Bagian 9. Pilihan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author POV

Markas Sementara, Semak Belukar. --. --









"Siapa Huda? " tanya Agus yang berdiri ditengah-tengah Dona dan gadis berambut biru pendek, walau Dona ada di atas pohon saat ini.

"Kau pasti salah satu korban itu.? Aku turut prihatin.. "

"Ha? Apa yang kau bicarakan?? " bingung Agus, tapi gadis itu cuma mengabaikannya dan menunggu Dona.

"Apa kau percaya dengan kata-kataku? " tanyanya lagi.

Dona menggenggam erat tangannya dan sedikit berdecak.

"Ya... "

"Dona..!? "

"Katakan. Apa yang Huda beritahukan padamu? "

"Huda bilang... Ada cara untuk mengembalikan mereka bertiga sekaligus! "

"I-itu mustahil.. " kaget Gina.

"Hoo.? Kalian membantu mereka sampai sekarang dan tidak percaya bahwa cara itu ada.? " katanya membuat Gina meringis. "Aku tidak tahu apapun soal membangkitkan sesuatu serta perihal yang lainnya. Tapi yang aku lihat kasus mereka bertiga seperti mati suri, hanya saja tidak memiliki raga lagi, "

"Jadinya jika Huda bilang ada caranya berarti ada.. "

"A-apa yang mesti kami perbuat? Katakan.. " pinta Dona tergesa.

"Pertama kalian harus bertemu dengan Huda. Besok ia akan datang ke dunia lain ini.. "

"Besok? Kami tidak punya waktu sampai esok hari!? " emosi Agus.

"Diam. Kalian masih ada 5 hari sebelum jadi roh penasaran.. "

"5 hari? "

"Bukan itu yang aku khawatirkan. Diluar sana masih ada bos musuh, dia bisa menyerang kapan saja malam ini. Dengan kondisi kami saat ini aku tidak yakin dapat melindungi semuanya.. "

"Bisakah kau berhenti bicara? Kau membuat yang ada di 'sekitar' tertarik ke tempat ini..! " tegurnya.

"Ugh! "

"Aku akan ikut bersama kalian berjaga-jaga sampai esok. Kalian puas? "

"H-a?? "

"Itu sangat membantu. Terimakasih.. " sahut Baihaki.

"Baihaki??"

"Agus, apa kau tidak lelah? Istirahatlah. Saat ini kita tidak memiliki banyak pilihan yang ada, dan barusan aku mendengar ada pilihan yang dapat aku pilih. Jadi aku memilih percaya kepada hal itu.. "

"Baihaki.. " Gina tersenyum ke arahnya.

"Kau dengar temanmu? Istirahat sana. Aku yang berjaga.. "

Agus nampak keras kepala namun Dona turun dari atas datanya pohon dan membawa Agus ke belakang.

"Kau istirahat saja, aku yang akan mengawasinya.. " bisik Dona pelan.

"H-hei.. " panggil Gina memberanikan diri.

"........ "

"Kau sudah tahu nama kami semua'kan? Apa kau bisa memberikan namamu juga? Aku mohon.. " pintanya.

Gadis itu berpikir sebentar sebelum memilih untuk menjawab.

"Namaku Rosanti Husmini... "

""!??! ""

"? "

Gadis berambut biru pendek itu membalikkan badannya kemudian menghilang menggunakan jimat tak terlihat.

"Ada apa dengan kalian? Dona, Gina?? " tanya Agus, bingung melihat kedua teman perempuan nya tiba-tiba saja diam.

"Kenapa orang seperti itu mengenal Huda??!"

Dona berkeringat banyak.













SMP PGRI 7 Banjarmasin













Huda mendesah berat sembari meletakkan sepatunya ke loker kayu kotak-kotak persegi yang ada di samping pintu masuk kelasnya lalu mengganti alas kaki dengan sandal biasa.

"Ini melelahkan.. " ucap Huda baru kelelahan(?).

"Hei, bukankah itu terlalu cepat untuk di pagi hari? "

"Hmm?? " Huda memutar pandang ke kiri dimana ada seorang siswi berambut coklat agak panjang.

"Rusma."

"Ada apa? Apa ada yang menganggumu, Huda? "

"Ini cuma kecapean biasa.. "

"Pasti kebanyakan bergadang, hehe. Istirahatlah yang cukup, sayang rupamu yang cantik itu. Ikh pasti berpikir yang sama.. " setelah mengatakan itu siswi itu masuk ke kelas 2-C.

Huda sekali mendesah berat, dan sekali lagi juga di sapa.

"Se..lamat pagi, Huda.!" seru siswi berambut hitam gelap dengan manik ungu.

"Waaaah!? B-Bariyah?? Ih, kau ini.. "

"Ahahaha. Ekspresimu lucu sekali.. " tawa siswi itu melihat Huda yang tengah cemburut.

"Aku senang dapat satu kelas dengan kamu lagi.. "

Mereka berdua masuk ke dalam setelah Bariyah mengenakan sandalnya, tempat duduk ada ditengah-tengah dan mereka satu meja yang sama, siswi bernama Rusma tadi ada di ujung belakang sebelah kiri sendirian.

"Jam sudah dekat, cepat duduk.. " beritahu guru mereka yang sudah duduk di posisi, menunggu lonceng.

Huda kembali mendesah. Ia melirik bangku Ikh yang kosong, lagi.

"Lutfi, kemana Ikh pergi? " tanya guru itu. "Maaf, pak. Saya tidak tahu. "

"Bukankah kau temannya?? "

"Tapi saya bukan pacarnya, pak.. "

"Bodoh. Siapa yang bertanya dia pacarmu!? "

"Saya cuman bercanda sedikit, pak.. "

"" Hahahahaha... "" teman-teman sekelas mereka tertawa.

"Sudah. Kau diam saja disana, nanti Ikh biar bapak yang cari.. "

Huda kembali mendesah. "Ikh.. "

"Sudah 3 hari Ikh tidak turun sekolah. Kau tahu sesuatu, Huda? "

"......... "

"Huda?? "

Teng, teng, teng...

Lonceng tanda masukan telah berbunyi dan kelas Huda memulai pembelajaran mereka.  Huda sempat kesulitan karena tidak terlalu fokus dalam belajar hari ini beruntung ada rapat mendadak yang mana mengharuskan para murid untuk pulang lebih cepat dari biasanya.

Dan pada saat itu fokus Huda kembali jadi normal bahkan lebih baik.

"Ini hari keberuntunganku.. " pikirnya.

Huda mengambil satu jimat kertas yang membuat Huda dapat mengirim pesan kepada seseorang yang memiliki kertas yang sama.

"Perubahan..rencana. Tunggu... Aku di jembatan..sebelum tengah... Hari. " gumam Huda menulis pesan ke kertas. Huda lalu merapalkan satu mantera yang membuat tulisannya hilang jadi cahaya. "Dengan ini selesai, "

"Huda..? " seorang siswi berambut coklat kehitaman dengan gaya ekor kuda menyapa Huda saat dirinya di luar kelas 2-A.

"Baidia!? Kebetulan sekali apa kau bisa ikut denganku? Ah, maaf. Apa kau tengah sibuk?? "

"Tidak. Saya tidak lagi melakukan apapun.. "

"Jadi kau bisa ikut? " tanya Huda lagi antusias.

"Ya.? Memangnya mau kemana?? "

































"U-urgh..? "

"Chandra? Kau sudah siuman?? " suara Baihaki yang di dengar pertama oleh orangnya.

"B-Baihaki? B-badanku sakit semua. Sebenarnya apa yang---? "

"Hmm?? "

Tepat dibelakang Baihaki ada rahang buaya yang terbuka lebar.

"A-apa... Yang sebenarnya TERJADI!??! " teriak Chandra.

Dona datang mendaratkan tendangan yang memukul si buaya jauh.

"Chandra, kau bangun? "

"Apa? Chandra bangun? Akhirnya si bodoh itu bangun juga.. "

"Siapa yang kau sebut bodoh, Agus!? " emosi Chandra langsung.

"Syukurlah Chandra sudah siuman.. " Gina nampak yang paling bahagia.

"Apa yang terjadi? " Baihaki membantu Chandra bangkit.

"Kita di kepung musuh. Semak belukar yang jadi tempat persembunyian kita tiba-tiba saja ada ditengah-tengah rawa.. " jawab Baihaki.

"Hati-hati. Mereka bukan buaya biasa.. "

"Mereka pasti siluman.. " cetus Agus memukul tinjunya. "Erna, lindungi aku! "

"Baik, kak..?! "

Agus yang menerjang ke kerumunan buaya dilindungi oleh perisai kura-kura milik Erna, yang mana menahan gigitan dari buaya-buaya yang menyerang dari belakang. Agus menghajar semua itu mengandalkan aura dari jin biru yang melakukan kontrak dengan dirinya.

"Agus tiba-tiba saja jadi sangat kuat. "

"Sepertinya kita tidak boleh kalah dari Agus.. " terpacu Dona.

Spirit Princess Enchantress

Penampilan Dona berubah jadi mengenakan pakaian tuan Puteri Mayang Sari. Dona menggunakan kekuatan spiritual yang menjaga jarak antara rawa dan tempat mereka menjadi dinding angin yang kuat.

"Boleh juga.. " tertantang Agus.

"Gina, kau akan aman andai masih dalam perlindunganku.. " beritahu Dona.

"Itu sangat membantu. Api suci yang berwarna merah. Berkumpul dan kumpulkanlah keberanian kalian.! "

Fireballs

Jimat yang ada motif kobaran api itu terbakar sendiri dan melepaskan beberapa bola api. Para buaya meraung kesakitan berkat serangan api barusan.

Di momen yang bersamaan Agus melompat keluar dari perlindungan milik Dona dan menatap beberapa buaya yang jadi target.

"Konsentrasi. Bayangkan visualnya. Sejak aku memiliki kekuatan ini aku harus membayangkan gambaran seranganku, karena yang aku lakukan tidak hanya pada fisik tapi jiwa dan imajinasi.."

"Kau terlalu banyak berpikir. Lakukan saja akrobat bertarungmu itu... "

"Itu bukan akrobat..! "

Aura yang sangat besar berkumpul mengelilingi perlindungan Dona berbentuk kubah ini, sulur-sulur yang berwarna biru mulai bermunculan di setiap tempat.

Saka Ganie's Astral Pillar Shocking

DOOM!!?!

Suara kejatuhan benda berat sempat mengetarkan perlindungan Dona lalu kemudian mengakibatkan kehancuran diluar sana, para buaya terpental ke segala arah dan jadi api biru.

"Jadi mereka roh penasaran jug---?! Itu.. "

Drt! Drt!

Tempat mereka terguncang saat buaya raksasa muncul di rawa.

"Pemimpin para buaya. Seekor siluman.. " bisik Gina.

"Dona, Gina, kita mesti menggabungkan kekuatan kita. Kau juga, Chandra..! " teriak Agus.

"Yang satu ini lumayan kuat.. "

Gina mempersiapkan beberapa kertas jimat.  "? "

"K-kalian bisa mengandalkan diriku ini. Aku harus berguna.. "

Saat semuanya sudah bersiap-siap... Tap, gadis berambut biru pendek bernama Rosanti terlihat berdiri diluar perlindungan menghadang siluman buaya.

"Dia--- sejak kapan?? "

"Benar apa yang Ikh katakan, orang itu mengincar sesuatu dan itu ada di antara mereka berenam.. " gumam Rosanti sempat nya melirik ke belakang.

"H-hei, awas di depanmu?! " teriak Agus memperingati.

Wush, krak!!?

Rosanti menghindar di detik-detik terakhir sebelum siluman buaya memakannya. Air tiba-tiba saja ada ditangan kanannya berubah jadi sebuah pedang.

Slash!

Dalam sekali gerakan dari depan Rosanti menciptakan banyak tebasan sampai ia ke belakang.

"Musuh kali ini terlalu meremehkan... "

Water Dance. Move I : Waves in The Wave

Tebasan pusaran air yang seperti mengurung itu memotong siluman buaya jadi daging cincang sebelum berubah menjadi api biru.

"Waktunya bergerak.. "

"Eh? " bingung Gina.

"Perubahan rencana. Huda ingin kita ke jembatan sebelum tengah hari.. " jelaskan Rosanti sembari masih menenteng pedangnya.

Baihaki yang pertama mengikuti, disusul yang lainnya.

"Haaaa... Apa benar kita dapat mempercayainya.? "

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro