Sudah ditakdirkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disclaimer:

Naruto : Masashi Kishimoto

High School DxD : Ichiei Ishibumi

12 Seeker's

By Hikari Syarahmia

Multipairing:

Naruto x Hinata x Koneko

Sasuke x Sakura

Issei x Rias

Rating : T

Selasa, 12 Mei 2015

Cerita ini terinspirasi dari lagu Menyambut Janji by Letto dan Cobalah by Hijau Daun

Note:

Akan ada cerita cinta segitiga antara Naruto, Hinata dan Koneko.

.

.

.

Chapter 4: Sudah ditakdirkan

.

.

.

Normal (POV)

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 06.45 A.M AT LUNAR TIME

Koneko menatap datar si Sakura ketika di depan pintu kelas Yellow A.

Setelah mendengarkan penjelasan Sakura mengenai Power Ball dan 12 Seeker itu, Koneko hanya terdiam dan berdiri kaku. Mencoba berpikir untuk menjawab ajakan Sakura untuk bergabung dalam pasukan 12 Seeker itu.

Lama sekali ia berpikir. Sakura menunggunya dengan sabar.

"Aku sudah tahu tentang semua itu," kata Koneko berwajah masih datar."Tapi, aku tidak tertarik untuk bergabung di kelompok kalian."

Sakura terperanjat mendengarnya. Koneko melipat tangan di dada.

"Kenapa? Kamu sudah ditakdirkan untuk menjadi salah satu dari dua belas Seeker ini, Toujou," sahut Sakura mencoba menjelaskan."Pasukan ini dibentuk bukan hanya untuk melakukan ekspedisi saja tapi mencari orang-orang yang dahulunya menghilang. Ada empat ilmuwan yang menciptakan Power Ball ini, mereka hilang saat melakukan ekspedisi. Karena itu, aku harap kamu mau bergabung agar ekspedisi ini secepatnya dilakukan. Agar kita bisa mencari mereka."

Koneko menatap bosan si Sakura.

"Itu bukan urusanku."

Sakura mendelik ke arah Koneko yang sangat terkesan dingin dan acuh.

"A-apa katamu?"

"Itu bukan urusanku. Ekspedisi ini membahayakan. Itu melanggar hukum. Orang-orang yang hilang itu belum tentu mereka hidup. Bagaimana kalau mereka sudah mati? Sia-sia saja kita mencarinya. Membuang-buang waktu, tenaga, dan keselamatan. Kamu pikir semua itu mudah dilakukan. Itu sangat sulit untuk dilakukan. Apakah kamu tahu hal itu? Biarpun orang tuaku juga memintaku ikut bergabung ke dalam pasukan dua belas Seeker yang dibentuk oleh PEB. Aku tetap tidak akan mau. Aku tidak akan melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak berguna."

Mendengar perkataan Koneko yang panjang lebar itu, membuat sudut perempatan muncul di kepala Sakura.

"HEI, TUTUP MULUTMU! KAMU KIRA EKSPEDISI ITU CUMA MAIN-MAIN. EKSPEDISI INI JUGA MENYANGKUT KESELAMATAN UMAT MANUSIA. KITA HARUS MEREBUT KEMBALI BUMI YANG TELAH DIJAJAH OLEH ALIEN. KAMU TIDAK MAU BALIK LAGI KE BUMI?"

Koneko terdiam karena dibentak oleh Sakura. Wajah Sakura merah padam. Ia kesal sekali.

"Huh, alien. Itu hanya rumor belaka," ucap Koneko sambil berbalik badan meninggalkan Sakura begitu saja.

"HEI, KAMU MAU KEMANA? AKU BELUM SELESAI BICARA! DASAR, MENYEBALKAN!" seru Sakura yang mencak-mencak sendiri.

Koneko berjalan meninggalkan Sakura yang mengamuk di depan pintu kelas. Koridor yang semula sepi menjadi berisik oleh ocehan Sakura yang tidak jelas.

"Sakura, ada apa?"

Sakura berhenti mengamuk. Ia kaget dengan suara yang menyapanya tadi.

'I-inikan? Su-suara? Suara Sasuke,' batin Sakura berwajah panik.

CRING!

Sakura berbalik badan dan memasang wajah yang manis disertai tawa yang berbahaya.

"Hehehe, ti-tidak ada apa-apa. Aku cuma mencoba merekrut Toujou untuk bergabung dalam pasukan kita."

Tiba-tiba sifat Sakura berubah drastis. Menjadi feminin dan lemah lembut ketika bertemu Sasuke. Sasuke baru saja datang.

Sasuke mengangkat salah satu alisnya karena keheranan melihat perubahan sikap Sakura ini. Dia sempat sweatdrop ketika menyaksikan gadis berambut pendek merah muda ini mengamuk seperti gorilla secara langsung dengan mata telanjang. Entah mengapa wajah gadis ini menjadi berseri-seri disertai kemerahan di kedua pipinya ketika bertemu dengannya.

"Kamu mencoba merekrut Toujou?"

"Iya."

Sakura mengangguk-angguk cepat.

"Bagaimana hasilnya?"

Ketika ditanya begitu, mendadak kepala Sakura tertunduk lesu disertai aura gelap di atas kepalanya.

"Gagal total."

Sasuke terdiam menatap Sakura. Lalu ia mendengus pelan.

"Kerja yang bagus, Sakura."

"Hah?"

Sakura menegakkan kepalanya disertai kemerahan di kedua pipinya. Apalagi ditambah senyuman simpul dari si rambut raven itu.

'Sasuke memang keren. Aku suka sekali padamu,' pikir Sakura yang mematung dibuatnya.

Sasuke menjadi heran melihat Sakura yang mematung. Wajah Sakura merah padam. Mereka saling menatap cukup lama.

"EHEM!"

Tiba-tiba, ada seseorang yang berdehem. Sakura dan Sasuke pun kaget. Mereka menoleh ke asal suara secara bersamaan.

Tampak gadis berambut merah panjang sampai melewati paha. Mata hijau. Memakai pakaian seragam berwarna kuning dengan desain yang futuristik. Bawahannya celana panjang berwarna senada yang menyempit di bagian bawahnya. Di pinggangnya terlilit sebuah tas kecil berwarna hitam yang berisi Pocket Book. Juga sebuah bros berbentuk sayap kelelawar berwarna hitam dijepit pada bagian bahu kiri baju seragamnya. Di bagian dada kanan terpasang tag name yang tertulis 'Rias'. Sepatu boots hitam melengkapi penampilannya.

Tentu saja, gadis ini adalah Gremory Rias. Salah satu fansgirl-nya Issei.

Sasuke dan Sakura mematung melihatnya. Ada apa?

Biasanya Rias selalu datang bersama Issei dan diikuti oleh Akeno dan Irina. Tapi, sekarang dia datang sendirian. Ada apa gerangan ini?

"Se-selamat pagi juga, Rias!" balas Sakura sambil menunjuk ke arah Rias."Tumben kamu datang sendirian. Biasanya bersama Issei dan dua gadis itu. Di mana mereka?"

Rias sedikit kaget saat Sakura menanyakan hal itu padanya. Rias melekatkan telunjuknya di pipi kanannya. Ia tersenyum kecil.

"A-ano, mulai hari ini aku menjauhkan jarak dari mereka."

"Menjauhkan jarak?" tanya Sakura mengerutkan keningnya.

"Iya, aku ingin menfokuskan untuk belajar di APLA ini dan serius mengikuti ekspedisi pasukan dua belas Seeker ini. Aku akan melakukan perubahan pada diriku."

Sakura dan Sasuke saling pandang. Lantas mereka tersenyum simpul bersama-sama.

"Bagus itu, Rias," ucap Sakura.

"Hehehe," Rias tertawa kecil."Oh ya, apakah kamu berhasil membujuk Koneko untuk masuk ke pasukan kita, Sakura?"

Sakura menggeleng-geleng.

"Dia menolak lagi."

"Begitu ya."

Rias memegang dagunya. Sementara si Sasuke hanya diam mendengarkan percakapan kedua gadis itu.

"Biar aku yang membujuk Koneko. Aku tahu caranya, Sakura."

"Benarkah?"

"Ya, aku yakin rencana ini pasti berhasil."

"Kalau begitu, aku serahkan semuanya padamu."

"Yap, pasti."

Rias mengepalkan kepalan tangan kanannya di depan dadanya.

Sakura dan Sasuke senang melihatnya. Sungguh, Rias mulai berubah menjadi lebih serius. Dia memutuskan untuk tidak mengejar Issei lagi. Itu berkat si Naruto, saat kejadian di kantin, tiga hari yang lalu.

Melihat Naruto yang rela menggantikan Issei untuk melakukan permintaan senior yang bernama Jay itu. Hati Rias menjadi miris atas pengorbanan yang dilakukan Naruto demi menyelamatkan Issei. Hatinya terketuk. Ia tidak tega melihat Naruto mau menggantikan posisi Issei untuk melakukan aksi yang terlalu ekstrim itu. Rasanya ia ingin membantu Naruto saat itu. Tapi, ia memilih dia daripada melibatkan diri. Ia takut masalahnya menjadi rumit.

Karena itulah, Rias berjanji di dalam hatinya sendiri. Ia akan belajar rajin di APLA untuk menjadi pilot luar angkasa. Ia akan serius kali ini. Ia akan mengutamakan kepentingan yang sangat perlu daripada cinta. Ia akan menjadi anggota pasukan 12 Seeker yang baik. Walaupun di hatinya, ia sangat menyukai Issei.

'Aku akan ikut dalam ekspedisi ke Planet Hitam itu. Semua ini bukan karena Issei. Tapi, kemauanku sendiri. Juga ini adalah permintaan orang tuaku. Aku akan mengikuti nasehat mereka,' batin Rias mantap di dalam hatinya sendiri.

.

.

.

POV: UZUMAKI NARUTO

.

.

.

SEKTOR LUNAR A, 07.15 A.M AT LUNAR TIME

.

["HEI, GAKI! BANGUN! SUDAH PAGI, TAHU!"]

Terdengar suara berisik sekali yang memekakkan telinga, aku pun terbangun.

"A-ada apa, Kyuubi? Kamu berisik sekali di tengah malam begini," sahutku sambil mengucek-ucek kedua mataku dengan kedua tanganku.

["TENGAH MALAM APAAN? INI SUDAH PAGI, TAHU! PUKUL TUJUH LEWAT LIMA BELAS MENIT, BAKA. APA KAMU TIDAK PERGI KE SEKOLAH, HAH?"]

Jam tangan digital berwarna orange itu kasak-kusuk sendiri. Kyuubi mengamuk di dalamnya. Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar di antara alam mimpi dan alam nyata. Langsung meraih jam tangan digital di samping bantal itu, lalu menekan tombol di bawah slot tonjolan. Muncul layar proyektor dari dalam lubang berbentuk lidi di bawah tombol itu.

"Pukul tujuh lewat enam belas menit," sahutku memicingkan sebelah mataku untuk menatap dalam layar udara itu.

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

"WAAA! AKU TERLAMBAT! GAWAAAT!" seruku yang sudah sadar dengan apa yang terjadi.

SYUUUT!

Saking paniknya karena aku takut terlambat, sampai aku tidak menyadari saat aku melompat dari tempat tidur. Aku menginjak sesuatu sehingga aku terpeleset hingga jatuh dalam posisi tengkurap.

GUBRAK!

Terjadilah gempa bumi yang dahsyat menimpa tempat itu. Terdengarlah suara nenekku yang super keras.

"NARUTO, APA YANG TERJADI? KAMU TIDAK PERGI KE SEKOLAH? KAMU SUDAH HAMPIR TERLAMBAT. APA KAMU MENCOBA UNTUK BOLOS SEKOLAH, HAH?"

Aku pun meringis kesakitan sambil bangkit berdiri.

"TIDAK, NEK. AKU SEKOLAH KOK."

"KALAU BEGITU, CEPETAN SANA MANDI!"

Bagaimana mau mandi di saat darurat begini? Aku memutuskan untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Segera saja aku pergi ke dalam kamar mandi secepat mungkin.

Setelah membersihkan diri, aku memakai seragam sekolah dengan tergesa-gesa. Kuambil tas kecilku yang terletak di atas meja belajar. Juga jam tangan digital di atas tempat tidur.

Buru-buru aku keluar kamar. Lalu aku berlari kecil menghampiri nenek Tsunade yang berada di dapur.

Nenek Tsunade dan Kakek Jiraiya sedang duduk berhadapan dengan dibatasi meja makan. Kakek Jiraiya sedang tertawa terkekeh-kekeh dengan wajah yang kemerahan sambil melihat ke arah layar udara yang mengambang di atas Pocket Book miliknya. Nenek Tsunade melirik suaminya itu dengan sewot.

"Lagi-lagi kau melihat gambar menjijikan itu, apa kau tidak bosan hidup, Jiraiya?" ucap Nenek Tsunade sambil meretakkan gelas yang dipegangnya.

Kakek Jiraiya pun ketakutan dibuatnya.

"A-ano, Tsunade. Tenang dulu, aku tidak melihat gambar itu kok. Aku cuma membaca sebuah artikel koran yang baru saja terbit pagi ini."

"Oh ya, kenapa wajahmu sampai merah begitu, hah?"

Sudut perempatan muncul di wajah Nenek Tsunade yang masih kelihatan muda. Ia akan membanting meja makan itu jika saja aku tidak datang ke arahnya.

"Nenek!" panggilku keras.

Nenek Tsunade yang sempat emosi akhirnya mereda begitu saja. Kakek Jiraiya menghelakan napas leganya karena tidak jadi dibabat habis oleh istrinya.

"Terima kasih, Naruto," gumam Kakek Jiraiya yang sempat terdengar olehku.

Aku hanya tersenyum sedikit menanggapinya. Lalu mengambil dua potong roti panggang yang berada dalam piring berdesain artistik. Nenek Tsunade memperhatikan aku dengan tajam.

"Naruto, jangan makan sambil berdiri!" seru Nenek Tsunade.

"Maaf, Nek. Aku sangat terburu-buru. Aku pergi dulu!"

"Hati-hati, Naruto," kata Kakek Jiraiya sambil melambaikan tangannya. Sedangkan Nenek Tsunade hanya bergumam tidak jelas dengan wajah yang sewot.

Segera saja aku berlari keluar rumah sambil menghabiskan satu potong roti. Satu roti laginya kusumpalkan ke mulutku. Aku buru-buru memakai sepatu kets yang berdesain canggih ini.

["GAKI, AYO CEPAT! INI SUDAH PUKUL TUJUH LEWAT DUA PULUH TIGA! KITA HAMPIR TERLAMBAT!"]

Terdengar suara Kyuubi dari dalam jam tangan digital yang tersemat di pergelangan tangan kiriku.

"Huh, iya. Musang bawel!" balasku setengah kesal.

["AKU TIDAK BAWEL, GAKI. AYO, CEPAT!"]

"Tenang, APLA dekat dari rumah kok. Lima menit sudah sampai di sana."

["MAKANYA CEPAT DONG! KAMU BANYAK OMONG!"]

"Iya, iya. Aku pergi nih."

Aku segera berlari cepat lagi. Aku memilih untuk tidak berdebat dengan Kyuubi. Daripada aku terlambat dibuatnya. Lebih baik aku segera pergi untuk mengejar waktu.

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 07.45 A.M AT LUNAR TIME

.

Perkiraanku meleset. Aku terlambat lima belas menit dari waktu yang ditentukan. Gawat, aku bisa dimarahi oleh guru Kakashi. Karena aku tidak disiplin.

"GAWAT! GAWAT! AKU TERLAMBAT! UWAAAAH!" seruku berlari tunggang langgang menyusuri koridor lantai tiga Akademi yang sepi ini. Tidak ada seorang pun terlihat. Karena mereka sudah masuk ke dalam kelas masing-masing untuk menerima pelajaran.

Kelas Yellow A hampir dekat. Aku terus mempercepat langkahku.

SYUUUIIING!

Pintu kelas Yellow A terbuka otomatis ketika aku masuk ke dalamnya.

"Go-gomen, guru Kakashi. Gomen, saya terlambat," kataku sambil terengah-engah sambil membungkukkan badan.

SIIING!

Mendadak kelas ini menjadi hening. Hei, apa yang terjadi?

Aku mengangkat badanku.

JREEENG!

Semua orang menatapku heran. Aku mengerutkan keningku. Merasa kelas ini terasa asing bagiku.

Seorang guru laki-laki berambut hitam diikat satu. Ada luka melintang di hidungnya. Ia berdiri di dekat papan tulis digital yang mengambang di udara.

"Ada apa? Bukankah kamu dari kelas Yellow A?" tanyanya dengan heran.

Aku membulatkan kedua mataku. Gawat, aku salah masuk kelas karena saking paniknya. Ini kelas Yellow B.

"Gomen, guru Iruka. Saya salah masuk kelas," jawabku sambil membungkukkan badanku kembali."Kalau begitu, saya permisi dulu, guru."

Karena mendengar perkataanku itu, spontan semuanya menertawaiku termasuk guru Iruka. Membuatku malu jadinya.

"HAHAHA!"

'GYAAA, AKU CEROBOH!' batinku di dalam hati sambil keluar dari dalam kelas itu.

Berarti kelasku terlewati. Aduh, bodohnya aku.

Ini menambah waktuku semakin lama untuk masuk kelas. Aku semakin terlambat. Aku berlari ke arah kanan di mana kelasku di sebelahnya.

SYUUUING!

Pintu kelas terbuka saat aku masuk ke dalamnya. Tampak pria berambut perak jabrik dengan masker aneh yang menutupi hidung dan mulutnya. Ia berdiri di dekat pintu kelas hingga membuatku kaget.

"Uzumaki Naruto, kamu terlambat dua puluh menit satu detik," sahut guru Kakashi melipatkan tangan di dadanya.

"Karena kamu tidak disiplin, maka saya akan memberimu hukuman."

"Gomen, guru. Baru sekali ini saya terlambat," jawabku membungkukkan badanku.

"Ya, saya tahu. Tapi, kamu harus menjalani hukuman karena melanggar peraturan APLA. Walaupun sekali ini terlambat.

"Baiklah, guru."

Aku menegakkan badanku kembali. Kulirik sebentar ke arah teman-teman kelas.

Sakura melambai-lambaikan kedua tangannya ke arahku. Sasuke yang menopang dagu dengan tangan kanannya. Shikamaru tertidur sambil meletakkan kepala di atas meja. Irina dan Akeno yang sedang berbicara. Rias sedang tekun membaca sesuatu pada Pocket Book-nya. Koneko yang sedang menulis sesuatu. Gaara sedang melipat tangan di atas meja. Kiba yang yang memberikan isyarat ke arahku tanpa kuketahui apa artinya. Lalu Issei yang tertawa cengengesan sambil memperlihatkan layar udara berukuran besar yang berasal dari layar Pocket Book ke arahku.

Tertulis di sana: 'SELAMAT MENJALANI HUKUMAN DARI GURU KAKASHI DENGAN BAIK! KUHARAP KAMU SELAMAT, NARUTO!'

"Hah?!"

Aku sweatdrop melihatnya. Dasar, si Issei itu.

"Mengapa kamu melamun, Naruto?" tanya guru Kakashi.

Aku menoleh ke arah guruku.

"Tidak ada, guru."

"Kalau begitu, kamu pergi ke ruang gudang Akademi sekarang. Bereskan gudang sampai rapi ya, Naruto!"

"Baiklah, guru!"

Aku menganggukkan kepalaku. Bersamaan itu, pintu kelas terbuka kembali.

SYUUUING!

Muncul gadis berambut panjang indigo diikat dua dengan mata lavendernya yang indah. Dia berlari dengan tergesa-gesa.

"Ma-maaf, gu-guru. A-aku ter-terlambat," ujarnya dengan gugup sambil membungkukkan badannya.

Aku terpana melihat gadis ini. Gadis yang bernama lengkap Hyuga Hinata ini, juga terlambat seperti aku. Aku baru menyadarinya.

"Oh, kamu juga datang terlambat, Hyuga Hinata," kata guru Kakashi."Kalau begitu, sebagai hukumannya karena kamu tidak disiplin, kamu juga harus membereskan gudang bersama Uzumaki Naruto."

Aku agak kaget mendengarnya. Begitu juga dengan Hinata. Kulihat rona merah muncul di kedua pipinya.

"Ba-baiklah, guru," jawab Hinata sambil melirikku dengan malu-malu."Mo-mohon kerja samanya, Uzumaki."

Aku mengangguk cepat.

"Ya, tentu saja, Hyuga."

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 09.10 A.M AT LUNAR TIME

.

Gudang yang berbentuk persegi panjang dengan langit seperti kubah yang mempunyai atap mengkilat seperti kaca. Ada beberapa lampu berbentuk seperti kepala senter bertebaran tidak beraturan di langit-langit gudang. Dinding yang terbuat dari baja. Lantai bening seperti kristal. Lalu tampak banyak sekali barang-barang mekanik yang diletak sembarangan. Sangat berantakan.

Ukuran gudang ini sangat luas. Langit-langit ini juga tinggi. Jika diperhatikan dari tinggi langit-langit ruangan ini, kira-kira tingginya 40 meter. Apalagi gudang ini berada di puncak Akademi ini.

Aku dan Hinata sibuk membereskan gudang ini. Aku mengangkat barang mekanik yang lumayan berat. Sedangkan Hinata juga ikut mengangkat barang mekanik berukuran kecil. Aku tidak tega melihatnya seperti itu.

"Hyuga!" panggilku.

Hinata menoleh ke arahku. Ia menghentikan langkahnya sebentar.

"Y-ya, Uzumaki?"

"Kamu tidak usah ikut mengangkat barang-barang mekanik ini. Kamu duduk saja. Biar aku yang membereskannya."

Aku memperingatkannya. Aku tahu dia pasti kelelahan dan tidak terbiasa melakukan pekerjaan berat ini. Dapat terlihat dari wajahnya yang mulai pucat dan keringat pun mengalir dari sela-sela rambutnya.

"Ah, ng-nggak apa-apa. Lagi pula aku sudah terbiasa melakukannya."

"Tapi, Hyuga ..."

"Ng-nggak apa-apa kok, Uzumaki."

Hinata tersenyum kecil menandakan dia masih kuat melakukan pekerjaan ini. Aku terpana melihatnya.

Setelah itu, Hinata melanjutkan pekerjaannya lagi. Tapi, aku masih mencemaskan keadaannya. Dia pasti sudah capek. Apalagi barang-barang mekaniknya masih banyak dan belum dipindahkan.

Rasanya aku ingin mengutuk guru Kakashi menjadi orang-orangan sawah karena memberikan aku dan Hinata hukuman seperti ini. Mana harus membereskan gudang yang dipenuhi berbagai perlengkapan bahan-bahan untuk merakit pesawat luar angkasa dan barang-barang mekanik bekas. Aku merasa kesal sedikit dibuatnya.

"KYAAAAAA!"

Terdengar suara Hinata yang menjerit keras. Aku menoleh ke asal suara. Dimana Hinata jatuh dari atas barang mekanik yang berbentuk kotak.

"HYUGA!"

Segera saja aku berlari secepat kilat untuk menangkap tubuh Hinata.

GREP!

Aku berhasil menangkapnya. Hinata kugendong dalam posisi bridal style. Hinata menutup kedua matanya karena ketakutan. Syukurlah, dia berhasil kuselamatkan.

Tak lama kemudian, Hinata membuka matanya. Aku tersenyum sambil menatap dekat wajahnya.

BRUUUSH!

Seketika wajah Hinata memerah padam. Aku heran melihat perubahan wajahnya itu.

'Wajah Hinata memerah. Jika wajahnya seperti itu, kelihatan imut sekali,' batinku terpesona.

["Wah, mengambil kesempatan dalam kesempitan, gaki!"]

Terdengar suara menyebalkan dari dalam jam tangan digital itu. Dasar, Kyuubi! Mengapa dia malah mengeluarkan suaranya sehingga Hinata menjadi takut mendengarnya? Terbukti, Hinata memeluk erat leherku.

"U-uzumaki, su-suara me-menakutkan apa itu?" sahut Hinata dengan badan yang gemetaran.

Wajahku merah padam saat Hinata memeluk erat leherku. Apalagi aku masih menggendong Hinata dalam posisi bridal style.

"Te-tenang, Hinata. Itu suara yang berasal dari jam tangan digitalku."

["Ehem ... Bahkan kamu memanggilnya dengan nama belakangnya tanpa sadar, gaki."]

Kyuubi terus menggodaku. Aku pun kaget dengan perkataanku barusan. Aku memanggil gadis ini dengan sebutan 'Hinata'?

Seketika wajahku memerah padam kembali. Apa yang harus kulakukan? Hinata pasti mendengarnya.

Hinata masih saja merangkul leherku. Kyuubi terus menggodaku. Dasar, musang menyebalkan!

["Bilang saja kamu suka dengannya, kan?"]

"A-apa? Apa yang kamu bilang, Kyuubi?"

["Hahaha!"]

Kyuubi tertawa terbahak-bahak. Membuat aku membeku karena perkataannya tadi. Mengapa Kyuubi bisa tahu kalau aku menyukai Hinata? Ah, dasar musang. Dia membuatku malu di dekat gadis yang ingin kuincar ini. Dia membocorkan semuanya. Aku tidak tahu lagi harus bersikap apa terhadap Hinata. Bagaimana reaksi Hinata menanggapi hal ini?

Hinata melepaskan rangkulannya dari leherku.

"U-Uzumaki, bisa turunkan aku?" pinta Hinata lembut.

Aku menuruti permintaannya. Hinata kuturunkan dari gendonganku. Wajahnya tertutupi oleh poni rambutnya. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi wajahnya sekarang.

Ia berdiri membelakangiku. Entah apa yang dipikirkannya. Aku tidak tahu.

Hening. Sejenak kami terdiam. Kyuubi pun ikut terdiam. Hingga yang suara Hinata yang memecahkan keheningan ini.

"U-Uzumaki, ternyata kamu mempunyai Power Ball itu juga ya?"

Spontan, aku membulatkan kedua mataku. Hinata mengetahui juga tentang Power Ball itu. Apakah berarti Hinata memang salah satu dari anak ilmuwan yang menciptakan Power Ball itu? Jika benar, mungkin saatnya aku merekrutnya menjadi anggota pasukan 12 Seeker ini.

"Ya, aku juga mempunyai Power Ball itu."

"Ter-ternyata benar."

Hinata membalikkan badannya secara perlahan-lahan. Ia mengeluarkan sebuah kalung liontin yang terpasang di lehernya. Kalung itu sempat disembunyikan di balik baju seragamnya.

Keluarlah sebuah bola sebesar bola pingpong dari dalam slot bulatan berbentuk bandul pada tali kalung liontin tersebut. Sebuah bola berwarna lavender dengan corak matrix segienam berwarna biru langit seperti sarang lebah.

Hinata memegang Power Ball itu di tangan kanannya. Ia menatapku serius.

"Ini Power Ball-ku. Kakakku yang memberikannya padaku," ujar Hinata yang kelihatannya akan bercerita."Katanya, Power Ball ini diciptakan oleh Ayahku saat aku masih bayi. Lalu Ayah menitipkan Power Ball ini kepada Kakakku. Ayah menitipkan pesan juga kepada Kakakku agar pesan ini disampaikan saat usiaku sudah lima belas tahun. Pesannya yaitu jika terjadi sesuatu padanya saat melakukan ekspedisi ke Planet Hitam bersama rombongan Professor Namikaze Minato, tolong cari anak Professor Minato yang bernama Naruto. Ikutlah dengannya dalam pasukan dua belas Seeker. Dia akan membantumu untuk mencari orang-orang yang hilang di Planet Hitam itu."

Aku membulatkan kedua matanya mendengar cerita Hinata ini. Rupanya Ayah Hinata juga ikut dalam ekspedisi itu.

"Setelah mendengar semua cerita Kak Neji itu, aku baru tahu Ayahku seorang ilmuwan. Sekarang dia menghilang di Planet Hitam bersama yang lainnya. Entah bagaimana kabarnya. Aku ingin mencarinya. Aku yakin Ayahku masih hidup."

Hinata menundukkan kepalanya sebentar. Aku menatapnya iba dengan perasaan yang bergetar. Kami berdua mengalami hal yang sama.

"Karena itulah, aku mencarimu. Aku berharap kamu mau membantuku untuk mencari Ayahku," lanjut Hinata yang menegakkan kepalanya kembali dengan mata yang berkaca-kaca."Aku mohon, Naruto. Tolong bantu aku. Aku ingin mencari Ayahku di Planet Hitam itu. Kamu mau membantuku, Naruto?"

Aku semakin iba mendengarnya. Kedua mataku menyipit. Aku merasakan perasaan yang sama dengan Hinata. Perasaan sedih yang amat dalam karena kehilangan orang tua.

"Ya, Hinata. Aku akan membantumu untuk mencari Ayahmu," jawabku tertawa lebar."Aku juga ingin mencari orang tuaku di sana. Kita akan mencari mereka bersama-sama. Jadi, kamu jangan merasa cemas. Aku akan selalu bersamamu."

Hinata terpana melihatku. Seketika air matanya menetes dari sudut kedua matanya. Tiba-tiba, ia langsung memeluk pinggangku. Aku kaget dibuatnya.

GREP!

Hinata menangis sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku yang masih syok karena mendapatkan pelukan gratis dari gadis yang kusukai ini. Membuatku membatu di tempat.

"Te-terima kasih, Naruto."

Aku baru sadar kalau Hinata memanggilku dengan nama belakangku. Berarti aku telah menjadi teman dekatnya.

Wah, berbunga-bunga rasanya hatiku saat ini dengan debaran jantung yang terus berbunyi keras. Wajahku memerah padam sekarang. Tubuhku kaku tidak bisa digerakkan.

"Ya, sama-sama, Hinata."

Aku pun mulai berani memanggilnya dengan nama belakangnya. Aku senang sekali bisa mulai dekat dengan gadis yang kusukai ini.

Tiba-tiba, suara Kyuubi mengagetkan kami berdua.

["GAKI, AWAS DI BELAKANG KALIAN!"]

WHUUUSH!

BZZZZZZT!

Muncul sengatan listrik berukuran besar menjalar di lantai itu dan meluncur cepat ke arah kami berdua. Kami pun kaget setengah mati dengan serangan tiba-tiba begini.

BLAAAR!

Tempat itu meledak hebat. Aku memeluk Hinata dengan erat. Tapi, aku tidak merasa diriku dan Hinata terkena dampak serangan listrik itu.

Apa yang terjadi? Siapa yang menyerang kami?

Aku menatap semua ini dengan tajam. Kepulan asap akibat ledakan membuat tempat ini tidak terlihat jelas. Namun, samar-samar aku melihat sosok yang mempunyai dua sayap yang sangat lebar di antara kepulan asap ini. Sosok itu membelakangi kami. Rasanya itu bukan Kyuubi.

["Hei, sampai kapan kalian berpelukan seperti itu, gaki? Cepat keluarkan aku dari soket ini!"]

Jam tangan digital yang melingkar di pergelangan tangan kiriku bergerak-gerak tidak karuan. Kyuubi mengamuk minta dikeluarkan dari sarang yang menguncinya dari dalam.

Kami melepaskan pelukan masing-masing.

"Ya, musang cerewet," gumamku kesal sambil menekan slot tonjolan di atas tombol hitam di jam tangan digitalku.

PIP!

PYAAASH!

Begitu slot terbuka, muncul cahaya yang menyilaukan dari dalamnya dan berubah bentuk menjadi musang berekor sembilan berwarna putih.

"Hehehe, akhirnya aku bebas!" seru Kyuubi tertawa terkekeh-kekeh sambil melayang rendah di udara tepat di hadapanku. Aku sempat sweatdrop melihat tingkahnya. Lalu Hinata yang terpana menatap Kyuubi barusan. Kemudian Hinata melirik ke arah sosok yang mulai jelas tampak di depannya saat asap mulai menipis.

Aku dan Kyuubi memperhatikan sosok itu. Tampak jelaslah rupa sosok itu.

Dia adalah seekor makhluk hybrid Unicorn dan Pegasus berwarna putih. Bermata lembut berwarna lavender. Matanya seperti Hinata. Ada tanduk berwarna kuning di dahinya. Ada rambut berwarna kuning yang tumbuh di kepalanya. Rambutnya itu panjang dan tumbuh sampai bagian bawah lehernya. Juga ada sedikit rambut berwarna sama di paha keempat kakinya. Makhluk itu mempunyai kedua sayap putih yang indah dan sangat lebar. Ekornya berwarna kuning.

Hinata terpana melihatnya. Makhluk itu menoleh ke arah Hinata.

"Kamu tidak apa-apa, Hyuga Hinata?" tanya makhluk itu. Suaranya lembut dan jernih seperti suara gadis. Sepertinya makhluk ini berjenis kelamin betina.

"I-iya, nggak apa-apa," jawab Hinata dengan segera."Ka-kamu adalah sosok asli Power Ball itu?"

Android itu mengangguk.

"Iya, Hyuga Hinata. Kenalkan namaku Shusenju."

Hinata kembali terpana melihat makhluk hybrid Pegasus dan Unicorn ini. Ia benar-benar tidak menyangka Power Ball itu berwujud sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

"Baiklah, asap mulai menipis. Kita lihat siapa yang telah menyerang kalian tadi," kata Kyuubi dengan keras.

DRAAAK!

Lantai bergoyang hebat. Sesuatu mendarat menghantam lantai dengan keras.

JREEENG!

Kami kaget setengah mati dengan kemunculan sosok monster yang tiba-tiba di depan kami. Monster itu berwujud burung gagak berwarna hitam berbulu lebat. Kedua matanya berwarna merah menyala tanpa pupil. Di lehernya terdapat sebuah kalung berwarna emas. Kuku-kuku kedua kakinya panjang dan tajam.

"Makhluk apa itu?" seruku membulatkan mataku.

"Aku tidak tahu darimana datangnya makhluk ini," sahut Kyuubi.

"Rasanya ada seseorang yang sedang menguji kita," Shusenju menatap tajam ke arah monster itu.

"Siapa?" Kyuubi menoleh ke arah Shusenju.

"Entahlah, firasatku mengatakan begitu."

Kyuubi dan Shusenju bersiap untuk menghadapinya. Hinata memegang erat kedua tangannya di dada. Aku memperhatikan Hinata. Tampaknya ia ketakutan. Dapat kupastikan dari raut wajahnya yang mengerut.

"Kyuubi, jangan bertarung di sini," pintaku.

"Heh, kenapa?" tanya Kyuubi menoleh ke arahku.

Aku menarik pandanganku ke arah Kyuubi.

"Aku tidak ingin tempat ini menjadi hancur seperti waktu di kelas itu. Sepertinya kekuatan makhluk itu sangat hebat."

"Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Kyuubi lagi.

Aku berpikir sebentar.

"Pancing dia keluar dari gudang ini. Bawa dia ke atap."

Kyuubi menatapku datar.

"Bagaimana caranya memancing makhluk itu keluar? Ukurannya kamu pikirkan dong dengan ukuran pintu gudang ini. Mana bisa memancingnya keluar?!"

Oh iya, monster ini berukuran raksasa. Kira-kira 15 meter. Jika dibiarkan begitu saja saat bertarung dengannya, otomatis gudang ini akan hancur begitu saja. Aku tidak ingin merepotkan guru Kakashi dan membuatnya harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi. Seperti waktu di kelas itu.

Aku menghelakan napasku. Apa yang harus kulakukan?

"Tenang saja, Gaki. Aku akan mengatasinya," tukas Kyuubi yang berubah warna tubuhnya menjadi orange."Aku akan membuat perisai berbentuk elips dengan kekuatanku, Wind Shelter!"

PIP!

Tubuh Kyuubi mengeluarkan pusaran-pusaran angin berwarna orange dari kulitnya. Pusaran-pusaran angin itu memadat dan mengeras. Hingga membentuk elips di sekitar mereka. Untung mereka berada di ruang kosong yang sangat luas.

Semua barang mekanik disusun di dekat dinding. Jadi, tidak ada barang-barang mekanik dalam areal pertempuran antara makhluk itu.

Aku dan Hinata berada di luar perisai pelindung angin Kyuubi itu. Kami berdiri sambil menonton mereka.

Ketiga makhluk itu bersiap untuk saling menyerang. Terlebih dahulu yang menyerang adalah Kyuubi.

"BIG WIND BALL SHOOOT!"

Kyuubi menghembuskan bola angin raksasa yang berbentuk spiral dari dalam mulutnya ke arah burung gagak itu.

BLAAAAR!

Burung gagak itu melindungi dirinya dengan salah satu sayapnya. Hingga serangan Kyuubi itu hanya meledak kecil mengenai sayapnya.

Kyuubi yang terbang tinggi itu. Ia hanya menggeram kesal.

"Sial, seranganku tidak mempan."

Lalu datanglah Shusenju sambil mengeluarkan api dari dalam mulutnya.

"FLAME HURRICANE!" seru Shusenju.

Serangan api Shusenju membentuk putaran berbentuk angin puyuh. Terus melesat ke arah burung gagak tersebut.

DHUAAAR!

Burung itu kembali melindungi dirinya dengan kedua sayapnya yang lebar. Serangan Shusenju juga tidak mempan.

Lantas burung gagak itu mengibaskan kedua sayapnya dengan kuat. Menimbulkan putaran angin yang sangat kencang disertai sengatan listrik yang berasal dari tubuh monster itu sendiri. Hingga Kyuubi dan Shusenju terbang berputar-putar tidak beraturan bersamaan dengan tubuh yang disengat listrik dalam daya tegangan yang besar.

WHUUUUSH!

BZZZZT!

"WAAA!" seru Kyuubi dan Shusenju dengan keras.

Putaran angin itu begitu kuat sekali sehingga menimbulkan keretakan kecil pada perisai pelindung Kyuubi. Makin lama keretakan itu meluas dan akhirnya pecah.

PRAAANG!

DAAASH!

Putaran angin itu keluar dan menghantam seluruh ruangan. Aku berusaha melindungi diriku dari terjangan angin ini. Aku melirik Hinata. Ia ketakutan. Kuraih tangannya. Dia menoleh dengan wajah cemas. Aku tersenyum kecil untuknya.

"Tenang saja, Hinata. Semuanya pasti baik-baik saja."

Hinata menatapku lekat-lekat. Ia mengangguk.

"Ya."

Tanpa kami berdua sadari, sebuah kilatan listrik melesat ke arah kami. Kami pun kaget dan membelalakkan mata masing-masing.

BZZZT!

Kyuubi dan Shusenju datang melindungi kami. Shusenju menggunakan kedua sayapnya untuk menghalau serangan listrik itu.

SREK!

Akibatnya Shusenju dan Kyuubi terkena serangan listrik itu.

BZZZT!

Mereka pun ambruk ke lantai dengan tubuh yang mengeluarkan percikan-percikan listrik. Tubuh mereka lemas seketika.

"SHUSENJU!" seru Hinata berteriak keras. Ia melepaskan genggaman tanganku dari pergelangan tangan kirinya. Ia berlari menghampiri Shusenju yang sudah terbaring miring ke kanan.

Bersamaan itu, angin kencang mulai mereda. Kyuubi juga ikut ambruk di depanku. Tubuhnya mengeluarkan percikan-percikan listrik.

"KYUUBI!" sahutku panik sambil menangkap tubuh Kyuubi.

Kyuubi berhasil kutangkap. Ia kupangku di kedua lengan tanganku.

"Kyuubi, kamu tidak apa-apa?" tanyaku berwajah kusut.

"Aku tidak apa-apa, gaki. Sepertinya monster itu terlalu kuat untuk aku hadapi. Aku masih lemah, gaki."

"Tidak. Kamu tidak lemah, Kyuubi. Hanya saja kamu belum berusaha untuk mencoba lagi. Aku yakin kamu bisa mengalahkannya."

Kyuubi terpana menatapku. Sedetik kemudian, ia tertawa lebar.

"Hehehe, baiklah, gaki. Aku akan mencobanya lagi," ujar Kyuubi bersemangat."Tapi, karena energiku mulai sedikit lagi akan habis, aku ingin meminta bantuanmu."

"Bantuan apa?"

"Ayo, kita bergabung dalam satu tubuh!"

"Hah? Bergabung? Bagaimana caranya?"

Kyuubi tersenyum simpul. Ia merubah warna tubuhnya menjadi putih kembali.

"SEPARATION!" seru Kyuubi. Tubuhnya bersinar terang. Tubuh Kyuubi terpisah menjadi beberapa bagian. Lalu bagian-bagian itu berubah bentuk menjadi sebuah kostum dengan desain yang menakjubkan.

Bagian-bagian tubuh Kyuubi itu pun menyatu ke seluruh tubuhku.

"COMBINATION!" Kyuubi berseru kembali saat penyatuan tubuhnya dengan tubuhku. Aku merasa mendapat suatu perubahan besar pada diriku.

PYAAAASH!

Tubuhku dikelilingi pusaran-pusaran berwarna orange. Proses penyatuan berhasil.

Aku berdiri dengan memandang tidak percaya dengan apa yang terjadi. Seluruh tubuhku dilindungi oleh pakaian serba besi yang berwarna orange bercampur hitam. Helmetku berwarna orange dengan bentuk kepala musang. Tapi, bagian telinganya berwarna hitam. Lalu pada kedua lengan tanganku terpasang pelindung baja berwarna hitam yang terpisah dari sarung tangan.

Kedua tanganku memakai sarung berwarna hitam sebatas pergelangan saja. Di pinggangku terdapat sabuk ekor sembilan Kyuubi dan dilengkapi dengan desain yang futuristik. Di bagian kanan sabuk itu terdapat sebuah armor berbentuk kepala musang berwarna orange dan hitam dengan mulut yang terbuka. Kedua kakiku memakai pelindung baja yang terpisah dengan sepatu boots semata kaki yang sama-sama berwarna hitam.

Beginilah kira-kira gambaran dari desain kostum mecha-ku. Sungguh menakjubkan.

["Akhirnya penyatuan berhasil, gaki. Dengan ini, kita bisa mengalahkan monster itu."]

Terdengar suara Kyuubi yang berasal dari helmet yang kupakai ini. Kedua mata pada helmet berbentuk musang ini dapat bergerak untuk menampilkan ekspresi wajah Kyuubi. Kyuubi sedang tersenyum.

"Baiklah, Kyuubi. Kita akan mengalahkannya!" seruku bersemangat.

["Ok, gaki. Aku merasa lebih baik setelah bergabung denganmu. Mari kita tunjukkan kekuatan kita yang sebenarnya!"]

Kyuubi juga bersemangat. Aku merasa badanku terasa ringan karena Kyuubi bergabung denganku. Karena kami adalah satu DNA.

Hinata yang sedang memeluk Shusenju. Ia hanya mampu melihat semua ini dengan perasaan takut. Namun, Shusenju memberikannya semangat.

"Hinata, ayo bantu Naruto. Jangan biarkan dia bertarung sendirian. Bergabunglah denganku dalam satu tubuh," pinta Shusenju.

"Ta-tapi, Shusenju. A-aku rasa aku tidak mampu melakukannya," jawab Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu pasti bisa melakukannya. Aku yakin. Percayalah, Hinata. Kamu sudah ditakdirkan untuk menjadi dua belas Seeker ini. Aku pasti akan membantumu dan kuberikan semua kekuatanku padamu. Karena itu, marilah kita bergabung."

Hinata mematung mendengarkan semua perkataan Shusenju. Ya, ini sudah ditakdirkan. Ia sudah ditakdirkan menjadi 12 Seeker.

Dengan keberanian yang muncul, Hinata berdiri dengan mantap disertai anggukan tegas.

"Baiklah, Shusenju."

Shusenju tersenyum. Ia pun berseru dengan tubuh yang bersinar.

"SEPARATION!"

Tubuh Shusenju terpotong beberapa bagian dan berubah bentuk menjadi pakaian besi berdesain futuristik.

Lalu tubuh Shusenju pun menempel ke seluruh tubuh Hinata.

"COMBINATION!"

Kombinasi tubuh berhasil. Hinata berpakaian besi berwarna putih bercampur kuning. Berhelmet berwarna putih dengan bentuk kepala unicorn lengkap dengan tanduk kuning di atas dahinya. Kedua tangannya memakai sarung tangan berwarna putih yang meruncing di bagian belakangnya. Pada bagian kaki, sebuah sepatu boots putih setengah betis melengkapi penampilannya yang terlihat lembut tapi kuat.

Kedua ksatria berpakaian armor itu mulai bersiap untuk menghadapi monster burung gagak yang tingginya 15 meter itu. Monster itu kini terbang rendah dan mengambang di udara.

["Baiklah, gaki. Ayo, kita mulai!"]

Terdengar suara Kyuubi yang tidak ingin menghabisi monster itu. Aku dapat merasakannya.

"Ok, Kyuubi. Apa sebaiknya yang harus kulakukan? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."

["Kamu hanya tinggal konsentrasi pada pikiranmu. Biarkan aku bersatu dengan pikiran dan tubuhmu. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan seluruh kekuatan elemen ini. Kamu tinggal mengikuti instruksiku melalui pikiran. Kekuatan elemenku akan aku transformasikan melalui fox armor yang berada di sabuk ekor sembilanku itu. Lalu kekuatanku yang lain, akan aku transformasi melalui tanganku. Aku akan mengajarkanmu."]

Aku mendengarkan penjelasan Kyuubi itu dengan serius.

"Aku mengerti."

["Bagus, aku akan melihat pergerakan monster itu. Kamu hanya tinggal memusatkan pikiran dan fokus pada diriku. Hingga aku bisa masuk dalam satu pikiran denganmu. Biarkan aku menggerakkan badanmu sebebas mungkin. Karena kamu belum terbiasa dengan ini semua. Inikan pertatungan pertamamu."]

"Ya, Kyuubi."

["Baiklah! Ayo, segera mulai!"]

Aku dan Hinata siap siaga. Monster burung gagak itu mulai menyerang dengan serangan anginnya lagi.

WHUUUSH!

Terjadi terjangan angin yang sangat kencang sekali melebihi tornado. Disertai kilatan listrik yang besar. Seperti serangan sebelumnya.

BZZZZT!

Kilatan listrik meluncur dari atas bagaikan pilar cahaya. Hingga hampir mendekati kami.

PAAATS!

Dari dalam tubuhku, terasa keluarlah semacam energi yang membentuk kubah pelindung.

DHUUUAAAAR!

Serangan listrik itu meledak hebat ketika membentur kubah pelindung yang terbuat dari angin yang dipadatkan setebal mungkin oleh Kyuubi. Aku belum tahu secara pasti bagaimana menggunakannya.

["WIND SHELTER!"] seru Kyuubi keras.

Kekuatan ini bernama 'Wind Shelter'. Untuk sementara waktu, kami terlindungi.

Angin terus bertiup kencang. Terlihat Hinata mendengarkan instruksi dari Shusenju.

["Hinata, pusatkan pikiranmu dan tubuhmu. Aku akan memberikan kekuatanku padamu."]

"Ba-baiklah, Shusenju."

Hinata yang berdiri di sampingku. Ia sedang memusatkan pikirannya.

Tiba-tiba muncul senjata berbentuk tongkat panjang dengan kepala berbentuk segienam dan sepasang sayap kecil di kedua sisinya. Tongkat itu muncul dari tangan kanan Hinata.

Aku takjub melihatnya. Hinata mendapatkan kekuatan Shusenju yang merupakan tongkat yang terbuat dari mekanik itu. Aku tidak tahu elemen apa yang dimiliki Shusenju.

['Shusenju itu menguasai empat elemen sekaligus, gaki.'] Kyuubi berbicara dalam hatinya dan dapat kudengar dengan jelas.['Dia memiliki elemen angin, air, api dan es. Dia juga memiliki kekuatan penyembuh yang didapat dari elemen air. Tapi, aku tidak tahu pasti. Kekuatan penyembuh yang didapat dari Unicorn. Tapi, ia belum menguasainya dengan baik.']

Aku mengangguk-angguk.

'Oh, begitu ya, Kyuubi,' aku pun berbicara dengan Kyuubi melalui pikiran.

['Baiklah, aku akan memberikan kekuatanku melalui senjata armor yaitu pedang angin.']

PIIIP!

Keluarlah sebuah pedang berwarna hitam dengan gagang berwarna orange dari mulut Fox Armor yang terpasang di sisi kanan sabuk ekor sembilan Kyuubi.

["WINDY SWORD!"]

Pedang yang berukuran besar dengan bentuk yang futuristik. Gagangnya terukir matrix garis spiral memanjang pada bagian tepinya.

Pedang itu kini digenggaman tangan kananku. Aku memperhatikannya dengan takjub.

["Untuk tambahan, aku akan memberikan energiku agar kamu bisa terbang secara bebas."]

Kyuubi mengeluarkan kekuatannya yang lain. Yaitu membuat tubuhku ringan agar bisa melayang di udara.

Lalu kuperhatikan monster burung gagak. Beberapa kali serangan listriknya dilancarkan untuk menembus perisai angin itu. Angin perlahan-lahan mereda. Namun, tanpa diduga burung gagak itu terbang meluncur ke arah kami dengan gerakan terbang yang berputar-putar dengan kilatan listrik yang bercahaya.

WHUUUSH!

DHUUUUAAAASH!

Terjadi pergolakan ledakan cahaya yang menyilaukan mata. Perisai angin hancur. Untung, kami sempat menghindar dengan cepat sebelum monster itu menghantam perisai pelindung itu.

Serangannya hampir sama dengan Aruna. Tapi, serangannya itu menggunakan tubuh yang diputar-putar dengan cepat. Sehingga tubuhnya digunakan untuk menghantam musuh.

Ledakan tadi tidak menimbulkan kerusakan pada ruangan ini. Untung, berupa ledakan cahaya.

Aku dan Hinata terpisah. Monster itu menyadari kami yang berhasil selamat dari serangannya. Ia pun melancarkan serangan listrik ke arah kami.

BZZZZT!

Kami menghindari dengan cepat serangan listrik berukuran besar itu. Sekali lagi serangan listrik itu ditembaknya secara bertubi-tubi ke arah aku dan Hinata.

BZZZZT!

BZZZZZZZT!

BZZZZZZZZZT!

Hinata terbang meliuk-liuk terbang sambil menghindari semua serangan listrik itu. Aku juga berusaha untuk menghindari serangan listrik yang membabi buta itu.

Kyuubi memberikan komando sambil menggerakkan tubuhku.

["CONVEX SWING!"]

Tangan kananku yang memegang pedang terangkat ke atas. Lalu terayun ke arah depan dalam gerakan melengkung.

WHUUUSH!

Terbentuklah tebasan melengkung dalam bentuk angin padat dan meluncur ke arah monster itu.

DHUUUUAAAASH!

Monster itu terkena serangan pedangku itu. Serangan itu tepat mengenai dadanya sehingga membuatnya terpelanting ke belakang. Serangan listriknya pun menghilang seketika tatkala monster itu jatuh menimpa lantai.

BRAAAK!

Terjadi guncangan cukup kuat saat monster itu terjatuh. Kulihat ia terkapar dalam keadaan terlentang. Tercetak bekas sabetan pedang anginku di dadanya yang membentuk luka melintang. Keluarlah darah berwarna merah disertai percikan-percikan listrik.

SRAK!

Monster itu tetap kuat untuk bangkit. Aku membelalakkan kedua mataku.

"Di-dia masih bisa berdiri."

["Huh, ternyata jurus Convex Swing tidak berhasil untuk menebasnya. Baiklah, kita akan melakukan jurus pedang yang lainnya."]

Sebelum Kyuubi melakukan jurus pedangnya yang lain, monster itu terbang melesat ke arahku.

"GAWAT!" seruku panik.

Tiba-tiba muncul sebuah tongkat yang terbang dengan ujung kepalanya membentuk seperti gumpalan es.

SYUUUUT!

ZRAAAAASH!

Tubuh monster gagak itu dihantam oleh tongkat itu hingga membuat tubuhnya membeku dalam sekejap mata.

Aku selamat. Lalu terdengar suara teriakan Hinata.

"NARUTO, CEPAT HANCURKAN MONSTER ITU!"

Aku tersentak. Kyuubi pun juga ikut tersentak. Sekali lagi pedangku terayun ke atas oleh gerakan Kyuubi.

["Baiklah, gaki. PIECE LINE!"]

Pedangku terayun ke depan dalam posisi garis lurus ke depan - tepat ke arah monster burung gagak yang membeku di lantai.

BETS!

DRAAAAK!

Akhirnya monster itu hancur berkeping-keping seperti es batu akibat sabetan pedangku.

Kami menatap dalam diam dengan perasaan berdebar-debar. Seketika senyuman menghiasi wajahku.

["YEAAAAH! AKHIRNYA AKU BERHASIL MENGALAHKAN MONSTER INI, GAKI. AKU SENANG. AKU SENANG SEKALI."]

Tangan kananku terangkat ke atas dengan sendirinya. Ini karena Kyuubi yang menggerakkan tanganku. Karena kami masih dalam satu pikiran dan satu tubuh.

"Ya, kamu benar, Kyuubi. Akhirnya kamu berhasil mengalahkan monster itu."

["Ya, ini berkat dirimu, gaki. Kamu telah memberiku semangat untuk terus berjuang. Terima kasih. Kamu memang rekan yang bisa kuandalkan."]

"Hehehe, pastilah aku bisa diandalkan."

Aku tertawa cengengesan. Bersamaan itu, Kyuubi melepaskan tubuhnya dariku ketika mengucapkan suatu kalimat.

"SEPARATION!"

Maka tubuh Kyuubi berubah bentuk kembali seperti semula. Berubah menjadi seekor musang putih berekor sembilan sebesar kucing.

Begitu juga dengan Hinata. Ia sudah kembali seperti semula. Shusenju juga sudah berubah bentuk menjadi makhluk hybrid Pegasus dan Unicorn yaitu kuda putih bertanduk dengan sepasang sayap lebar di punggunnya.

Aku melirik ke arah tubuh monster yang sudah hancur berkeping-keping tadi. Mendadak pecahan-pecahan kecil itu mencair dan menguap dengan cepat.

"?"

Muncuk tanda tanya besar di kepalaku. Sebenarnya makhluk apa yang menyerang kami barusan?

Aku mengerutkan keningku. Mencoba berpikir sebentar.

"Na-Naruto ..."

Aku menoleh di saat Hinata datang ke arahku dengan sikapnya yang malu-malu.

"Ya, Hinata."

Hinata tersenyum manis sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Mulai sekarang kita berteman ya?"

Aku terpana mendengarnya. Hinata menganggapku sebagai temannya? Hm, ya sudahlah. Inikan yang aku inginkan sejak dulu? Berteman dengannya dulu, barulah aku mengungkapkan perasaanku kepadanya.

Aku tertawa lebar sambil membalas uluran tangan Hinata.

"Ya, kita berteman."

Kami berdua tertawa bersama disertai senyuman Kyuubi dan Shusenju. Sungguh, hari ini terasa menyenangkan walaupun ada yang tidak menyenangkannya.

Lalu Kyuubi dan Shusenju kembali menjadi Power Ball. Aku dan Hinata memasukkan mereka ke dalam slot soket masing-masing. Barulah kami melanjutkan hukuman yang tertunda akibat diganggu oleh makhluk asing.

Sampai sekarang otakku terus berpikir tentang kejadian ganjil ini. Pasti ada sesuatu yang tengah mengawasi kami.

.

.

.

POV: NORMAL

.

.

.

Di atap gedung Akademi Pilot Luar Angkasa, terlihat seseorang yang sedang mengamati Naruto dan Hinata dari jendela gudang yang terbuat dari kaca tebal tembus pandang.

Seseorang itu berpakaian aneh dan berambut biru pendek sebahu. Bermata merah. Dia seorang gadis. Ia tersenyum simpul tapi wajahnya datar.

"Manusia Orion. Mereka benar-benar hebat seperti yang dibilang oleh Kaisar. Tampaknya mereka akan mengadakan suatu rencana untuk mengambil ahli planet yang sudah menjadi hak milik kami, para manusia Vega," katanya sambil terus memperhatikan Naruto."Anak laki-laki yang seperti rubah. Mungkin lebih baik aku memberikan dia sebuah julukan yaitu Ksatria Vulpecula. Dia adalah anak yang menarik dan juga pantang menyerah."

Sejenak gadis itu menatap ke arah langit.

"Sebaiknya aku kembali ke markas dan menyampaikan penelitianku ini kepada Kaisar."

Lalu tangan kanannya diarahkan ke suatu arah. Lantas tangan kanannya bercahaya terang.

SYUUUSH!

Muncul sebuah lubang hitam di depannya. Gadis misterius itu pun masuk ke dalamnya.

Sedetik kemudian, lubang hitam itu menghilang. Bersamaan orang itu telah masuk ke dalamnya.

Hening. Atap gedung tersebut menjadi sepi. Tanpa ada satupun di sana.

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 12.00 P.M AT LUNAR TIME

.

"Kenapa sih, kamu bersikeras juga merekrutku lagi?" tanya Koneko berwajah sewot ketika Rias menghampirinya di perpustakaan. Saat ini sudah memasuki jam istirahat siang.

Ruang perpustakaan itu sangat sepi. Hanya ada Koneko dan Rias. Lalu ada satu robot penjaga perpustakaan yang sedang mengawasi keadaan perpustakaan itu.

Perpustakaan itu hanya diisi beberapa meja, kursi dan peralatan komputer futuristik yang dijaga oleh robot berbentuk aneh. Perpustakaan itu dibangun dengan desain yang menakjubkan dan banyak peralatan komputer yang sangat canggih yang diletakkan di atas setiap meja karena berbagai buku digital sudah tersimpan di dalam komputer futuristik itu. Sehingga jika ada seseorang yang ingin mencari informasi, bisa dengan mudahnya mencari informasi itu di komputer-komputer yang sudah tersebar di perpustakaan ini. Inilah perpustakaan masa depan yang ada di bulan.

Koneko yang sedang duduk sambil bermain Pocket Book miliknya. Dia menatap datar Rias yang juga duduk berhadapan dengannya.

"Kan, sudah kukatakan kalau kamu adalah orang yang sudah ditakdirkan menjadi anggota dua belas Seeker. Apalagi kamu mempunyai Power Ball. Itu sudah cukup membuktikan kamu sudah sah menjadi bagian dari dua belas Seeker," ucap Rias yang terus membujuk Koneko agar Koneko mau mempertimbangkan kembali keputusan rekrutan 12 Seeker ini.

"Aku tetap tidak mau. Titik. Terima kasih," Koneko mengatakannya dengan tegas.

Dasar, Koneko yang memang keras kepala. Dia tetap tidak mau direkrut. Tapi, Rias sudah tahu caranya untuk membuat Koneko mau ikut dalam pasukan 12 Seeker itu. Rias tidak akan menyerah untuk selalu membujuknya.

"Ya sudah. Jika kamu tidak mau masuk. Tapi, asal kamu tahu kalau Uzumaki Naruto itu juga termasuk dalam anggota dua belas lho," Rias pun beranjak bangkit dari kursinya. Ia memutuskan keluar dari perpustakaan yang hening itu.

Baru dua langkah ketika Rias berjalan. Tiba-tiba Koneko memanggilnya.

"Rias!"

Rias menghentikan langkahnya. Ia pun menoleh ke arah Koneko.

"Ya?"

"Kalau ada Uzumaki Naruto di pasukan dua belas Seeker itu, aku mau saja ikut bergabung."

Wajah Koneko sedikit memerah ketika mengatakan semua itu. Membuat Rias ternganga di tempatnya berdiri.

"Hah?"

"Iya, aku mau ikut bergabung dengan kalian."

Seketika itu juga, Rias tertawa senang.

"Bagus itu, Koneko. Pasti Naruto senang mendengarnya. Jika kamu juga ikut masuk."

Bertambahlah wajah Koneko memerah padam. Sejenak ia pura-pura menyibukkan dirinya bermain Pocket Book.

"Ah, terserah," tukas Koneko cuek lagi. Rias hanya tersenyum melihatnya.

'Yeaah! Rencana ini berhasil juga! Ternyata Koneko mudah dibujuk jika aku mengatakan Naruto juga termasuk dalam anggota dua belas Seeker itu. Hehehe ...' batin Rias tertawa senang di hatinya.'Ternyata diam-diam Koneko memang suka dengan Naruto. Ini sangat menarik.'

Sementara Koneko yang merasa senang ketika Rias mengatakan Naruto juga berada dalam bagian 12 Seeker. Dia pun menatap layar udara yang mengambang di atas Pocket Book-nya. Di mana di dalam layar udara itu, terpapang sebuah foto Naruto yang sedang tersenyum lebar. Dia menatap foto Naruto itu dengan wajah yang memerah rona.

'Naruto ... '

Entah apa yang terjadi. Tapi, ada yang aneh. Darimanakah Koneko bisa mendapatkan foto Naruto itu?

Ini menjadi sebuah misteri.

.

.

.

POV: UZUMAKI NARUTO

.

.

.

AKADEMI PILOT LUAR ANGKASA (APLA), 15.03 P.M AT LUNAR TIME

.

Akhirnya, Koneko berhasil direkrut oleh Rias. Sedangkan Gaara berhasil direkrut oleh Sasuke. Juga aku berhasil merekrut Hinata meskipun yang meminta itu adalah Hinata sendiri.

Kini Koneko, Gaara dan Hinata telah menjadi bagian dari 12 Seeker. Meskipun alasan mereka berbeda-beda. Namun, pada akhirnya mereka mau juga masuk ke dalam pasukan 12 Seeker ini meskipun berkali-kali menolak - mereka yang dimaksud adalah Koneko dan Gaara.

Dua belas orang anggota pasukan 12 Seeker telah berkumpul tepat di depan meja guru Kakashi. Termasuk aku.

Di ruang guru ini, guru Kakashi memperhatikan satu persatu wajah anggota-anggota ini. Lalu ia tersenyum senang di balik maskernya.

"Bagus. Bagus sekali. Ternyata anggota-anggota dua belas Seeker ini adalah murid-murid didikanku. Aku tidak menyangka sama sekali," ujar guru Kakashi."Karena semuanya sudah lengkap. Maka ekspedisi ke Planet Hitam bisa kita laksanakan secepat mungkin. Namun, sebelum berangkat ke sana, kalian harus melakukan persiapan dan pelatihan."

"Persiapan dan pelatihan, guru?" tanyaku mengerutkan keningku.

Guru Kakashi melipat tangan di dadanya sembari menyandarkan punggungnya pada penyangga kursi yang didudukinya.

"Ya, persiapan dan pelatihan. Kalian harus belajar mengendarai pesawat luar angkasa dengan baik dan belajar merakit pesawat sendiri. Kalian juga harus melatih kekuatan elemen Power Ball kalian. Juga belajar beradaptasi dengan Power Ball kalian pada saat penyatuan tubuh menjadi Seeker. Ingat, Power Ball itu mempunyai DNA yang sama dengan kalian masing-masing. Power Ball sama dengan kalian. Karena itu, kalian harus mengembangkan potensi dan kemampuan elemen Power Ball itu agar beradaptasi dengan tubuh kalian. Dengan begitu, kalian sudah terbiasa dan tidak sulit ketika menjadi Seeker."

Kami mendengarkan semua penjelasan guru Kakashi dengan serius.

"Persiapan dan pelatihan ini akan memakan selama enam bulan. Kalian baru saja masuk sekolah di APLA ini. Jadi, keberangkatan ke Planet Hitam tersebut akan dimulai saat liburan panjang tiba. Untuk itulah, saya berharap kalian semua dapat saling bekerja sama dan saling membantu. Kalian satu tim. Kalian itu adalah harapan kami satu-satunya untuk melakukan ekspedisi ini. Maka lakukanlah tugas ini dengan baik."

"BAIKLAH, GURU KAKASHI!" seru semuanya kecuali Koneko dan Gaara.

Guru Kakashi melepaskan lipatan tangannya dari dadanya. Lalu guru Kakashi agak mencondongkan badannya ke depan sambil melipat tangan di atas meja.

"Bagus sekali. Untuk penjelasan selanjutnya akan saya sambung pada hari Sabtu, di markas PEB. Ada sesuatu hal yang penting akan saya beritahu kepada kalian saat di sana," guru Kakashi memandang wajah kami satu persatu."Jangan ada yang mencoba untuk tidak datang ataupun terlambat. Semuanya harus hadir dan lengkap. Bagi siapa yang melanggar, akan saya BERI NILAI NOL DAN TIDAK BISA NAIK KE KELAS BERIKUTNYA!"

"HAH?!"

Semuanya jawdrop mendengar kalimat terakhir yang mengancam itu. Kecuali Koneko, Gaara, Shikamaru, dan Sasuke.

"Y-yang benar, guru?" tanya Sakura panik setengah mati.

"Ya, begitulah. Itu sudah peraturan. Kalian harus mematuhinya karena kalian adalah pasukan dua belas Seeker. Kalian sudah ditakdirkan untuk mengembankan tugas ini."

Kami semua mengangguk mantap. Guru Kakashi tersenyum lebar di balik maskernya.

"Saya tunggu kalian semua di markas PEB yang berada di sektor Lunar Z pada pukul delapan pagi, hari Sabtu saat sekolah libur. Mengerti semuanya?"

"MENGERTI, PAK!"

Kami semua mengangguk kembali. Inilah langkah awal kami sebagai satu pasukan 12 Seeker. Tak lama lagi. Kami akan melakukan perjalanan ke Planet Hitam itu. Untuk mencari tahu apa yang menyebabkan bumi menjadi Planet Hitam, mencari orang-orang yang hilang dan keberadaan benda asing yang terlihat di Planet Hitam itu. Kami akan mencari tahu bersama parnert kami berupa Power Ball yang akan menemani kami ke Planet Hitam misterius itu.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

Ket:

Jurus Shusenju

Elemen angin (mode 1)

Wings Stick : tongkat bersayap yang dibentuk dari angin.

Elemen es (mode 3)

Frozen Shot : serangan es yang dapat membekukan musuh selama 5 menit. Serangan ini dapat dilakukan dengan tongkat yang bernama Wings Stick.

Elemen api (mode 4)

Flame Hurricane : serangan api berbentuk seperti angin puyuh.

Jurus Kyuubi

Elemen angin (mode 1)

Windy Sword : pedang angin

Fly : membuat tubuh ringan saat ingin terbang

Convex Swing : tebasan angin berbentuk lengkung saat menggunakan pedang angin

Piece Line : memotong lawan dengan menggunakan angin dalam gerakan lurus saat menggunakan pedang angin

Wind Shelter : pelindung angin berbentuk kubah yang berasal dari angin yang dipadatkan

Manusia Orion : manusia era baru

Manusia Vega : Manusia era kuno

Vulpecula : rubah

Pocket Book : komputer kecil yang sangat kecil berbentuk seperti kartu remi.

PEB : Pasukan Ekspedisi Bumi

Kelas Yellow : kelas yang setara dengan kelas 1 SMA.

.

.

.

SAATNYA MEMBALAS REVIEW ...

shella utama 3 : Lanjut,_,

Jawab : ini udah lanjut.

reyvanrifqi : Oke next

Jawab: ini udah lanjut nih.

DrunKenMist99 : lanjoooot (y)

Jawab: Yup, udah lanjut nih.

Zero Akashi : Hinata-Chan.a Di Tunggu Author-San..!

Jawab: ok, udah dilanjut nih ceritanya.

Spatial Rend : Aku merasa cerita ini kyk gabungan dari Digimon dari prinsip mecha armornya (Battle Frontier), Pokemon dari bolanya, dan Bakugan dari slot ball sama corak bola.

Ceritanya keren meski tokohnya OOC

Oh ya, setiap kelas itu muridnya dikit ya?

Jawab: Iya, cerita ini terinspirasi juga dengan apa yang kamu katakan itu. Maaf ya kalau tokoh-tokohnya agak ooc. Hehehe ... ^^

Iya, tiap kelas cuma isi 12 orang. Jadi, muridnya sedikit dan mengajarnya pun jadi lebih mudah. Ketimbang jumlah muridnya banyak.

septino : bagus...

ditungu chpter 3x

Jawab: Terima kasih atas review-nya ya.

Shifa Ayunda Shafitri807 : bagus.

Jawab: Terima kasih udah dibilang bagus.

ShadouRyu-kun : Waha, mirip cerita digimon frontier ya, digimon bisa bersatu sama pemiliknya, ini PB bisa jadi binatang terus armor. Keren! Anti mainstream, aku suka :D

Lanjut ya :D

Jawab: Terima kasih atas review-nya. Maaf, baru bisa balas sekarang. Ini sudah lanjut.

namikaze : lanjuut

Jawab: Ini udah lanjut.

.

.

.

Terima kasih banyak buat semua yang telah mendukung cerita ini. Terima kasih ya ...

Arigatou...

Sekian dulu dari Hikari Syarahmia ...

Sampai jumpa di chapter 5 ya ^^

.

.

.

271217 10:26

7217 20:56 wib

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro