Bagian 10. Bertemu Huda

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author POV

Jembatan Tol. 10.10







Huda dan temannya--Baidia tampak sudah sampai di tempat pertemuan. "Kita kecepatan datang.. " ucap Huda yang facepalm.

Change...

Mata Baidia menyala merah.

"S-seharusnya kita tidak usah datang cepat-cepat.. " Baidia mundur atau lebih tepatnya mendekat ke Huda untuk meminta perlindungan.

Suara langkah berat disambung kedatangan beberapa buaya mengepung jembatan yang hari ini kosong tidak ada orang yang lewat.

"Bagaimana mereka tahu aku akan datang? Apa aku juga di awasi?? " pikir Huda seraya mengeluarkan jimat.

Holy Guard

Dari jimat terpancar gelombang putih yang mementalkan para buaya.

"Aku rasa kita terpaksa harus menunggu yang lainnya datang..? "

Sementara itu kelompok yang ada di dimensi roh berada tepat dibawah jembatan dimana ada rawa yang dipenuhi oleh buaya.

"Hah, hah! M-memang kita ada di sarang, apa?? " lelah Chandra sudah melewati batasnya.

Para gadis juga nampak tak suka saat diri mereka masuk ke dalam air kotor kecuali Erna yang saat ini duduk tepat di kedua pundaknya Agus.

"Kak Agus, apa Erna berat? Kakak tidak usah memaksakan diri kakak.. "

"Ini bukan masalah. Aku sudah terbiasa mengangkat yang berat-berat.. "

"Eh? Jadi Erna beneran berat!? "

"T-tidak. Aku tidak bilang begitu.. "

"Uuuh.. "

"Hei kau, kenapa cuma para perempuan saja yang kau bantu? Hei, apa kau mendengarkan?? " panggil Chandra ke Rosanti yang berjalan di atas air bersama Dona serta Gina, Baihaki dan Chandra terpaksa berjalan di air.

"Aku benci laki-laki, dan aku punya batas untuk membawa seseorang.. " jawabnya.

"Dasar pembohong?! Kau saja bisa mengalahkan buaya raksasa tadi dengan mudah masa membawa dua lebih saja tidak mau.. " protes Chandra.

"Dia baru saja bilang dua. Aku apa? " batin Agus.

"....... " Baihaki memilih diam.

"Chandra, jika kau lelah aku bisa kok bertukar denganmu.. " tawar Gina. "He? TIDAK PERLU. AKU IS OKE?! " balas orangnya gelagapan.

"Bagaimana denganmu, Baihaki? "

"Aku suka air, Dona..."

"B-begitukah? "

Setelah beberapa topik dibicarakan akhirnya mereka sampai di daratan. Erna langsung saja menyembuhkan pundak Agus yang nampak pegal, Dona membantu Baihaki naik, Gina serta Rosanti yang melihat keadaan dan Chandra yang sibuk membersihkan dirinya sendiri.

"Setelah ini ap---wah??! " pekik Chandra lolos dari gigitan seekor buaya.

"Datang darimana mereka?? "

"Kalian cepatlah pergi ke sana dan buat portal.. "

"Tapi bagaimana? Kami tidak bisa keluar dari dunia ini'kan? " tanya Baihaki. "Itu benar, " tambah Gina.

Rosanti langsung saja memberikan tiga jimat kertas masing-masing ke Agus, Baihaki dan Chandra.

"Cepat pergi sana! " usir Rosanti, karena beberapa ekor buaya mulai bermunculan. "Huda ada di jembatan. Ikuti semua arahannya dan kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan, "

Slash, Slash...

"Ayo...! " ajak Dona berlari.

"Hati-hati.. " ucap Baihaki sebelum pergi menjauh.

Rosanti tersenyum kecil. "Kau mengkhawatirkan orang yang salah.. "

Mereka berenam memutari bagian bawah jembatan, Gina yang bertugas sebagai pembuka portal berada di depan, ia sengaja membuat yang lebih besar untuk mereka semua. Agus, Baihaki dan Chandra yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan jimat hanya pasrah membawa benda itu melewati portal. Saat Gina yang terakhir masuk, portal tertutup sepenuhnya.












Dunia Nyata, 10.15.














"Aaaa AAAAA...! " Chandra mewakili suara mereka berenam saat berhasil keluar dari portal yang menghubungkan dengan dimensi para roh.

Pertama mereka jatuh dan saling tindih.

"Aaaaa!"

"Bisa kau berhenti teriak..! " marah Agus ke Chandra.

"K-kalian menindihku semua..! " kata Chandra.

"" Oh..? ""

Kraukk! Kraukk...

"Hm? Suara apa itu? " penasaran Baihaki. Ia yang sudah bisa membiasakan dirinya menuju ke asal suara dimana ada di bagian tengah-tengah jembatan.

"Itu...apa.? "

"Baihaki, apa yang kau lih---??! " Agus terkejut melihat sekumpulan buaya tengah mencoba menyerang dua perempuan yang dilindungi gelombang cahaya.

"Huda..!? " Dona dan lainnya menyusul datang.

"Jadi dia yang namanya Huda.? "

"Gina, ayo kita bantu Huda.. " Dona berlari menghajar satu buaya menggunakan selendang yang sudah dikeraskan, ditambah Gina yang menjatuhkan beberapa rantai astral melilit sebagian dari binatang buas tersebut.

Agus Fight Style : Random Rampage

Agus yang sudah berselimut aura jin biru menerobos lewat tengah kerumunan buaya, mengamuk di dalam sana dan mengurangi jumlah secara drastis.

"Kak Agus?! " sorak Erna, ia memunculkan dua perisai cangkang disamping kiri dan kanan sehingga Agus dapat berfokus ke lawan yang ada di depan. "Bagus, Erna! "

Saka Ganie's Groundbreaking

Duar!!?

Tempat berpijak bergetar saat aura berbentuk tangan raksasa menghantam jalanan.

"Haha, rasakan kekuatanku.. "

Baidia yang memperhatikan dari belakang Huda nampak terkagum.

"Oh cahaya, oh tuntutan jalan. Aku merubahmu jadi sebuah hal memaksa yang dapat melukai, mohon ampun. Membentuknya jadi bola harapan agar tercapainya kemenangan.. "

Astral Bullet of Holy Guard

Shoot!!

Huda melempar satu jimat kertas ke depan lalu memberikan energinya ke sana, seketika tertembak banyak peluru cahaya yang mengenai para buaya. Setelah lesatan cahaya hilang mereka ikut menghilang juga.

"Hebat.. "

Mereka melanjutkan pertarungan dengan para buaya sampai semua benar-benar tak ada lagi.

"Haaah! Melelahkan. Terimakasih atas sihirnya, Erna.. "

"Sama-sama.. " Erna dengan sigap melakukan penyembuhan.

"Huda, aku senang bisa bertemu denganmu. Oh ya dia Baihaki.. " kata Gina.

"Aku juga. Aku lihat kalian baik-baik saja.. "

"Kalian bukannya Trio baru itu? "

"Ah, salam kenal senior.. "

"Eh, senior?? " pekik Baidia kaget.

"Hm. Kami sebenarnya bertiga berasal dari perkumpulan yang sama dengan senior... Ras Penunjang Roh.! "

"K-kalian junior-ku? A-aku tidak tahu.. " gagap Baidia mendadak.

"Hei.. " Baihaki memotong alur percakapan mereka, ia mendekat dan menatap Huda lekat. "Apa benar kami bisa kembali seperti sediakala? "

"....... Aku tidak bisa melakukannya. "

"Kak Huda.. "

"....... "

"Ha? Lalu?? Ha? " bingung Agus karena saat ini mereka berada di Dunia nyata.

"Kalian masih memiliki aura seorang roh. Bahkan dimata Baidia kalian mungkin adalah hantu.. "

"H-hantu? Kami? "

"Lalu kenapa kau meminta kepada kami untuk bertemu? Kata perempuan bernama Rosanti itu kau bisa mengembalikan kami---kau memiliki caranya! "

"Rosanti benar tapi 'diriku' yang ini tidak bisa melakukannya.. "

"Tunggu sebentar, Huda. Apa maksudnya itu? " bingung Gina.

"Aku yang ini memang tidak bisa tapi aku yang lain kurasa bisa.. "

"Kau yang lain? Apa itu? Kembaran? Dople?? "

"Pribadiku yang lain. Tapi untuk itu aku ingin kita membuat persetujuan. Kalian membantuku dan aku membantu kalian.. "

"Itu.... Tak bisa di percaya. " seru Chandra.

"Chandra, benar. Pertama aku masih tak percaya dengan perempuan pertama lalu sekarang kau yang meminta persyaratan. Asal kau tahu saja semua ini terjadi karena salahmu dan teman-temanmu, bukan!?"

"I-itu.. "

"Sudah cukup. Aku dan lainnya akan mencari cara lain dengan cara kami sendiri.. "

"Kak Agus!? "

Agus berjalan pergi dari sana. "...Maaf." ucap Chandra sebelum berbalik. Baihaki hanya diam dan menatap Dona kemudian pergi menyusul kedua sahabatnya.

"Kenapa jadi begini? Kenapa mereka pergi? Padahal Erna kira kita bisa---" kata Erna terhenti.

"Maaf. Ini semua salahku.. " ucap Huda... Lalu kemudian pergi.

"Huda... " panggil Baidia mengejar.

Ketiga gadis ini hanya bisa diam. Mereka tak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak bisa memilih di antara keduanya karena kedua pihak memiliki kebenaran masing-masing.

Dan gelombang pertama dari kisah ini pun berlanjut ke tahap selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro