Taknik Rahasia dan Sistem Latihan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, High School DxD milik Ichiei Ishibumi.

12 Seeker's by Hikari Syarahmia

Senin, 8 Juni 2015

.

.

.

Chapter 5: Teknik rahasia dan sistem latihan

.

.

.

SEKTOR LUNAR Z, 08.15 A.M AT LUNAR TIME

Hari Sabtu, di mana semua sekolah libur. Hari yang disepakati antara guru Kakashi dan pasukan 12 Seeker's untuk berkumpul di markas Pasukan Ekspedisi Bumi (PEB), tepatnya di Sektor Lunar Z. Sektor yang paling ujung di belakang bagian wajah bulan.

Aku dan teman-teman sudah berkumpul di aula markas. Semuanya datang tepat waktu. Tidak ada yang terlambat. Semuanya mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru Kakashi. Anggota pasukan 12 Seeker telah menepati janjinya untuk tidak terlambat atas permintaan guru Kakashi sendiri.

Akan tetapi, ini sudah lima belas menit berlalu. Guru Kakashi yang dinanti-nanti belum juga datang. Padahal ia sendiri yang meminta kami untuk tidak terlambat. Tapi, ini malah guru Kakashi yang datangnya terlambat.

Semuanya menggerutu kesal. Aku juga merasa kesal dibuatnya.

Terlihat di sampingku, Sasuke melipat tangan di dada. Ia sangat santai dan tenang. Tidak ada raut muka kesal. Wajahnya datar. Padahal semua teman sudah tidak sabar menunggu sang guru.

Sasuke melirikku.

"Ada apa, Dobe?" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Ah, tidak ada apa-apa."

"Hn?"

Sasuke mengangkat salah satu alisnya. Bingung.

Aku menatap ke arah lain. Semua teman tampak mulai bosan menunggu di aula luas dan tinggi ini. Mereka menggerutu.

"Huuh, guru Kakashi lama sekali datangnya," sahut Irina yang duduk di lantai - tepatnya di tengah aula.

"Betul, padahal dia yang meminta kita semua datang tepat waktu. Malah dia sendiri yang terlambat datangnya," timpal Akeno. Dia duduk di samping Irina. Dia cemberut sambil melipat tangan.

"Sabar, pasti sebentar lagi guru datang kok," ucap Issei yang berdiri di dekat dua gadis tersebut. Ia memasang wajah berseri-seri sambil tertawa lebar.

Membuat dua gadis itu memerah wajahnya ketika melihat senyuman Issei yang menawan.

Lalu ada yang cemburu melihat Issei bersama dua gadis itu. Dia seorang gadis berambut merah yang duduk di tangga bersama Sakura.

"Issei ...," gadis yang tak lain adalah Rias. Ia memasang wajah sewot sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Pelipisnya sudah berkedut kesal. Membuat Sakura heran melihatnya.

"Rias, kamu kenapa?" Rias tersentak. Ia menoleh ke arah Sakura dengan senyuman manis.

"Ah, tidak ada apa-apa. Aku cuma kesal saja karena guru Kakashi lama sekali datangnya."

"Oh."

Sakura hanya ber-oh ria. Terlihat Rias menghembuskan napas beratnya. Sepertinya ia menyembunyikan perasaan cemburunya terhadap Issei dari Sakura. Hm, kurasa begitu ketika kuamati dari jauh.

Kelihatannya semenjak masuk dalam pasukan 12 Seeker, Rias benar-benar berubah drastis. Ia tidak pernah mengejar Issei kemanapun Issei pergi. Dia juga serius belajar dan mulai kelihatan lebih tenang. Dia tidak menjadi gadis yang agresif yang suka menggoda laki-laki. Malah dia lebih dekat dengan Sakura sekarang. Daripada dekat dengan Irina dan Akeno.

Dipikir-pikir, bagus juga dia berubah seperti itu. Jadinya, dia kelihatan lebih menarik dan manis jika bersikap tenang. Aku suka melihatnya begitu. Daripada agresif dan mengejar cintanya Issei. Lho, apa yang aku pikirkan sih?

Aku menarik pandanganku ke arah lain. Gaara yang berdiri sambil menempelkan punggungnya di tiang aula. Ia sedang melipat tangan di dada. Seperti Sasuke yang berdiri di sampingku ini.

'Hm, anak itu. Ia selalu menyendiri begitu. Tidak pernah berbaur dengan yang lain. Tatapan matanya juga kelihatan kosong dan sayu. Apa yang dipikirkannya ya?' batinku di dalam hati ketika melihat wajah Gaara yang begitu sayu.

Ingin rasanya aku berbicara dengannya. Tapi, mungkin nanti setelah pertemuan ini selesai.

SYUUUING!

Pintu aula terbuka secara otomatis. Masuklah guru Kakashi dan disusul oleh beberapa orang yang berpakaian seragam berwarna hijau dengan desain yang futuristik.

Melihat guru sudah datang, kami semuanya pun berkumpul di tengah aula.

"SELAMAT PAGI SEMUANYA!" seru guru Kakashi menampilkan kedua mata yang bersinar cerah sambil mengangkat tangan kanannya.

SIIING!

Hening. Kami tidak menjawab sapaan guru Kakashi. Membuat guru Kakashi sweatdrop melihatnya. Ia membatu di tempat.

"Lho, kenapa kalian semuanya malah diam?" tanya salah satu orang di belakang guru Kakashi.

"Benar, sepertinya anggota-anggotamu ini tidak sopan, Kakashi," sahut seorang wanita berambut hitam panjang diikat ponytail.

"A-ano, ma-maaf. Jika kami tidak sopan," terdengar ada yang menyahut sambil membungkukkan badannya. Aku menoleh ke arah sampingku. Rupanya Hinata.

Semuanya menatap Hinata dengan serius. Si gadis berambut indigo itu menegakkan badannya dengan takut-takut.

"Ternyata ada juga yang sopan ya," ujar wanita berambut hitam panjang tergerai dan bermata merah. "Saya kira semuanya yang tidak sopan."

"Saya tahu kenapa mereka tidak sopan," guru Kakashi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Soalnya saya sendiri yang datangnya terlambat. Makanya semuanya marah karena saya sendiri yang meminta mereka datang untuk tepat waktu. Malah saya sendiri yang datangnya tidak tepat waktu. Hahaha ...." Guru Kakashi malah tertawa cengengesan sendiri. Membuat semuanya sweatdrop melihatnya.

'Tampaknya guru Kakashi sudah menunjukkan sifat tidak wibawanya nih. Ternyata guru sendiri juga tukang telat,' batinku sewot di dalam hati.

Sedetik kemudian, suasana yang agak hambar dan tegang tadi. Berubah menjadi serius sekarang.

Guru Kakashi berdehem keras untuk mencairkan suasana agar lebih berfokus. Guru Kakashi mulai bersikap wibawa.

"Ehem, baiklah semuanya. Selamat pagi!"

"Selamat pagi, pak!"

Kami menjawab sapaan guru Kakashi dengan kompak. Guru Kakashi tersenyum mendengarnya.

"Bagus. Bagus semuanya. Semuanya datang tepat waktu dan tidak ada yang terlambat. Saya senang melihatnya."

KIIITS!

Kami pun sewot melihat guru Kakashi. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan teman-teman. Pasti mereka mengumpat-umpat dan merutuki guru Kakashi.

"EHEM!" sekali lagi guru Kakashi berdehem lebih keras."Baiklah. Karena semua anggota dua belas Seeker sudah berkumpul di sini, secara langsung akan saya kenalkan para pelatih yang akan membimbing kalian dalam menggunakan Power Ball tersebut agar bisa kalian gunakan dengan baik ketika sudah tibanya waktu ekspedisi ke Planet Hitam. Mulai dari kanan saya yaitu Mitarashi Anko."

Majulah seorang wanita berambut hitam diikat ponytail dan bermata hitam tajam. Ia tersenyum menyeringai.

"Halo semuanya, kenalkan saya Mitarashi Anko. Senang berjumpa dengan kalian semuanya."

Senyuman wanita yang bernama Anko itu sangat menakutkan. Membuat kami semuanya pucat pasi melihatnya.

"Anko, jangan pasang senyum seperti itu. Mereka jadi takut, kan?" sahut seorang pria berambut hitam diikat satu dan di wajahnya terdapat luka melintang pada bagian hidungnya. Aku tahu siapa nama pria itu.

"Umino Iruka," begitu guru Kakashi menyebut namanya. Dia langsung membungkukkan badannya.

"Konichiwa!" Iruka berkata seperti itu.

Aku tersenyum simpul melihat guru Iruka itu. Dia memang kelihatan ramah.

Selanjutnya seorang pria berambut coklat sewarna dengan matanya.

"Shiranui Genma."

Pria yang bernama Genma itu hanya mengangguk pelan.

"Yamato."

Yamato juga mengangguk pelan.

"Uciha Itachi."

Muncul dari arah belakang Yamato, seorang laki-laki berwajah mirip dengan Sasuke bersamaan namanya juga disebut oleh guru Kakashi. Membuat aku dan Sasuke melonjak kaget melihat orang itu.

"Kak Itachi?!" seru aku dan Sasuke kompak.

"Halo, Naruto. Apa kabar? Terlebih bagi adik tersayangku yang tampan itu. Halo, Sasuke," Itachi tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan kanannya.

Spontan, semuanya menoleh ke arah Sasuke dengan bengong - pasukan 12 Seeker itu.

"Pe-pembimbing itu kakakmu, Sasuke?" tanya Sakura yang berdiri di samping Sasuke. Sasuke hanya berwajah sewot.

"Ya, bisa dibilang iya atau tidak," tukas Sasuke ketus.

"Eh, tapi. Wajahnya mirip denganmu," Sakura memasang wajah polos sambil melirik Itachi yang selalu tersenyum ceria untuk sang adik yang kini merasa terpojok akibat ulah aneh sang kakak yang terlalu bersemangat.

Sungguh beda jauh sifatnya dari sang adik. Aku terheran-heran melihat duo Uciha yang sering tidak terlihat akur itu.

"Baiklah, selanjutnya. Yuhi Kurenai."

"Halo semuanya," Kurenai tersenyum ramah.

"Sarutobi Asuma."

Asuma hanya tersenyum simpul. Terselip sebatang lidi seperti rokok di sudut bibirnya.

"Shizune."

Shizune membungkukkan badannya,"salam kenal semuanya."

"Ebisu."

Pria yang bernama Ebisu itu mengangkat kacamata hitamnya dengan gaya sok keren.

"Maito Gai."

Pria berambut bob hitam maju ke depan sambil berputar-putar dan berhenti cepat. Ia mengacungkan jempolnya seraya menampilkan senyum lebarnya yang memperlihatkan giginya yang bersinar.

"DEMI SEMANGAT MUDA HARI INI. KENALKAN NAMAKU MAITO GAI!"

CRIIING!

Membuat semuanya sweatdrop melihat tingkahnya yang aneh. Hening sesaat.

Setelah itu, pria satu lagi yang memakai kain hitam di kepalanya. Wajahnya tampak datar.

"Morino Ibiki."

"Hai, semuanya," pria yang bernama Ibiki itu tampak tenang ketika menyapa kami semua.

Semua pembimbing sudah dikenalkan secara satu persatu oleh guru Kakashi. Lalu guru Kakashi melanjutkan perkataannya.

"Semua pembimbing sudah saya kenalkan. Maka setelah ini kalian satu persatu akan dilatih oleh satu pembimbing yang berdiri di samping saya ini. Mereka akan menjelaskan semua yang berhubungan dengan Power Ball dan melatih kalian untuk bisa bertarung serta menggunakan Power Ball dengan baik."

Sakura mengangkat tangan kanannya di sela-sela guru Kakashi menerangkan.

"Maaf, guru Kakashi. Kami juga harus bertarung?"

Guru Kakashi menoleh ke arah Sakura.

"Benar, kalian juga akan dilatih untuk belajar ilmu beladiri."

"Hah, beladiri? Bukannya misi ini hanya ekspedisi saja, guru?" kali ini Irina yang bertanya. Kakashi melirik Irina.

"Ya, ini bukan hanya ekspedisi semata. Dikhawatirkan jika kalian sudah berhasil masuk ke dalam Planet Hitam tersebut, ada sesuatu yang mengancam hingga mau tidak mau kalian harus menghadapinya. Untuk itu, kalian dibekali dengan senjata berupa Power Ball dan kemampuan untuk bertarung semaksimal mungkin."

"Ternyata berat juga misi ini," gerutu Irina sewot."Harus pandai bertarung juga. Akukan tidak pandai berkelahi, guru."

"Ya, karena itu kami akan diajari di sini," jawab Anko juga sewot melihat si Irina. Wajah Irina menjadi pucat pasi dibuatnya.

"Jadi, jangan banyak protes. Mau tidak mau kalian harus menjalani semua ini dengan ikhlas. Karena kalian sudah ditakdirkan terpilih dalam pasukan ini," Kakashi mengangguk tegas sambil mengeluarkan Pocket Book dari dalam tas kecil yang melilit pinggangnya.

SREK! PIP!

Layar udara muncul ketika Pocket Book itu dihidupkan oleh Kakashi. Semua menatap Kakashi dengan sewot kecuali aku, Sakura, Sasuke, Rias, Issei, Kiba dan Koneko. Juga para pembimbing itu.

"Saya akan membaca daftar nama pembimbing yang akan melatih kalian satu persatu. Secara acak mulai dari Shidou Irina. Pembimbingmu adalah Mitarashi Anko."

DZIIING!

Wajah Irina kembali pucat ketika ditatapi oleh Anko. Anko menyeringai lebar bak hantu.

"Hehehe, gadis manis yang tidak sopan. Akhirnya kamu yang menjadi muridku."

"Hehehe," Irina tertawa hambar.

Kakashi menatap Irina.

"Baiklah, Irina. Kamu boleh pergi berlatih sekarang bersama pembimbingmu."

"Se-sekarang guru Kakashi?"

"Iya, sekarang, muridku yang manis," Anko langsung menggandeng tangan Irina dan menyeretnya begitu saja. Irina kaget setengah mati dengan wajah yang sangat pucat.

Semuanya pun sweatdrop melihat kepergian mereka berdua dari aula ini.

Kemudian guru Kakashi melanjutkan pembicaraannya.

"Gremory Rias. Pembimbingmu adalah Shiranui Genma."

Rias mengangguk. Genma tersenyum simpul. Rias berjalan ke arah Genma sembari membungkukkan badannya.

"Mohon bimbingannya, guru Genma."

"Baik, ayo ikut saya."

"Baiklah, guru." Rias dan Genma pun keluar. Guru Kakashi mulai membaca daftar nama itu.

"Uciha Sasuke. Pembimbingmu adalah kakakmu sendiri."

POOONG!

Wajah Sasuke menggelap. Ternyata pembimbingnya adalah kakaknya sendiri. Aku pun ternganga melihat tampang Sasuke yang benar-benar syok.

"A-apa? Ka-kakak yang akan membimbingku?" gumam Sasuke yang benar-benar membeku.

Sepertinya Sasuke yang dikenal sebagai laki-laki yang tenang, dingin dan datar. Kini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia benar-benar drop.

"Ayo, Sasuke!" terlihat Itachi mulai pergi meninggalkan Sasuke.

"Hn," Sasuke mengikuti sang kakak dengan langkah yang terhuyung-huyung. Mendadak ia frustasi begitu. Kami terheran-heran melihatnya.

Sasuke dan Itachi berlalu. Guru Kakashi melanjutkannya lagi.

"Hyodo Issei. Pembimbingmu adalah Ebisu."

"Baik, guru," jawab Issei mengangguk.

Ebisu dan Issei keluar.

"Himejima Akeno. Pembimbingmu adalah Umino Iruka."

Iruka dan Akeno saling membungkukkan badannya.

"Mohon bimbingannya, guru Iruka."

"Baiklah, Himejima."

Lantas Akeno keluar bersama Iruka dari dalam aula ini. Selanjutnya terus dibacakan oleh guru Kakashi.

"Haruno Sakura dibimbing oleh Shizune, Yuuto Kiba oleh Maito Gai, Nara Shikamaru dibimbing oleh Sarutobi Asuma, Hyuga Hinata oleh Yuhi Kurenai, Sabaku No Gaara oleh Yamato, dan Toujou Koneko oleh Morino Ibiki."

Semuanya sudah dibaca oleh guru Kakashi satu persatu. Maka semuanya pun sudah pergi ke suatu tempat untuk berlatih. Kecuali aku sendiri.

"Guru Kakashi." Guru Kakashi menatapku.

"Ada apa, Naruto?"

"Kenapa guru pembimbingku tidak ada?"

Aku terbengong-bengong. Sebab dari awal kuhitung para pembimbing yang dikenalkan oleh guru Kakashi berjumlah sebelas orang. Seharusnya jumlahnya dua belas orang. Aneh, guru Kakashi tidak memperkenalkan satu orangnya lagi.

"Oh iya, aku lupa," guru Kakashi menepuk jidatnya. Membuat aku sewot melihatnya.

"Kenapa guru bisa lupa, hah?"

"Karena kamu yang terakhir kulupakan. Maaf ya Naruto."

Aku semakin sewot melihat guru Kakashi yang mendadak linglung itu. Seketika ia tertawa keras.

"Hahaha, maaf. Maaf Naruto," guru Kakashi mengibas-ngibaskan tangannya. Membuat aku semakin sewot saja.

"Kenapa guru malah tertawa?"

"Hahaha, tidak ada. Guru pembimbingmu itu adalah aku."

Aku merubah wajahku seperti biasa.

"Gu-guru yang akan membimbingku?"

"Ya," guru Kakashi manggut-manggut sambil memegang dagunya dengan tangan kanannya. "Soalnya ayahmu sendiri ayahmu sendiri yang memintaku untuk mengajarimu. Maka aku akan mengajari semua yang mengenai Power Ball dan juga teknik-teknik rahasia yang tersembunyi dari Power Ball itu sendiri."

"Te-teknik rahasia?"

Aku penasaran dengan apa yang dikatakan oleh guru Kakashi. Guru Kakashi menurunkan tangan kanannya dari dagunya. Lalu ia menatapku dengan serius.

"Naruto, ayo ikut aku. Kita akan berlatih di tempat lain," pinta guru Kakashi seraya melangkahkan kakinya menuju pintu aula.

Aku mengejar guru Kakashi.

"Baiklah, guru!"

.

.

.

SEKTOR LUNAR Z, 09.20 A.M AT LUNAR TIME

Aku dan guru Kakashi berhenti di suatu tempat yang tidak diketahui di mana ini. Tempat ini masih dalam satu wilayah dengan markas PEB ini. Markas PEB sendiri terletak tepat di bawah tanah dan dibangun dengan pertahanan yang kuat. Sementara Sektor Lunar Z adalah wilayah yang paling ujung di bulan karena sektor ini adalah sektor yang terlarang. Karena di sektor ini banyak terdapat peralatan-peralatan perang, barang-barang mekanik yang berbahaya dan juga pusat penelitian bagi ilmuwan-ilmuwan yang tengah mengerjakan suatu proyek rahasia.

Untuk itu, sektor ini sangat strategis untuk dijadikan markas PEB. Sektor yang terlarang. Siapapun tidak boleh mendekatinya kecuali para ilmuwan. Bahkan pars Pemerintah Antar Planet dan Pemerintah Armada Penjaga Galaksi tidak ada wewenang sama sekali untuk ikut campur dalam sektor ini. Hal ini telah menjadi peraturan yang dicanangkan oleh Presiden Bulan yaitu Sarutobi Hiruzen. Dialah yang melindungi keberadaan adanya organisasi PEB ini. Agar tidak diketahui oleh pihak luar angkasa tersebut.

Untunglah ada Presiden Bulan yang melindungi keberadaan organisasi ini. Hingga para anggota PEB yang mayoritas adalah ilmuwan dan pilot luar angkasa ini, bisa dengan bebas menjalani berbagai kegiatan organisasi. Sebab hanya Presiden dan beberapa oknum tertentu yang mendukung pergerakan PEB ini. Untuk itu, PEB harus dilindungi keberadaannya dari pihak luar angkasa yaitu Pemerintah Antar Planet dan Pemerintah Armada Penjaga Galaksi. Agar bisa berjalan dengan baik.

Aku dan guru Kakashi berada di area yang terbuka. Tepatnya di puncak sebuah gedung yang berdesain seperti kubah ini. Kami berada di atap gedung yang bernama "Pusat Penelitian dan Uji Coba."

Kini aku dan guru Kakashi berhadapan cukup jauh. Aku berdiri dengan rasa yang penasaran. Teknik rahasia apa yang bakal guru Kakashi katakan padaku? Teknik rahasia dari Power Ball tersebut.

"Baiklah, kita akan mulai berlatih di sini, Naruto," ucap guru Kakashi dengan wajah yang sangat serius."Sebelum kita mulai masuk dalam tahap latihan penyesuaian diri terhadap Power Ball. Ada suatu teknik rahasia yang tersembunyi di balik penciptaan sebuah Power Ball. Kamu harus mengetahuinya."

Ini yang aku tunggu-tunggu. Aku tidak sabar untuk mengetahuinya. Guru Kakashi menatapku tajam.

"Saat Professor Minato menciptakan Power Ball tersebut, dia memberitahukan aku bahwa ada suatu teknik rahasia pada Power Ball. Kemampuan Power Ball bukan hanya menjadi sebuah hewan robot, bisa berubah menjadi baju besi pelindung untuk pemiliknya dan memiliki unsur kekuatan elemen alam. Tapi, ada teknik rahasianya yaitu teknik pedang bermata dua."

Aku membulatkan kedua mataku.

"Teknik pedang bermata dua, guru?"

Guru Kakashi mengangguk cepat.

"Ya, benar. Teknik pedang bermata dua. Maksudnya Power Ball dapat beradaptasi langsung pada tubuh tanpa penyatuan antar tubuh. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara menelan Power Ball itu sendiri. Ketika Power Ball itu telah masuk ke dalam tubuh, maka dia akan terurai menjadi pecahan-pecahan kristal kecil. Lalu kristal-kristal kecil itu akan bergerak menuju jantung. Setelah mencapai jantung, kristal-kristal ini akan kembali membentuk Power Ball yang lebih kecil. Kira-kira sebesar kelereng dan akan bersarang di jantung sang pengguna. Secara teori, teknik ini seperti pedang bermata dua."

Guru Kakashi menerangkan dengan panjang lebar sambil menggunakan teknologi hologram gambar peraga lewat layar proyektor yang terbentuk dari Pocket Book. Aku memperhatikannya dengan serius. Kedua telingaku menajam untuk menerima informasi penting ini.

"Dengan menggunakan teknik ini, daya tahan, refleks, panca indra dan kekuatan dari pengguna akan ditingkatkan secara drastis. Penggunaan armor pun menjadi lebih fleksibel. Ketika sang pengguna ingin menggunakan baju perangnya, secara otomatis Power Ball yang ada di jantung itu akan memancarkan energinya ke seluruh pori-pori tubuh. Dari sanalah, armor akan terbentuk. Sungguh menguntungkan, bukan?"

Aku manggut-manggut sambil mengepalkan kedua tangan di depan dada.

"Wah, tekniknya hebat juga, guru Kakashi," ujarku bersemangat dengan kedua mata yang berapi-api."Jadi, tidak perlu secara langsung menyatu dengan Power Ball. Di saat terdesak, kita bisa berubah dengan cepat menjadi Seeker."

Guru Kakashi tersenyum.

"Ya, keuntungannya bisa dipastikan hebat. Tapi, ada kelemahannya."

"A-ada kelemahannya?"

Aku menurunkan kedua tanganku. Wajahku menjadi datar seketika.

Guru Kakashi melanjutkan pembicaraannya sambil menggerakkan tangannya untuk memperagakan gambaran efek kelemahan pada "teknik pedang bermata dua" itu. Terlihat gambar yang tertampil di layar udara tersebut.

"Kelemahannya adalah Power Ball itu akan memakan energi kehidupan dari sang pengguna. Dengan kata lain, mereka saling berbagi kehidupan. Bagi mereka yang memiliki fisik lemah, mungkin usianya hanya bertahan dua kali dua puluh empat jam jika menggunakan teknik ini."

Aku mendengarkan guru Kakashi sambil berpikir sebentar. Ternyata teknik rahasia yang terbilang hebat dan canggih ini bisa membahayakan nyawa juga.

"Selain itu, pengendalian emosi dan kekuatan mental juga menjadi beberapa faktor penting dari teknik ini. Emosi yang stabil akan secara otomatis memacu Power Ball itu untuk memasok energi dengan kecepatan tinggi kepada penggunanya. Memang kekuatannya menjadi bertambah berkali-kali lipat. Tapi, dengan Power Ball yang dipaksakan memasok energi sebesar dan secepat itu. Power Ball itu malah akan meremas dan meremukkan jantungnya dari dalam. Jadi, intinya semakin besar kekuatan yang diberikan Power Ball, maka semakin kuat pula Power Ball itu menyerap energi kehidupannya. Selain itu, faktor yang paling utama dari penggunaan teknik ini adalah kecocokan antara Power Ball dan penggunanya. Maksudnya koneksi di antara keduanya. Untuk menggunakan energi ini, mutlak diperlukan rasa saling percaya di antara keduanya. Tanpa keraguan sedikitpun. Setitik saja ada keraguan di masing-masing pihak, maka dapat dipastikan penggunanya AKAN MELEDAK DAN MATI!"

Aku membelalakkan kedua mataku ketika guru Kakashi menekankan lafal di kalimat terakhir dengan nada yang agak seram. Sungguh membuatku sedikit pucat.

"Ja-jadi, teknik rahasia ini bisa membuat penggunanya mati. Bahaya sekali, guru Kakashi."

Guru Kakashi manggut-manggut sambil memegang dagunya dengan tangan kanannya.

"Ya, bisa dibilang begitu. Makanya teknik ini aku beritahu padamu. Soalnya ini sangat penting sekali. Kamu bisa menggunakannya di saat keadaan yang terdesak saja. Ingat, menggunakan teknik pedang bermata dua ini harus dipikir-pikir dulu secara matang. Jangan bertindak gegabah. Teknik ini hanya digunakan dalam terdesak atau di saat merasa sudah tidak mampu lagi bertarung. Kamu mengerti, Naruto?"

Guru Kakashi berbicara dengan lantang. Semua penjelasannya yang sangat panjang itu, dapat aku mengerti dengan baik.

"Aku mengerti, guru."

"Bagus."

Guru Kakashi menampilkan jempolnya ke arahku. Aku terpana sebentar melihatnya.

Setelah itu, penjelasan tentang teknik rahasia ini selesai diterangkan oleh guru Kakashi. Lalu guru Kakashi tetap saja berkutat memegang Pocket Book-nya di tangan kirinya.

"Naruto. Sekarang keluarkan Power Ball-mu."

"Baik, guru."

Aku mengangguk cepat. Aku menekan slot tonjolan pada jam tangan digital yang melingkari pergelangan tangan kiriku.

PIP! PAAAATS!

Keluarlah si makhluk berekor sembilan. Suasana yang hening ini pun terpecahkan oleh suaranya yang besar.

"HORE, AKHIRNYA AKU AKAN BERLATIH! YUHUU, AKU SENANG! AKU SENANG!" Kyuubi berputar-putar sambil terbang mengelilingi aku. Aku sweatdrop melihat tingkah hewan robot ini. Terlebih bagi guru Kakashi.

"Kyuubi, bisa diam tidak? Kamu itu aneh sekali," kataku sambil menangkap salah satu kaki Kyuubi. Kyuubi pun berhenti berputar-putar mengelilingi aku.

Kyuubi menoleh ke arahku. Ia malah tertawa cengengesan.

"Hahaha, maaf gaki. Soalnya aku senang sekali kalau kita akan mulai berlatih hari ini."

"Hm, ya sudah. Karena itu aku harap kamu mau berlatih bersamaku dengan baik."

"Ok, gaki."

Kyuubi mengangguk-angguk. Aku tersenyum melihatnya. Begitu juga dengan guru Kakashi.

"Kalian berdua memang sangat mirip," ucap guru Kakashi membuat kami menoleh ke arahnya.

"Mirip bagaimana, guru?" tanyaku penasaran.

"Hm, tidak ada," guru Kakashi mengibas-ngibaskan tangan kanannya."Baiklah, setelah Kyuubi sudah keluar. Kita bisa memulai latihan penyesuaian diri terhadap Power Ball. Aku minta coba kalian mulai bergabung dalam satu tubuh."

Kami berdua mengangguk.

"Baik, guru!"

Kyuubi bersiap. Tubuhnya terpecah menjadi beberapa bagian.

"SEPARATION!"

PIP!

Tubuh Kyuubi yang terpecah itu berubah bentuk menjadi baju perang.

"COMBINATION!"

Potongan demi potongan tubuh Kyuubi menempel ke seluruh tubuhku. Proses ini memakan lebih kurang sedetik.

PAAATS!

Penyatuan satu tubuh berhasil. Aku berubah menjadi sosok berbaju besi berwarna orange dengan helmet membentuk kepala musang.

Terlihat guru Kakashi mengamati proses perubahan itu dengan tajam. Tangan kanannya terampil mengetik sesuatu pada layar udara Pocket Book.

"Bagus sekali. Ternyata proses penempelan satu tubuh berjalan sempurna dan tidak saling menolak antara satu sama lainnya. Berarti DNA tersebut telah berikatan erat dalam tubuh kalian berdua. Jiwa dan hati telah terhubung walaupun masih samar-samar."

Aku yang kini berkostum baju besi hanya menatap guru Kakashi dengan serius. Selanjutnya tahap latihan yang lain akan diberikan oleh guru Kakashi. Aku penasaran sekali.

"Latihan selanjutnya adalah mencoba mengendalikan kekuatan elemen tanpa bantuan Kyuubi. Naruto, coba kamu kendalikan kekuatan Kyuubi dengan tenagamu sendiri. Kyuubi, kamu hanya memberikan kekuatanmu lewat senjata armor pada Naruto. Jangan coba kendalikan Naruto dulu. Tapi, berikan komando melalui pikiran kepada Naruto. Kamu mengerti, Kyuubi?"

["Baiklah, guru Kakashi. Aku akan membiarkan Naruto menggerakkan tubuhnya sendiri."]

Aku merasa tidak setuju dengan semua ini. Aku belum menghafal benar semua kekuatan Kyuubi.

"Ta-tapi, guru. Aku belum terbiasa untuk melakukan semua serangan Kyuubi. Aku belum pernah melakukannya. Sebelumnya Kyuubi yang menggerakkan tubuhku. Aku ..."

Belum sempat perkataanku dilanjutkan, tiba-tiba tempat yang terbuka ini berubah menjadi kawasan lembah yang kering kerontang. Terasa panas menusuk. Matahari bersinar dengan teriknya. Tidak terasa angin berhembus. Semuanya begitu mendadak. Bahkan guru Kakashi menghilang dari hadapanku.

"Di-di mana ini?" tanyaku membulatkan mataku. Kaget. Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Di mana-mana tidak ada tanaman yang terlihat. Semuanya kosong dan sepi. Tanah pun tampak retak-retak.

Tiba-tiba, Kyuubi memberikan komando padaku.

["AWAS, DI BELAKANGMU, GAKI!"]

"HAH?!"

Secara refleks aku menoleh ke belakang.

WHUUUSH!

Ada serangan mendadak. Aku membulatkan kedua mataku.

PRAK!

Aku terkena serangan itu. Membuatku terpelanting agak jauh hingga beberapa meter.

BRAK!

Aku mendarat dengan keras di atas tanah. Seketika aku merasakan hawa panas yang mendidih di bagian perutku.

"Ukh, apa yang terjadi?" tukasku seraya berusaha duduk sambil memegangi perutku.

["Gaki, kamu itu lengah sekali."]

"Diam, aku tidak tahu kalau ada yang tiba-tiba menyerangku. Kamu kasih tahunya terlambat, baka."

["Akukan disuruh hanya memberimu komando. Jadi, kamu harus berusaha sendiri. Kerahkan semua kemampuanmu. Aku hanya diperintah memberikan kekuatan elemenku lewat senjata armor. Waktu itu, sudah aku praktekkan padamu. Kamu ingat semua jurus-jurus itu?"]

"Sedikit," aku bangkit berdiri dan menatap tajam ke arah sosok yang menyerangku tadi. Sosok itu berdiri tak jauh dari tempatku berada.

Sosok itu adalah makhluk berbentuk badan manusia dan kepalanya berbentuk ular. Di kedua tangannya terdapat sebuah pedang yang berukuran panjang dan lebar. Pedang itu berwarna hitam. Aku tidak tahu secara pasti darimana datangnya makhluk aneh itu.

Tanpa diduga, makhluk itu menyerangku kembali. Dia melayangkan dua pedang itu ke tanah.

DRAAAK!

Tanah berguncang. Aku pun bergoyang-goyang seperti orang mabuk. Tiba-tiba muncul sesuatu yang bergerak ke arahku.

DUAAAK!

Lagi-lagi aku terkena serangan itu. Ah, apa yang terjadi? Cepat sekali gerakan makhluk tersebut hingga aku tidak bisa melihat serangannya yang begitu tiba-tiba.

Aku terpelanting kembali. Dalam keadaan seperti ini, aku tidak boleh kelihatan lemah. Aku harus menghadapinya.

"FLY!" aku berteriak di saat aku teringat kalau Kyuubi bisa terbang. Maka seketika tubuhku menjadi ringan dan terbang di udara. Sehingga aku tidak terjatuh.

Aneh, Kyuubi tidak memberiku komando apa-apa. Ia malah memilih untuk diam.

"Hei, Kyuubi. Kamu yang mengirim pesan kalimat itu di pikiranku tidak?"

Hening, Kyuubi tidak menjawab. Dasar, musang yang menyebalkan.

Aku menjadi sewot. Kesal sendiri. Kyuubi tidak membantuku.

Makhluk itu datang lagi. Ia terbang meluncur dengan menghunuskan dua pedangnya padaku. Aku kaget lagi.

"WIND SHELTER!"

Terbentuklah perisai energi pelindung berbentuk kubah di sekitar tubuhku. Serangan makhluk itu tidak mengenaiku.

Mendadak, aku bisa mengeluarkan perisai energi pelindung tanpa dikomando oleh Kyuubi. Terasa ada pikiran yang menuntunku untuk mengeluarkan semua yang telah dipraktekkan Kyuubi saat melawan monster burung gagak di gudang waktu itu. Pikiranku mengingat semua kekuatan elemen angin Kyuubi tersebut.

Lalu aku pun menggerakkan tangan kananku yang mengeluarkan energi-energi orange yang makin lama makin membesar dan membentuk pusaran angin berbentuk bola raksasa. Badanku secara refleks menarik tangan kananku ke belakang sambil meneriaki suatu kalimat.

"BIG WIND BALL SHOT!" aku melayangkan tangan ke depan dan menghujamkan bola energi angin raksasa itu ke arah perut sang monster.

WHUUUSH!

Serangan bola angin yang berputar-putar secara spiral itu melumatkan perut sang monster dengan gerakan yang amat cepat.

Terjadilah peristiwa yang menggemparkan di udara.

DHUAAAR!

Monster itu meledak hebat persis di depan mataku. Aku membelalakkan kedua mataku seketika karena mendadak lagi tempat di mana aku berada berubah kembali menjadi tempat aku berlatih dengan guru Kakashi.

SYUUUSH!

Tempat itu berubah menjadi atap gedung. Aku melayang-layang terbang dengan tubuh yang membeku dan posisi tangan kanan yang terbuka ke depan. Sedangkan tangan satunya tertekuk ke belakang.

Tiba-tiba terdengar tepukan tangan yang keras.

PLOK! PLOK! PLOK!

Aku melihat ke arah asal suara. Tepatnya ke bawah.

Terlihat guru Kakashi yang memasang wajah berseri-serinya.

"Bagus sekali, Naruto. Kamu berhasil memenangkan pertarungan level satu dalam game ini."

Keningku berkerut. Hah, memenangkan pertarungan level satu dalam game? Apa maksudnya?

Aku pun turun ke bawah dan mendekati guru Kakashi.

"Apa yang terjadi, guru? Tiba-tiba tempat ini berubah menjadi lembah yang kering. Lalu aku diserang oleh manusia berkepala ular. Aku bingung, guru."

Guru Kakashi terus menampilkan wajah yang sumringah. Membuat aku penasaran dengan apa yang terjadi.

"Beginilah konsep latihannya, Naruto. Kamu akan diuji untuk bertarung melawan para hologram yang berbentuk monster hingga mencapai level tiada batas. Intinya kamu bermain dalam sebuah game pertarungan. Kamu harus menghadapi banyak jenis monster yang memiliki macam-macam kekuatan di setiap levelnya. Jadi, kamu semakin terbiasa bertarung dalam game ini. Otomatis membuat pengalaman bertarungmu semakin terasah. Kamu akan bertambah kuat dan akan terbiasa menghadapi pertarungan apapun dengan tekad dan usahamu sendiri. Lalu Kyuubi hanya bisa memberi komando dan memberikan kekuatan elemennya lewat senjata armor kepadamu. Aku harap dalam sistem latihan seperti ini bisa memberimu dan Kyuubi untuk menaikkan elemen ke tingkat berikutnya."

Aku manggut-manggut menandakan yang bergerak itu bukanlah aku. Melainkan Kyuubi yang menggerak-gerakkan kepalaku tadi. Tampaknya ia benar-benar memahami tentang latihan ini.

["HEBAT! SISTEM LATIHAN YANG HEBAT! AKU TIDAK SABAR INGIN MENJADI LEBIH KUAT!"]

Helmet di kepalaku bergoyang-goyang. Si Kyuubi bersemangat sekali. Guru Kakashi tertawa geli melihat semangat Kyuubi yang begitu membara. Persis seperti aku.

["Tentu saja, aku ingin menjadi lebih kuat daripada Aruna. Sehingga aku bisa menjadi partner yang bisa diandalkan oleh Naruto. Aku tidak ingin menjadi lemah. Aku akan berusaha semampuku untuk mencapai tingkat elemen yang berikutnya agar bisa mendapatkan kekuatan elemenku yang sebenarnya yaitu elemen es."]

Aku tersentak dengan penuturan Kyuubi itu. Elemen sebenarnya Kyuubi adalah elemen es?

Entahlah, ada suatu rahasia lagi yang tidak kuketahui. Ayah, mengapa semuanya benar-benar misteri untukku?

["Hei, asal kamu tahu, gaki. Sebenarnya aku diprogramkan untuk memiliki elemen dasar yaitu elemen angin oleh ayahmu. Lalu ..."]

Kyuubi mendengar suara hatiku. Ini cukup membuatku tersentak.

"Heh, kamu tahu lagi dengan apa yang kurasakan."

["Tentu saja, jika kita bergabung dalam satu tubuh ini. Apapun yang kamu pikirkan dan kamu rasakan, pastilah aku bisa mengetahuinya. Ingat, kita ini satu DNA. Dasar gaki baka!"]

"Aku tidak baka seperti yang kamu tuduhkan."

["Aku tahu, makanya dengar dulu dengan apa yang ingin aku bilang padamu. Kamu malah memotongnya. DASAR!"]

Kami pun terlibat perang adu mulut. Ini sangat membuat guru Kakashi sweatdrop di tempat.

"HEI, HENTIKAN! JANGAN BERTENGKAR!" bentak guru Kakashi sekeras mungkin. Ini cukup membuat kami terdiam sebentar.

SIIING!

Hening. Tempat itu menjadi hening. Kami terdiam dalam seribu bahasa begitu.

"EHEM!" guru Kakashi berdehem untuk mencairkan suasana yang tegang tadi."Aku rasa latihan hari ini cukup sampai di sini. Besok hari minggu, kita lanjutkan kembali."

["Eh? Eh? Eh? Tunggu, guru. Aku ingin latihan lagi dalam game itu."] Kyuubi pun kembali berkoar-koar.

"Jam latihan sudah selesai. Kalian boleh pulang."

Guru Kakashi pergi meninggalkan kami yang terbengong-bengong. Kyuubi pun memutuskan memisahkan tubuhnya dari tubuhku.

"SEPARATION!" secepat kilat Kyuubi kembali menjadi robot musang berekor sembilan. Ia hendak mengejar guru Kakashi yang telah berlalu.

"AKAN AKU KEJAR GURU KAKASHI ITU. AKU INGIN LATIHAN LAGI!"

Aku tersentak kaget. Kyuubi sudah terbang melesat menuju pintu atap. Tentu saja, membuatku segera mengejarnya sekuat tenaga.

"KYUUBI, TUNGGU AKU!"

.

.

.

SEKTOR LUNAR Z, 11.15 A.M AT LUNAR TIME

Aku berhasil mengejar Kyuubi. Lalu aku menangkapnya dan memaksanya untuk kembali menjadi Power Ball. Dia membandel dan tidak mau menjadi Power Ball. Akhirnya dengan sedikit pertikaian kecil, aku berhasil mengubahnya menjadi Power Ball kembali dengan cara mengaktifkan soket - berbentuk jam tangan digital yang terpasang di pergelangan tangan kiriku. Cara ini aku ketahui dari guru Kakashi.

"Hehehe, akhirnya kamu tertangkap, musang menyebalkan," kataku tertawa menyeringai.

["UKH, KURANG AJAR KAMU, GAKI. AKUKAN MAU LATIHAN, LATIHAN DAN LATIHAN. SUPAYA BISA NAIK KE TINGKAT ELEMEN AIR. HINGGA AKU BISA MENGALAHKAN ARUNA. GAKI, KELUARKAN AKU DARI SOKET INI!"]

Kyuubi mengamuk-ngamuk di dalam slot tonjolan pada jam tangan digital berwarna orange itu. Aku hanya tersenyum simpul tanpa menghiraukannya sama sekali.

"Saatnya kita pulang," aku menyanggahkan tanganku di belakang kepalaku."Eh, tapi aku mau lihat apa si Teme masih latihan atau tidak sama kakaknya."

["HUUH, MENYEBALKAN! MENYEBALKAN KAMU, GAKI!"]

Jam tangan digital memperlihatkan perempatan sudut siku-sikunya. Menandakan Kyuubi sangat kesal berada di dalamnya.

Aku tersenyum geli mendengar suara marah Kyuubi hingga aku sudah berjalan kaki dengan santai menyusuri koridor markas PEB yang berbentuk melengkung ini. Aku ingin mencari di mana Sasuke latihan. Sampai sekarang tidak ada satupun yang terlihat di koridor ini. Baik teman-teman maupun para anggota PEB tersebut.

Tiba-tiba, aku mendengar suara yang berisik dari dalam aula. Aku pun penasaran dengan apa yang terjadi.

"LATIHAN INI SUNGGUH MEMBERATKAN AKU, TAHU! POWER BALL ITU TIDAK MAU BERGABUNG DENGANKU DALAM SATU TUBUH!"

Eh, itu suara Irina. Apa yang terjadi?

"Siapa yang memintamu masuk ke dalam anggota ini, hah?"

"TENTU SAJA AKU TERPAKSA MASUK DALAM ANGGOTA INI!"

"Jika kamu memang terpaksa masuk dalam anggota ini, kenapa kamu malah masuk? Jangan bilang, kamu masuk hanya karena Issei juga masuk dalam anggota ini."

"DIAM KAU, KONEKO! KAU TIDAK TAHU APA-APA!"

"Itu betul, kan?"

"DASAR, KAU JUGA SAMA. KAU HANYA MAU MASUK HANYA KARENA NARUTO, KAN?"

Aku terperanjat. Mengapa namaku juga terbawa dalam pertengkaran adu mulut ini? Aku penasaran sekali. Aku pun mengintip di balik jendela aula yang berbentuk bulat.

Tampak di tengah aula, ada enam gadis tersebut. Mereka adalah Sakura, Rias, Hinata, Irina, Akeno dan Koneko. Gadis-gadis yang berteriak tadi adalah Irina, Rias dan ditambah oleh Koneko. Sementara gadis-gadis lain, di antara lain Akeno, Sakura dan Hinata. Mereka bertiga hanya terpaku menyaksikannya.

"DASAR, AKU AKAN KELUAR DARI ANGGOTA INI. SEMUANYA SANGAT MENYEBALKAN!" Irina berwajah merah padam dan segera berjalan cepat menuju pintu aula. Koneko dan Rias menatap tajam ke arah Irina.

"IRINA!" panggil Akeno."HEI, KALIAN. KALIAN TELAH MEREMEHKAN IRINA. TERUTAMA KAMU, RIAS."

"ITU BETUL, KAN? KALIAN BERDUA CUMA IKUT-IKUTAN MASUK HANYA KARENA ISSEI, KAN?"

"KAMU JUGA, KAN? JANGAN MENYALAHKAN ORANG DONG, RIAS!"

Akeno mendorong tubuh Rias. Rias hampir terjatuh ke belakang. Tapi, ditahan oleh Sakura dari belakang.

"HEI, JANGAN BERTENGKAR!" pinta Sakura tegas."SESAMA ANGGOTA TIDAK BOLEH SALING MENYALAHKAN. KITA INI SATU TIM."

"Be-betul, kita harus saling rukun antara satu sama lainnya," Hinata ikut menyahut.

Akeno menatap tajam semua gadis itu. Ia pun menggeretakkan gigi-giginya.

"KALIAN MEMANG TEMAN YANG HANYA MENUSUK DARI BELAKANG. BERWAJAH DUA. KALIAN MEMANG TIDAK PANTAS MENJADI TEMAN YANG BAIK BAGI KAMI!" Akeno berteriak sangat kencang."AKU JUGA AKAN KELUAR DARI PASUKAN INI!"

Setelah mengatakan itu, Akeno berlari-lari cepat menuju pintu aula - bermaksud mengejar Irina. Tinggallah empat gadis tersebut di aula.

"Dasar, mereka itu memang bukan teman yang baik. Padahal aku bermaksud ingin menasehati mereka," gumam Sakura menghelakan napas beratnya."Tapi, kamu tidak apa-apakan, Rias?"

Rias mengangguk kecil.

"Hm, aku tidak apa-apa."

"Aku dengar Irina sangat kesal karena Power Ball-nya tidak mau menuruti perintahnya. Lalu mendapatkan latihan yang berat dari guru Anko," Koneko menyahut sambil melipat tangan di dada.

"Eh, benarkah?" secara refleks, Sakura menoleh ke arah Koneko.

"Hn, begitulah," Koneko mengangguk.

"Pa-pantas dia marah-marah tidak jelas saat istirahat di aula ini," Hinata ikut berkomentar dengan wajah yang sayu.

"Jadi, bagaimana sekarang? Pasukan kita malah terpecah belah begini. Ini semua karena aku," Rias memasang wajah kusutnya.

"Tidak. Kamu tidak salah, Rias. Aku akan mencoba membujuk mereka kembali."

"Tapi, Sakura."

"Tenang saja. Aku percaya kalau aku bisa membuat mereka berdua kembali dalam pasukan ini. Apapun caranya, akan aku lakukan sebaik mungkin."

Rias terpaku mendengar penuturan tegas dari Sakura. Sakura memang pantas dijadikan sosok pemimpin bagi kaum hawa ini. Walaupun kelihatan tomboi, tapi ada sisi feminimnya juga.

Di balik jendela, aku tersenyum simpul melihat semua ini. Tapi, kusadari ada sesuatu yang mengganjal. Dua orang sudah keluar dari pasukan 12 Seeker ini. Gawat, ini tidak bisa dibiarkan.

"Masalah baru lagi," kataku sambil menghelakan napas beratku."Ini tidak bisa dibiarkan. Aku juga harus ikut turun tangan."

"Ada apa, Dobe?"

Tiba-tiba ada yang bertanya. Dari kalimat yang ia ucapkan, sepertinya dia adalah Sasuke.

Aku menoleh ke belakang sambil memiringkan kepala. Terlihat Sasuke dan Issei yang berdiri di belakangku.

"Kalian. Apakah latihan kalian sudah selesai?" tanyaku.

"Sudah. Baru saja selesai," sahut Sasuke yang terlihat menghelakan napas beratnya.

"Terus, kenapa kamu mengintip seperti itu ke dalam aula?" tanya Issei penasaran.

Aku terdiam sebentar sambil melirik ke arah lain. Berpikir apakah kejadian ini mesti aku katakan kepada mereka berdua. Apalagi Sasuke adalah kapten pasukan 12 Seeker ini. Aku pikir sebaiknya dia harus tahu masalah ini. Tentang dua anggota yang keluar yaitu Irina dan Akeno. Lalu kupikir lagi, Irina itu adalah sahabatnya si Issei. Mungkin Issei bisa membujuk Irina untuk kembali bergabung dalam pasukan 12 Seeker.

"A-ano, tadi ada kejadian yang tidak diduga. Irina dan Akeno keluar dari anggota."

Spontan, Sasuke dan Issei kaget setengah mati mendengar kabar ini.

"A-APA?"

Aku hanya tertawa hambar untuk menanggapi hal ini. Ya ampun, mulai sekarang pasti semuanya akan merepotkan.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1436 H ...

MOHON MAAF LAHIR & BATHIN YA ...^^

Akhirnya chapter 5 ini diupdate lagi. Hore, sudah selesai saya ketik. Meskipun banyak halangannya kayak sakit, dimarahi mama, disuruh kerja dan ini-itu. Tapi, saya tetap akan melanjutkan cerita ini sampai tamat. Karena itu, agak sulit untuk mencari ide buat kelanjutan cerita ini lho. Memang membutuhkan imajinasi yang sangat kreatif dan tinggi.

Ok, terima kasih udah membaca cerita ini secara silent reader. Terima kasih juga buat teman yang udah banyak memberi masukan dan saran buat cerita ini. Terus kalau ada typo atau kesalahan dalam kalimat, tolong ingatkan saya ya ...

Sampai jumpa lagi di chapter 6 ... ^^

Hikari Syarahmia

Kamis, 16 Juli 2015. Pada pukul 14.53 WIB.

.

.

.

271217 10:28 PM

25519

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro