Shelter, salah satu teknikku," jawab Kyuubi yang sempat tertawa cengengesan dan pada akhirnya ia ambruk ke belakang.

"KYUUBI!"

Aku panik dan segera bangkit berdiri. Aku menangkap tubuh Kyuubi sebelum ia terjatuh ke lantai.

Tubuh Kyuubi bersinar terang di dalam pangkuanku.

PYAASSH!

Sedetik kemudian, Kyuubi berubah bentuk kembali menjadi Power Ball. Power Ball itupun jatuh di telapak tangan kananku. Aku menangkapnya dengan sempurna.

Karena energinya sudah habis, Kyuubi kembali menjadi Power Ball. Tapi, kuakui dia cukup hebat.

'Kyuubi, aku berjanji akan menjadi rekanmu yang baik dan aku akan membantumu untuk mengembangkan kekuatan elemen anginmu itu,' batinku tersenyum di dalam hati.

"ARUNA!"

Terdengar suara Sasuke. Aku melirik ke asal suara.

Tampak Aruna tergeletak di lantai dalam keadaan miring ke kanan. Tubuhnya mengeluarkan percikan-percikan listrik.

Sama seperti Kyuubi, tubuh Aruna bersinar terang dan akhirnya berubah bentuk menjadi Power Ball kembali.

Sasuke menangkapnya ketika Power Ball itu kembali ke arahnya.

Sasuke menatap erat Power Ball di genggaman tangan kanannya. Ia tersenyum simpul sambil menutup kedua matanya.

"Kerja yang bagus, Aruna."

Aku memperhatikan Sasuke dari kejauhan. Aku hanya tersenyum kecil sambil melirik ke arah lain, tepatnya ke arah Issei. Issei tergeletak tak berdaya di dekat meja guru Kakashi yang sudah hangus terbakar. Keadaannya parah. Dia juga gosong. Aku pun sweatdrop sebentar melihatnya.

"Hei, Dobe."

Sasuke memanggilku.

"Apa?"

"Keadaan kelas menjadi kacau begini. Bagaimana reaksi guru Kakashi setelah melihat semua ini?"

Aku pun sweatdrop sekali lagi sambil memperhatikan seisi kelas.

"I-Iya, benar juga."

Sasuke mendengus pelan.

"Sepertinya kita berdua harus bertanggung jawab atas kekacauan ini."

"Wah, itu benar sekali, Sasuke!"

Terdengar suara yang familiar dari arah pintu kelas yang sudah jebol. Aku dan Sasuke kaget setengah mati karena tahu suara siapa itu.

'Gu-guru Kakashi,' seruku panik ketika melihat guru Kakashi sudah berdiri di ambang pintu bersama ketiga fansgirl-nya si Issei.

"Aaah, apa yang terjadi di sini?" tanya Rias yang berdiri di samping guru Kakashi. Ia memperhatikan keadaan kelas yang sudah hancur lebur akibat ulah Ddraig.

"Iya, kenapa seperti kapal pecah begini?" Akeno ikut bertanya juga.

Rias dan Akeno termasuk Irina terus memperhatikan seluruh kelas hingga menemukan orang yang mereka cari.

Seketika suara teriakan yang amat keras mengguncang tempat itu.

"ISSEI!" seru ketiga gadis itu sambil menghampiri Issei yang terbaring dalam keadaan terlentang.

Aku memperhatikan ketiga gadis itu sebentar. Hingga guru Kakashi datang menghampiriku.

"Naruto, apakah kamu sudah menemukan orang yang mempunyai Power Ball merah itu?" tanya guru Kakashi.

Aku mengangguk cepat.

"Ya, aku sudah menemukannya, guru. Dia adalah Sasuke."

Guru Kakashi tampak senang.

"Bagus. Jadi, apa yang telah terjadi di sini?" tanya guru Kakashi sekali lagi sambil memperhatikan keadaan kelas.

"A-ano... I-itu karena pertarungan sesama Power Ball antara aku, Sasuke dan Issei."

"Issei?"

Guru Kakashi mengangkat salah satu alisnya.

"Iya, guru. Dia adalah calon anggota yang berikutnya."

Aku mengangguk pasti. Guru Kakashi pasti tersenyum di balik maskernya.

"Baiklah, aku ingin memberikan sesuatu padamu."

Guru Kakashi memberikan sebuah jam tangan yang berdesain futuristik dengan sebuah tonjolan sebesar Power Ball yang kupegang ini.

"Jam tangan?"

"Iya, ini jam tangan yang diciptakan langsung oleh ayahmu. Namanya slot soket, untuk menyimpan Power Ball-mu agar bisa dibawa dengan mudah," ucap guru Kakashi menjelaskan."Aku lupa memberikan soket ini padamu tadi."

Aku menerima jam tangan yang berwarna orange itu. Aku terpana menatap benda yang merupakan ciptaan ayahku ini. Seketika wajahku berbinar-binar.

'Ayah memang hebat!' batinku senang sambil memasukkan Power Ball ke dalam lubang tonjolan di jam tangan digital itu.'Dengan begini, Power Ball tidak mudah hilang. Jadi, aku bisa membawa Kyuubi dengan mudah.'

"Terima kasih guru," sahutku bersemangat.

Guru Kakashi hanya manggut-manggut. Lalu ia melirik Sasuke yang sedari tadi diam berdiri di tempat.

"Sasuke!"

Sasuke menoleh di saat guru Kakashi melemparkan sesuatu ke arahnya. Sasuke menangkapnya dengan sempurna.

"Itu titipan dari kakekmu, Orochimaru. Tadi ia datang dan menitipkan Soket Power Ball itu padaku."

Sasuke menatap guru Kakashi sebentar.

"Kakek Orochimaru ke sini, guru?"

"Ya!"

Guru Kakashi mengangguk-angguk. Lalu Sasuke memperhatikan sebuah sarung tangan berwarna merah polos dengan sebuah slot tonjolan berwarna putih di tengahnya.

Aku melirik ke arah Sasuke. Ia tersenyum simpul. Kemudian memasukkan Power Ball miliknya ke dalam slot tonjolan di tengah sarung tangan itu. Lantas dipakainya sarung tangan merah itu dengan segera di tangan kirinya.

Aku tersenyum melihatnya. Aku menarik pandanganku ke tangan kiriku. Sudah tersemat sebuah jam digital di pergelangan tangan kiriku ini. Aku senang melihatnya.

"Guru, tolong Issei!" terdengar suara Rias yang memanggil guru Kakashi.

Aku, Sasuke dan guru Kakashi menoleh bersamaan ke arah Rias. Rias memasang wajah cemas.

"Oh, masih ada satu masalah yang belum selesai," sahut guru Kakashi segera menghampiri Issei yang dipangku oleh Rias.

Guru Kakashi menggendong Issei di belakang tubuhnya. Lalu guru Kakashi mengerling ke arah aku dan Sasuke.

"Naruto, Sasuke. Bilang kepada teman-teman kalian kalau hari ini, pelajaran tidak dapat dilanjutkan. Kalian boleh pulang sekarang!" lanjut guru Kakashi."Urusan kelas yang hancur ini, biar aku yang mengurusnya. Kalian pulang saja. Aku mau mengantarkan Issei pulang ke rumahnya. Kalian mengerti?"

"Mengerti, guru!" tukas kami berdua kompak.

Guru Kakashi mengangguk. Ia pun berjalan keluar kelas bersama Rias, Akeno dan Irina. Mereka bertiga sangat mencemaskan keadaan Issei.

Aku dan Sasuke berdiri terpaku menyaksikan mereka pergi. Aku tidak menyangka guru Kakashi yang malah bertanggung jawab atas kehancuran kelas ini. Padahal ini semua adalah ulah Power Ball kami.

Ternyata guru Kakashi baik juga.

"Woi, Dobe!"

Aku menoleh ketika Sasuke menunjukkan sesuatu padaku.

"Ini sebuah Power Ball," Sasuke tersenyum kecil.

Sebuah bola berwarna merah setengah hijau. Di tengahnya ada permata prisma hijau yang sama persis dengan permata yang terletak di atas dahi naga bersayap tadi.

Aku membelalakkan kedua mataku.

"I-ini pasti Power Ball milik Issei."

"Ya, sudah terbukti bahwa Issei adalah anak ilmuwan yang mempunyai Power Ball yang sama dengan kita. Jadi, kita akan merekrutnya menjadi anggota kelompok dua belas Seeker ini."

Kami berdua tersenyum lebar.

"Dengan begini, ketiga fansgirl Issei akan masuk jika Issei masuk. Aku yakin rencana ini berhasil!" ucapku lantang sambil mengepalkan tinju di depan dadaku.

"Ya, daripada itu kita harus memberitahu yang lain kalau sekarang sudah waktunya pulang."

Tiba-tiba Sasuke sudah keluar kelas duluan. Aku terperanjat. Sejak kapan Sasuke sudah pergi meninggalkan aku? Cepat sekali.

Segera saja aku mengejarnya.

"TEME, TUNGGU AKU!"

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 06.30 A.M AT LUNAR TIME

Aku berpapasan dengan Issei saat di koridor lantai dua yang sepi. Issei menoleh ketika kupanggil.

"Oh, kamu Naruto."

Aku berlari-lari kecil ke arahnya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku sambil tersenyum.

Issei mengerutkan keningnya.

"Maksudmu?"

"Kamu pingsan kemarin karena pertarungan Ddraig dan Aruna. Benar-benar pertarungan yang hebat!"

Issei semakin mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti sama sekali dengan maksudku.

"Pertarungan Ddraig dan Aruna?"

"Iya. Ddraig itu adalah naga bersayap itu. Aruna itu adalah harimau merah milik Sasuke. Ternyata kamu mempunyai Power Ball berbentuk naga bersayap yang bernama Ddraig. Karena itu, aku ingin merekrutmu untuk menjadi pasukan dua belas Seeker."

Issei tidak mengerutkan keningnya lagi. Ia berwajah datar. Aku menatapnya penuh harapan agar dia setuju untuk masuk ke dalam pasukan 12 Seeker ini. Dengan begitu, ketiga gadis yang selalu mengejar Issei itu bisa ikut masuk juga jika Issei masuk ke dalam pasukan ekspedisi ini. Aku berharap rencanaku ini berhasil.

Issei menatapku dengan lama. Aku menunggu jawabannya dengan sabar.

"Heh, pasukan dua belas Seeker ya? Aku sudah mengetahui semuanya dari ayahku. Ternyata bola sebagai hadiah karena aku berhasil masuk ke APLA ini, bernama Power Ball. Power Ball diciptakan untuk dijadikan senjata untuk melakukan ekspedisi ke planet terlarang itu. Sungguh hebat sekali penemuan ayahku itu!" kata Issei tersenyum kecil."Tapi, aku tidak tertarik untuk ikut masuk ke dalam pasukan dua belas Seeker itu. Itu sangat membahayakan dan melanggar hukum. Maaf ya, Naruto."

Aku kaget mendengarnya. Kedua mataku membulat.

"Ta-tapi, Issei. Ini demi kepentingan umat manusia juga. Ini misi yang mulia."

"Maaf ya, Naruto. Aku memang tidak tertarik untuk melakukan ekspedisi ini. Menurutku, itu membosankan dan aku tidak ingin mempunyai beban. Aku ingin bebas. Kamu mengerti?"

Issei bersikeras. Tampaknya dia sedikit angkuh. Terlihat dari sikapnya yang terlalu dingin. Terkesan dia menganggap semuanya hanya main-main.

KIIITS!

Aku sebal melihat sikapnya ini. Dia memang keras kepala. Tapi, aku tidak akan menyerah untuk membujuknya untuk menjadi bagian dari pasukan 12 Seeker ini.

"Tidak ada yang dibicarakan lagi, kan? Kalau begitu, aku pergi dulu."

Issei pergi begitu saja. Tapi, tidak menuju ke kelas. Entah kemana ia akan pergi.

Aku melihatnya dengan tajam. Dia sungguh orang yang menyebalkan. Kupikir dia itu adalah orang yang asyik untuk dijadikan teman. Ternyata tidak. Ia sedikit angkuh dan suka meremehkan. Tapi, entah mengapa banyak gadis yang mengejarnya seperti Rias, Akeno dan Irina.

'Huh, apa sih yang menarik dari cowok sombong itu? Dia biasa-biasa saja. Yang lebih keren itu adalah si Teme,' batinku di dalam hati sambil melangkahkan kakiku menuju kelas.

Baru satu langkah aku ayunkan, mendadak ada orang yang menyapaku.

"Dobe!"

Aku tahu suara itu. Dia adalah Sasuke. Aku pun menoleh.

Sasuke datang ke arahku bersama seorang gadis berambut pendek merah muda. Aku melongo melihat mereka berdua. Mengapa Sasuke bisa datang bersama Sakura sepagi ini?

"Hah, selamat pagi, Naruto!" sapa Sakura tertawa kecil."Kamu datang pagi-pagi lagi. Seperti kemarin."

"Selamat pagi juga, Sakura!" jawabku sambil tertawa kecil juga. Sejenak aku memperhatikan penampilan Sakura. Ia terlihat berbeda hari ini. Di atas puncak rambutnya, terpasang sebuah google yang berdesain maju dengan sebuah bulatan kecil tepat di tengahnya. Bulatan kecil itu berwarna merah muda dan seimbang dengan warna merah google-nya. Bulatan itu seperti tonjolan. Persis seperti slot pada soket milikku yang berbentuk jam digital. Apakah Sakura memang anak dari 12 ilmuwan yang mempunyai Power Ball itu?

"EHEM!"

Sakura berdehem dan membuyarkan semua lamunanku. Aku pun tersadarkan dari lamunanku.

"Hah?" aku ternganga.

"Mengapa kamu melihatku sampai seperti itu?" tanya Sakura melototi aku dengan pandangan menyelidik. Wajahnya seram.

Aku membulatkan kedua mataku. Keringat dingin mengucur dari balik rambut pirangku.

"A-ano, penampilanmu hari ini kelihatan aneh. Kemarin aku melihatmu tidak memakai google. Tapi, hari ini kamu memakai google seperti anak laki-laki. Kamu tomboy ya?"

KIIITS!

Pandangan mata Sakura mengkilat. Segera saja aku merinding ketakutan melihatnya. Tangan Sakura melayang ke atas. Tiba-tiba ...

BLETAK!

Kepalaku dipukulnya dengan keras. Aku pun meringis kesakitan.

"A-Aduh!"

"DASAR, COWOK MENYEBALKAN. JANGAN MENGIRA AKU INI ADALAH ANAK LAKI-LAKI. AKU INI TIDAK TOMBOY. AKU INI CEWEK SEJATI, TAHU!"

Sakura berkoar-koar panjang lebar. Membuat aku dan Sasuke sweatdrop melihatnya.

'Ternyata dia itu galak dan juga bawel. Dia sangat sensitif jika disamakan dengan laki-laki,' batinku menghembuskan napasku.

Kulihat, Sakura melipatkan tangan di dada sembari membuang muka. Sasuke hanya mendengus pelan dan berjalan pelan ke arahku.

Begitu dekat, ia berbisik ke telingaku.

"Jangan buat Sakura marah. Dia itu sangat sensitif jika disamakan dengan laki-laki. Kamu juga jangan berbicara yang berhubungan dengan sikapnya yang tomboy. Jika mau selamat."

Aku menjadi horror sendiri setelah mendengarkannya dari Sasuke.

'Gawat juga, ternyata si Sakura. Sudah kuduga dia mirip sekali dengan nenekku.'

"Aku tambahkan, Sakura adalah anggota ketiga dalam pasukan dua belas Seeker kita. Kemarin, aku merekrut dia saat pulang sekolah."

Aku membulatkan kedua mataku.

"Hah, yang benar, Teme?"

"Hn."

Sasuke mengangguk cepat. Aku senang mendengarnya.

"Apa sih yang kalian bisikkan?" tanya Sakura curiga.

Aku dan Sasuke menoleh ke arah Sakura dengan wajah yang cerah.

"Hah, tidak. Ini mengenai rekrutan anggota pasukan dua belas Seeker," jawab Sasuke menjauhkan jaraknya dariku.

"Iya, benar!" aku mengangguk cepat.

Sakura menatap kami berdua dengan tajam. Sedetik kemudian, wajahnya berseri-seri.

"Oh, masalah rekrutan dalam pasukan kita," ucap Sakura tertawa kecil.

Melihat perubahan wajah Sakura, membuat aku menghembuskan napas lega kembali. Untunglah, dia kembali ceria. Dia sangat mengerikan jika sudah marah. Persis seperti nenekku.

"Ternyata Sakura menjadi anggota pasukan dua belas Seeker rupanya," kataku.

"Tentu saja," Sakura mengacungkan telunjuk dan jari tengah untuk membentuk huruf v."Ini yang aku tunggu-tunggu lho. Melakukan ekspedisi ke planet hitam itu merupakan tujuan pentingku juga. Ekspedisi ini sangat menantang saat orang tuaku menceritakan semuanya padaku. Juga tentang Power Ball dan pasukan dua belas Seeker ini. Apalagi Sasuke memintaku menjadi anggota dua belas Seeker ini. Tentu aku setuju sekali. Karena ini adalah impianku."

Aku tersentak ketika mendengar penuturan Sakura. Ternyata dia juga mempunyai impian yang sama denganku yaitu melakukan ekspedisi ke planet hitam itu. Hebat, ada juga orang yang berpikiran yang sama denganku.

"Ekspedisi ke Planet Hitam? Wah, kalian tidak mengajak kami!"

Terdengar suara tak asing bagi kami. Kami menoleh ke asal suara.

JREENG!

Berdirilah Kiba dan Shikamaru di samping Sakura. Aku sedikit kaget karena mereka muncul tiba-tiba seperti hantu begitu.

"Ki-Kiba dan Shikamaru?!" gumamku membulatkan sedikit kedua mataku.

"Apakah kalian mempunyai bola sebesar bola pingpong seperti ini?" tanya Sasuke menunjukkan Power Ball miliknya ke arah Kiba dan Shikamaru. Sebelumnya Power Ball merah itu sudah dikeluarkan oleh Sasuke dari dalam slot tonjolan yang berada di tengah sarung tangan yang terpasang di tangan kirinya.

Kiba mengambil sesuatu di tas kecil yang terlilit di pinggangnya - di mana Pocket Book berada di dalam tas kecil itu. Tas kecil itu mempunyai dua kantong. Satu kantong berukuran sebesar Pocket Book. Sedangkan satu kantong lainnya berukuran sebesar sesuatu yang diambil Kiba. Sesuatu itu adalah sebuah kunai tapi berbentuk lebih canggih.

Di ujung tangkai kunai yang berbentuk bulat, terdapat tonjolan berwarna kuning. Dari sanalah, keluar sebuah bola berwarna emas dengan corak sayatan warna aquamarine. Kiba menunjukkan bola itu kepada Sasuke.

Shikamaru juga menunjukkan sebuah bola berwarna hitam dengan pola pusaran biru. Bola itu keluar dari slot soket miliknya yang berada di sisi atas Pocket Book-nya.

Sasuke yang berperan sebagai Kapten, ia menatap kedua calon anggotanya ini dengan lama. Ia pun tersenyum simpul.

"Apa alasan kalian ingin masuk ke dalam pasukan dua belas Seeker ini?" tanya Sasuke sekali lagi.

"Aku ingin melakukan penelitian di sana. Aku penasaran dengan bentuk alien yang diduga menghuni Planet Hitam itu. Seperti yang diceritakan oleh teman ibuku," sahut Kiba tersenyum kecil.

"Kalau aku sih diminta oleh orang tuaku untuk mencari orang-orang yang hilang sejak lima belas tahun lalu itu. Mereka berharap kepadaku agar menemukan orang-orang yang hilang secepatnya. Ya, mau tidak mau aku harus menuruti permintaan orang tuaku. Sebagai bukti kalau aku berbakti kepada mereka. Setidaknya aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka karena menentang perintah mereka. Itulah alasannya," ujar Shikamaru dengan lantang.

Perkataan Shikamaru itu cukup mengagetkan kami berdua. Alasan yang bagus sekali.

'Mencari orang-orang hilang sejak lima belas tahun lalu? Ini pasti berhubungan dengan orang tuaku dan orang tua Sasuke,' batinku di dalam hati sambil memasang wajah sedih.'Ayah, ibu. Aku merindukan kalian.'

Aku melirik ke arah Sasuke. Ia berwajah sedikit bertekuk. Pasti ia juga merasakan hal yang sama denganku.

Merindukan orang tua ketika orang lain berkata tentang orang tuanya. Apalagi orang tua itu tidak bersama kami sejak bayi, kami tidak merasakan kasih sayang orang tua hingga kami menginjak remaja, dan banyak orang yang selalu meledek kami hanya karena tidak mempunyai orang tua. Itu sungguh menyakitkan. Walaupun kami tidak sendirian karena masih ada kakek dan nenek kami, yang selalu merawat kami dengan penuh kasih sayang seperti ayah dan ibu. Namun, sesuatu yang amat penting bagi kami. Kami akan mencari orang tua kami melalui ekspedisi ini. Ya, kami akan mencarinya walaupun sesulit apapun. Karena kami yakin orang tua kami masih hidup.

Sasuke menutup matanya sebentar. Lalu dibukanya dengan pelan. Ia tersenyum simpul.

"Alasan yang bagus sekali. Kalian sah menjadi anggota pasukan dua belas Seeker ini," Sasuke mengulurkan tangan kanannya."Selamat buat kalian berdua."

Kiba langsung menyambut uluran tangan Sasuke. Ia tertawa riang.

"Terima kasih sudah menerimaku," jawab Kiba.

"Huuh, pakai bersalaman juga. Merepotkan!" gumam Shikamaru juga menjabat tangan Sasuke setelah Kiba selesai bersalaman dengan Sasuke.

Aku dan Sakura pun senang melihatnya. Kami ikut menyalami Kiba dan Shikamaru.

"SELAMAT DATANG DI PASUKAN DUA BELAS SEEKER!"

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 12.05 P. M AT LUNAR TIME

Istirahat tiba. Semua penghuni APLA segera pergi menuju ke kantin. Aku dan teman-temanku makan bersama di sini. Teman-teman yang kumaksudkan ialah Sasuke, Sakura, Kiba dan Shikamaru. Kami berlima menjadi akrab semenjak menjadi satu pasukan 12 Seeker ini. Sungguh mengesankan.

Kantin yang berbentuk kubah memanjang ini penuh sesak. Banyak orang yang mengantri untuk memesan makanan di dekat bagian pemesanan. Sebuah robot berbentuk pelayan sedang mencatat berbagai pesanan di layar udara yang mengambang di atas meja bagian pemesanan. Orang-orang yang memesan akan mendapatkan pesanannya kurang lebih satu detik setelah robot pelayan lainnya yang mengantarkannya langsung kepada orang-orang yang telah duduk untuk menunggu pesanan masing-masing tiba. Harus tertib dan teratur. Banyak robot pelayan yang mondar-mandir untuk mengantarkan makanan atau membawa tumpukan piring dan gelas yang kotor. Mereka bekerja dengan baik.

Sebuah robot pelayan membawakan pesanan ke meja kami berlima. Aku sangat senang ketika pesananku datang juga yaitu mie ramen kesukaanku.

"WAH, PESANANKU DATANG JUGA!" seruku bersemangat dengan suara yang amat keras."KELIHATANNYA ENAK SEKALI!"

"Ssst, Naruto. Suaramu keras sekali. Mengganggu orang, tahu!" sergah Sakura sambil menyenggol kakiku dengan kakinya karena Sakura duduk tepat di sampingku. Wajah Sakura merah padam menahan kekesalan.

"Dobe, tutup mulutmu. Saat ini jam makan siang. Jangan buat keributan!" Sasuke ikut-ikutan memarahi aku.

Aku melototi Sasuke yang duduk berhadapan denganku.

"Huh, dasar Teme!"

"Hn!"

Sasuke malah berkata yang tidak jelas. Sementara Kiba dan Shikamaru yang duduk di sebelah Sasuke. Mereka berdua hanya sweatdrop melihat ulah kami.

Suasana kantin yang cukup hening, tiba-tiba menjadi ribut karena ada seseorang yang tidak sengaja menumpahkan makanan ke baju seragam seorang laki-laki berbadan besar dan tinggi sekali. Ia tidak seperti siswa saja.

"HEI, APA YANG KAU LAKUKAN? KAU MENGOTORI BAJU SERAGAMKU!" terdengar suara keras yang membentak.

Kami berlima menoleh ke sumber pusat keributan. Terlihat Issei berdiri di dekat meja di mana Rias, Irina dan Akeno duduk. Issei kelihatan ketakutan menghadapi laki-laki yang memakai seragam berwarna merah. Sepertinya dia adalah siswa kelas Red, senior kami. Kelas Red yang berarti kelas tiga SMA.

"Ma-maaf, a-aku tidak sengaja menumpahkannya," sahut Issei berusaha membela dirinya.

GREP!

Senior itu malah mencengkeram kerah baju seragam Issei dengan kasar.

"Maaf? Apakah dengan kata maaf itu bisa membersihkan baju seragamku yang kotor? KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!" tukas senior itu sambil melayangkan tinjunya ke arah wajah Issei. Issei yang merasa tidak mampu melawan karena melihat badan senior yang sangat tinggi darinya. Ia hanya pasrah menerima pukulan yang akan mendarat dipipinya.

Issei menutup kedua matanya. Bodoh, apa yang ia lakukan? Setidaknya ia bisa melawannya. Bukan memasrahkan diri untuk menerima pukulan itu.

Aku menggeretakkan gigi-gigiku. Sial, aku harus mencegahnya. Aku langsung bangkit berdiri dan segera ingin berlari menerjang senior menyebalkan itu.

DAP!

Sebelum langkah aku ayunkan, aku membelalakkan kedua mataku karena melihat seseorang yang telah berhasil menangkap pukulan senior itu.

Suasana menjadi hening sekali karena insiden ini. Semua orang berhenti makan dan memilih menonton.

Aku menghentikan langkahku begitu tahu siapa yang telah menghentikan tindakan senior itu dengan lantangnya.

"Te-Teme!"

Tampak Sasuke memegang pergelangan tangan kanan senior itu dengan wajah yang datar. Sejak kapan ia bisa bergerak cepat untuk menahan serangan orang itu? Aku tak habis pikir.

"Hentikan!" pinta Sasuke dengan tenang.

Issei yang sedari tadi menutup kedua matanya. Ia membuka matanya secara perlahan-lahan dan menyadari Sasuke yang telah berdiri di depannya.

"Sa-Sasuke?!"

Senior itu tersenyum meremehkan.

"Kau teman sekelasnya? Kau bermaksud melindungi si idiot ini rupanya."

"Ya, begitulah."

"Heh, dasar anak baru idiot. Kalian memang tidak pantas berada di APLA ini."

"Oh ya, jadi kau mau apa untuk menyelesaikan masalah ini?"

Sasuke mencoba memberikan penawaran kepada senior itu. Aku mendengarkan mereka berbicara dengan serius.

"Mudah saja. Aku ingin dia membuka baju seragamnya dan mencium sepatuku sekarang juga. Bagaimana?"

Semua orang terperanjat mendengar penuturan senior yang sok berkuasa itu. Mentang-mentang dia adalah siswa yang paling tua. Aku sangat geram melihatnya.

Sasuke melepaskan cengkeramannya dari tangan senior itu dengan kasar.

"Apa tidak ada cara lain?" tanya Sasuke yang berwajah datar.

"Tidak. Itulah cara yang paling terbaik. Dia harus melakukannya."

Senior itu menunjuk ke arah Issei. Issei tampak berdiri dengan badan gemetaran. Keringat dingin mengucur. Kelihatannya dia enggan melakukan apa yang diminta oleh senior itu.

Sasuke melirik Issei sebentar. Lalu ia menatap senior itu lagi.

"Bukankah tadi dia sudah meminta maaf padamu? Itu sudah cukup adil, kan?"

"Adil? Hanya meminta maaf saja? Itu tidak akan bisa membersihkan pakaianku yang kotor. Yang aku inginkan saat ini adalah DIA MEMBUKA BAJU SERAGAMNYA DAN MENCIUM SEPATUKU SEKARANG!"

Senior itu bersikeras. Dia menekankan lafal kalimat terakhirnya dengan suara keras. Wajahnya merah padam.

"Jika kau ingin yang namanya adil. Mudah saja. Kau lempar saja makanan itu ke wajah si idiot ini," tiba-tiba muncul Shikamaru yang berdiri di samping Sasuke. Ia menunjuk ke arah Issei. Issei yang terus terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Issei cukup kaget dengan pendapat Shikamaru barusan.

Sasuke melirik ke arah Shikamaru sebentar. Kemudian menatap senior itu lagi.

"HEI, ITU BUKAN ADIL NAMANYA!" bentak senior itu.

"Jadi, adil yang seperti apa yang kau minta?" tanya Shikamaru berwajah serius.

"SUDAH AKU KATAKAN, AKU INGIN SI IDIOT INI MEMBUKA BAJUNYA DAN MENCIUM SEPATUKU! SUDAH JELAS, TIDAK?"

Suara senior itu menggema ke seluruh kantin. Semua orang tampak terdiam mendengarnya. Tampaknya suasana semakin tegang.

Aku berdiri dengan emosi yang naik secara perlahan-lahan. Aku tidak suka dengan keributan seperti ini. Apalagi melihat orang yang tertindas di depan mataku. Aku ingin mengakhiri semua ini dengan cepat agar tidak semakin memanas. Aku merasa Issei tidak mau menuruti apa yang diminta oleh senior itu. Dia sedikit angkuh dan gengsi. Itu sudah kubuktikan, setelah beberapa kali ia menolak tawaranku menjadi anggota pasukan 12 Seeker dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Aku ingat benar. Tapi, saat ini aku berpikir akan memberikan sebuah pelajaran kepada Issei. Aku akan menunjukkan kepadanya apa itu seorang teman yang baik.

"CEPAT, BUKA BAJUMU DAN CIUM SEPATUKU SEKARANG JUGA, IDIOT!" senior itu berteriak keras sambil menunjuk Issei dengan wajah garang.

Issei masih berdiri dengan kikuk. Sasuke dan Shikamaru tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka terdiam begitu saja.

Aku tidak tahan melihat semua ini. Segera saja aku berjalan cepat menghampiri mereka.

"HEI, BAGAIMANA KALAU AKU YANG MELAKUKANNYA?"

Karena perkataanku yang lantang, membuat semuanya menoleh ke arahku. Terlebih Sasuke, Shikamaru dan Issei. Mereka bertiga membelalakkan kedua mata masing-masing.

Aku berdiri di samping Issei dengan mantap. Issei menoleh ke arahku. Dia terdiam tanpa kata-kata.

SRAK!

Muncul beberapa laki-laki berseragam merah. Mereka menghampiri senior yang berbadan besar itu. Aku lihat tag name yang terpasang di dada kiri senior yang berbadan besar itu. Tertera di sana 'Jay'.

"Heh, bocah berambut kuning. Kau teman sekelasnya si idiot ini juga? Mencoba ingin menjadi pahlawan kesiangan rupanya," sahut seorang laki-laki bertubuh kurus dan berambut cepak.

Aku melirik ke arah tag name milik laki-laki bertubuh kurus itu. Tertera dengan nama 'Tsukiyoshi'.

"Ya, biar aku yang menggantikannya. Kalian tidak usah banyak berkomentar lagi," jawabku dengan wajah yang sedatar mungkin.

Pasti semua orang kaget akan tindakanku yang konyol ini. Mereka pasti menganggap aku bodoh. Mau melakukan permintaan aneh ini. Terlebih bagi Sasuke, ia pasti tahu benar bagaimana sifatku yang ingin menyelesaikan semua keributan yang terjadi di depanku. Aku rela melakukan apa saja untuk menghentikan semua ini. Aku ingin semua ini berakhir. Lalu inilah membuat Sasuke sangat membenci sifatku yang satu ini. Mudah memaafkan dan mengalah. Aku tahu itu.

Teman-teman ingin mencegahku untuk melakukannya. Terlihat Kiba sudah berada di tempat kejadian perkara ini. Sedangkan Sakura, Rias, Akeno dan Irina memilih diam dan duduk manis di tempat masing-masing. Mereka pasti miris melihat apa yang akan kulakukan. Mereka hanya bisa terdiam tanpa kata-kata.

Sasuke mencegah Kiba dan Shikamaru yang mencoba menghentikan aku. Dapat kudengar samar-samar suara Sasuke ketika aku mulai membuka kancing baju seragamku.

"Jangan, biarkan Naruto yang menyelesaikan semuanya. Percayalah padanya!"

Aku tersenyum simpul di dalam hati. Seragam bajuku sudah aku buka. Lalu aku pun bersujud untuk mencium sepatu para senior itu satu persatu. Dapat terdengar jelas suara para senior itu di gendang telingaku. Mereka tertawa meremehkan aku.

Tapi, aku tidak mempedulikan hal itu. Aku ingin menyelesaikan semuanya. Aku ingin menunjukkan kepada Issei bahwa beginilah pengorbanan seorang teman yang baik. Inilah arti seorang teman.

Setelah semuanya selesai, aku memakai baju seragamku kembali. Para senior itu masih tertawa dengan riangnya.

"Hahaha, bagus sekali! Kau telah melakukannya, bocah idiot!" ucap Jay dengan tawanya yang keras.

Aku tidak menghiraukan perkataannya. Aku tidak peduli berapa banyak ia menghinaku. Aku tidak akan terpancing olehnya. Aku sudah terbiasa dengan semua hinaan yang menimpaku selama ini.

Aku tatap jam digital yang tersemat di pergelangan tanganku. Muncul layar udara di bawah slot tonjolan Power Ball. Waktu menunjukkan pukul 12. 50 P.M.

Aku menoleh ke arah Sasuke, Shikamaru dan Kiba.

"Ayo, kita kembali ke kelas! Sebentar lagi, bel masuk akan berbunyi," sahutku berbalik badan dengan wajah yang datar.

Teman-teman mengikutiku tanpa banyak bicara. Juga Sakura yang mengejar kami dengan tergesa-gesa.

Dapat kudengar, Jay terus berkomentar.

"Hei, rambut kuning, mencoba melarikan diri, heh? Pengecut. Dasar pengecut!"

Aku tetap berjalan hingga hampir di mulut pintu yang terbuka otomatis. Aku tidak menggubris hinaan Jay itu.

"Kau memang pengecut, rambut kuning. Kau memang sampah yang tidak pantas dilahirkan di dunia ini. PASTI ORANG TUAMU JUGA SEORANG SAMPAH hingga melahirkan sampah seperti kau, idiot! Hahaha!"

DEG!

Aku menghentikan langkahku di saat pintu kantin terbuka lebar secara otomatis. Darahku mendidih seketika. Emosi yang aku tahan sedari tadi mulai tiba di ubun-ubun. Pelipisku berkedut kesal. Perkataan senior itu sungguh membuat jantungku pecah mendengarnya.

"Hei, hentikan ucapanmu itu! Seberapa banyak kau menghina aku dan meremehkan aku. Aku tidak peduli itu. Aku sudah terbiasa dengan semua hinaan yang dilemparkan kepadaku selama ini. Aku bisa sabar menghadapinya. Tapi, kali ini aku tidak bisa sabar lagi ...," aku meremas kedua tanganku kuat-kuat."KETERLALUAN! JANGAN PERNAH KAU MENCOBA MENGHINA ORANG TUAKU! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN ORANG YANG TELAH MENGHINA ORANG TUAKU!"

Aku berbalik badan dan memasang wajah garang. Teman-teman kaget akan perubahan wajahku yang tiba-tiba seperti monster. Aku berlari secepat kilat dan melayangkan tinju ke arah pipi Jay.

BUAAAK!

Pipi Jay terhantam keras oleh tinjuku yang kuat. Senior berbadan besar itu melayang jatuh dan menabrak meja yang terbuat dari baja.

BRAAK!

Melihat temannya dipukul, dua dari mereka berlari ke arahku untuk melawanku.

SRAAK!

Muncul Sasuke yang menghadang dua laki-laki berseragam merah itu.

"Hei, jangan ganggu dia yang sedang asyik menghajar mangsanya!" seru Sasuke menyeringai.

Kedua laki-laki itu menggeram kesal.

"Ukh, kurang ajar!"

Maka terjadilah perkelahian di antara mereka. Shikamaru dan Kiba datang membantu Sasuke. Mereka menghajar para senior lainnya. Bahkan Sakura juga ikut serta dalam tawuran kecil ini.

Issei yang sedari berdiri terpaku di tempatnya. Ia terpana menyaksikan semua ini. Semua orang pun bersemangat menonton perkelahian ini tanpa merasa sedikitpun untuk menghentikannya.

Issei memutuskan untuk ikut bergabung dalam perkelahian ini. Ia ikut menghajar salah satu senior yang mencoba memukulku dari belakang saat aku menyelesaikan urusanku dengan Jay. Jay telah terkapar dalam keadaan babak belur. Aku sangat puas karena telah memberikannya pelajaran yang berharga.

Tak lama kemudian, para senior itu telah habis kami bantai. Mereka pun babak belur dan terkapar tak sadarkan diri. Salah satu dari mereka, ada yang berhasil melarikan diri.

"Akhirnya semuanya selesai," kataku menghembuskan napas berat berkali-kali.

"Benar-benar merepotkan!" sahut Shikamaru.

"Pertarungan yang seru ya?" tukas Kiba tersenyum senang.

"Hn...," gumam Sasuke mengangguk-angguk.

"Rasakan itu, senior baka!" seru Sakura geram."Jangan anggap remeh anak kelas Yellow!"

Kami berdiri di depan para senior yang terbaring dan ditumpuk seperti bukit. Aku menatap si Jay yang tidak pingsan.

"Inilah akibatnya karena kau menghina orang tuaku," ucapku berwajah serius."Siapapun yang menghina orang tuaku, dia akan merasakan dampaknya. Aku tidak akan membiarkan siapapun menghina orang tuaku. Aku pasti tidak akan membiarkan dia hidup. Termasuk kau, senior!"

Jay menatapku dengan erat. Teman-teman memperhatikan aku dengan pikirannya masing-masing.

Bersamaan itu, bel istirahat berbunyi.

TRRRRRT!

Semuanya berhamburan keluar kantin setelah mendengar bel tersebut. Termasuk aku dan teman-temanku. Para senior itu, kami tinggalkan begitu saja di kantin yang mulai lengang.

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 14.00 P.M AT LUNAR TIME

"Naruto, tunggu!"

Langkahku terhenti di depan pintu kelas saat Issei memanggilku. Aku menoleh ke arah Issei yang berjalan pelan menghampiriku.

"Issei? Ada apa?" tanyaku heran.

Issei menghentikan langkahnya dan memasang wajah suram. Tiba-tiba ia membungkukkan setengah badannya.

"Maafkan aku ya," jawab Issei keras sekali. Membuat aku terperanjat melihatnya.

"Hei, apa yang kamu lakukan?" kataku tidak enak hati karena Issei meminta maaf kepadaku dengan cara begini.

Issei menegakkan badannya kembali.

"Aku meminta maaf karena aku sudah berkata kasar padamu ketika kamu berkali-kali mencoba merekrut aku untuk menjadi anggota di dalam pasukan dua belas Seeker itu," sahut Issei masih berwajah suram."Tapi, kamu tetap bersikap baik dan mau menolongku ketika menghadapi para senior kelas Red itu. Kamu memang teman yang baik, Naruto."

Aku terdiam mendengar perkataannya yang begitu tulus dari dalam hatinya. Di sampingku, si Sasuke juga ikut terdiam. Semua teman di kelas ini menjadi bungkam karena menyaksikan penuturan jujur dari Issei ini. Kecuali Hinata, Koneko dan Gaara. Mereka bertiga sudah keluar duluan setelah pelajaran berakhir tadi.

"Jadi, kamu mau memaafkan aku, Naruto?" tanya Issei lagi.

Aku menatapnya dengan lama. Lalu aku menganggukkan kepala dengan cepat.

"Ya, aku memaafkanmu."

Issei tertawa lebar mendengarnya. Semuanya ikut tertawa. Aku pun juga tertawa.

"Terima kasih, Naruto."

"Ya, sama-sama."

Kemudian Sasuke maju ke depan. Aku menoleh ke arah Sasuke.

"Jadi, kamu mau masuk ke dalam pasukan dua belas Seeker kami ini?" tanya Sasuke dengan wajah datar.

Issei mengangguk cepat.

"Mau! Aku mau bergabung dengan kalian!"

Aku dan Sasuke saling pandang. Akhirnya satu anggota bertambah lagi. Kami berdua tersenyum senang.

Lantas Sasuke merogoh saku celananya dan melemparkan sesuatu kepada Issei. Issei menangkapnya dengan sempurna.

"Itu Power Ball milikmu. Tanpa itu, kamu tidak bisa menjadi anggota pasukan dua belas Seeker," ujar Sasuke.

Issei menatap lama Power Ball di dalam genggaman tangan kanannya. Ia tertawa lebar.

"Power Ball milikku, Ddraig. Pemberian dari ayah," gumam Issei memegang erat bola kekuatan itu.

Tiba-tiba, ketiga gadis itu - Rias, Akeno dan Irina - sudah muncul di kedua sisi dari Issei. Aku sangat kaget dengan kedatangan tiga gadis ini. Sasuke tidak kaget sama sekali.

"Kalau Issei bergabung juga. Aku mau ikut juga," ucap Rias memegang bahu kanan Issei.

"Aku juga ikut bergabung," kata Akeno yang sedang memegang bahu kiri Issei.

"AKU JUGA MAU IKUT!" timpal Irina bersemangat sambil mengepalkan satu kepalan tangan kanannya ke udara.

Aku dan Sasuke terpana mendengarnya. Ternyata rencana ini berhasil. Aku tidak menyangka dengan masuknya Issei ke dalam pasukan ini, maka ketiga gadis ini akan masuk juga dengan mudahnya. Aku tersenyum senang di dalam hati karena rencanaku sukses besar.

"Baiklah, kalian akan kuterima dalam pasukan dua belas Seeker ini. Tapi, tunjukkan Power Ball milik kalian sebagai isyaratnya," sahut Sasuke.

Rias mengambil Power Ball miliknya yang berada di dalam slot tonjolan yang berada pada bros baju. Bros baju miliknya berbentuk seperti sayap kelelawar. Bros itu berwarna biru donker dan slot tonjolan berwarna merah.

Akeno juga melakukan hal yang sama dengan Rias. Ia mengambil Power Ball miliknya yang terletak pada soketnya yang berbentuk ikat rambut. Ikat rambut yang berwarna hijau. Slot tonjolan Power Ball miliknya berwarna merah muda.

Irina juga. Power Ball miliknya terletak pada ujung tangkai kunai. Sama seperti Kiba. Namun, bentuk desainnya yang berbeda. Kunai itu berwarna kuning dan slot tonjolan berwarna putih.

Mereka bertiga menunjuk Power Ball masing-masing kepada Sasuke. Power Ball milik Rias berwarna biru dongker dengan corak matrix kuning berbentuk sayap kelelawar. Sedangkan Power Ball milik Akeno berwarna putih dengan corak matrix biru berbentuk gelembung air. Lalu Power Ball milik Irina berwarna orange muda dengan corak matrix ungu berbentuk segitiga.

Sasuke memperhatikan ketiga Power Ball itu. Ia tersenyum simpul.

"Kalian bertiga diterima masuk ke dalam pasukan dua belas Seeker ini."

"HORE!" teriak ketiga gadis itu senang sambil melompat-lompat bersamaan.

Akhirnya, tiga orang sudah masuk ke dalam pasukan 12 Seeker ini. Totalnya ada sembilan orang. Tinggal tiga orang lagi yang harus direkrut yaitu Hinata, Koneko dan Gaara. Ya, mereka bertiga.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

Keterangan jurus Power Ball :

Jurus Ddraig

Elemen cahaya (mode 3)

- Laser Pillar: serangan energi cahaya yang berpijar membentuk bola energi transparan dari kedua tangan. Serangan ini membentuk pilar cahaya bergerak lurus ke depan jika ditembakkan.

- Shaking Bomb : tubuh akan dibalut energi listrik yang dihasilkan dari api hingga membentuk bola sebagai perisai kemudian tubuh akan meledak dahsyat dan menghasilkan ledakan dahsyat disertai gempa bumi. Resiko serangan ini bisa menyebabkan pingsan atau mati jika tidak tahan dengan gerakan rotasi energi api dan listrik.

Jurus Aruna

Elemen api (mode 1)

Confuse circle : berputar-putar dalam kecepatan kilat mengelilingi musuh hingga musuh bingung. Ketika musuh bingung, dapat dilakukan serangan mendadak.

.

.

.

Sampai di sini saja dulu chapter 3 ini. Kalau kepanjangan, pasti pusing membacanya. Terima kasih sudah membaca cerita fanfiction 12 Seeker's ini.

Lain kali akan saya lanjutkan chapter 4 selanjutnya. Jika ada waktu yang memungkinkan saya untuk melanjutkan cerita ini.

Tapi, saya usahakan agar update terus setiap hari jika tidak ada halangan yang membuat saya tidak bisa main ke sini. Terima kasih sekali lagi.

Dari Hikari Syarahmia

.

.

.

271217 11:16 PM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro