4/6: Chicken

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bulan Maret tiga tahun lalu, saat forsythia mulai bermekaran menyerupai matahari karena warnanya, aku pernah mengkhawatirkan sesuatu. Oh, bukan pernah. Namun kecemasan itu masih membenalu dalam lubuk hati, setidaknya sampai detik sebelum Ilhoon hyung memintaku mengunjungi agensi. Padahal, aku baru saja pulang, merebahkan diri di kasur, dan enggan kembali, tapi Ilhoon hyung mengancam, katanya tidak akan menyumbang suara untuk proyek single digital terakhirku. Huh, dia memang tega pada adik manisnya sendiri!

Mau tak mau, aku kembali memasuki gedung agensi, menemui Ilhoon hyung di ruang rekaman. Membuka masker hidung, kali ini aku menggunakannya dengan sepenuh hati, iya, biasanya aku menggunakan masker hanya untuk menjadi samar-meski tidak bisa menampik kalau aura tampanku tetap terlihat oleh penggemar, sekarang justru benar-benar menjaga diri dari wabah yang sedang mendunia. Pengelola agensi juga tidak hentinya meminta seluruh anak-anak didik mengenakan masker jika di luaran.

"Chicken, ya?" Ilhoon hyung membuka pembicaraan, menyodorkan segelas kopi yang langsung kusambut dengan senang hati. Dia duduk di sisiku, sofa panjang yang langsung menghadap benda-benda mati, tentu tidak asing dalam pandanganku; perangkat rekaman.

"Aku sudah kenyang, baru saja makan," balasku, kupikir memang Ilhoon hyung menawariku makan ayam.

Menarik ujung bibirnya demi menampilkan senyum kecil, dia meneguk cairan dalam cup cokelat sebelum melontar kalimat yang membuatku tarik napas. "Kebodohanmu ini... aku sedang membahas lagumu, Yook."

"Ahh...." aku mengembuskan napas seraya bergumam, kemudian menjatuhkan tatapan pada gelas kopi yang kugenggam.

"Ingat, saat kau tiba-tiba memesan ayam padahal sudah ada makanan lain? Kau menatap potongan ayam tepung seperti menatap pasanganmu di WGM. Kupikir kau jatuh cinta pada pandangan pertama sama ayam," kata Ilhoon hyung, lalu tertawa sejenak. Aku tidak paham sebetulnya apa yang Ilhoon hyung coba bicarakan, tapi aku memang mengingat momen itu, sampai dimarahi Changsub hyung aku masih ingat, katanya, aku pemborosan, memesan ayam di tengah banyak makanan.

"Kau sudah menjadi manusia, Sungjae. Mengapa mau menjadi ayam? Coba bayangkan, jika jadi ayam, kau hanya berakhir di penggorengan, belum lagi menghadapi ajal lebih dulu." Ilhoon hyung menggerakkan sebelah tangan ke leher, lalu menyeretnya ke samping-melakukan gerak memotong, dan aku meringis.

"Itu hanya lagu berkias metafora, Hyung." Memandang ke dalam matanya, sekarang aku tahu kemana arah pembicaraan Ilhoon hyung.

"Baik, anggap begitu, tetapi tentang ketakutan, kegelisahanmu, bukan semata-mata kiasan, 'kan?

Entah mengapa, rasanya aku tidak bisa bergerak, bahkan jika itu hanya mengangguk untuk menanggapi kalimat Ilhoon hyung. Hingga hangat di kedua tangan yang menggenggam gelas kopi berangsur berkurang, aku baru mampu bersuara.

"Seperti lirik dalam lagu itu, bunga bisa layu bersama popularitasnya. Saat bunga layu, dia sudah tidak indah, akhirnya dibuang."

Buru-buru meminum kopi yang sedikit lagi habis masa hangat, setelahnya aku menambahkan. "Tanaman forsythia juga, indah saat musim semi, kemudian menjadi tidak menarik kala semi berlalu, dia tidak lagi dipandang. Aku hanya tidak ingin seperti itu, aku ingin dicintai dalam jangka yang lama, Hyung. Aku tidak mau dilupakan secepat waktu berlalu."

"Dan dengan jadi ayam, apa kau yakin akan dicintai dalam jangka lama?"

Ilhoon hyung benar-benar tertawa sekarang, keras, dan agak lama, mungkin hampir satu menit, mungkin.

"Sedari dulu aku tahu kau ini konyol. Jangan salah sangka ya, aku bukan sedang mengkritik lagumu. Aku hanya ingin membantu menghapus kecemasanmu, Yook. Aku juga khawatir padamu jika kau berpikir cinta dari orang terdekat akan surut semudah bunga yang kau ibaratkan."

Ilhoon hyung meletakkan gelas kopinya di meja kecil dekat kami. "Kau berkarya, Sungjae."

Aku paham kata 'berkarya', yang tidak kumengerti maksud dari kalimat Ilhoon hyung, jadi aku terus menatapnya tanpa terlepas.

"Bunga memang cantik. Namun dia hanya tanaman hidup yang tidak melakukan apa-apa, sementara dirimu? Kau berkarya, melalui suaramu, melalui seni gerak, melalui drama-dramamu, dengan semua itu, apa kau mudah dilupakan? Jawabannya tidak, Yook. Lagumu, karyamu, akan abadi di hati para penggemar, mau percaya padaku?"

Mendadak perasaan tidak enak menguap lingkup dalam dada, kedua mataku memanas. Aih, aku selalu tidak bisa jika mendengar sesuatu yang membuat hatiku tercubit. Serius tidak ada orang di sini, 'kan? Aku tidak mau ketahuan kalau sampai air mataku jatuh, tidak apa jika di hadapan Ilhoon hyung, dia sudah sering menyaksikan diriku yang penangis.

"Hyung... tapi kau tahu, cinta tidak abadi, apalagi cinta penggemar. Bisa saja mereka mencintaiku hanya sementara, saat waktunya tiba, aku ditinggal, dibuang seperti bunga, lalu dilupakan seperti forsythia."

"Itu artinya kau tidak percaya padaku."

"Bukan begitu, Hyung...." secara cepat diriku mengatakannya, aku tidak ingin Ilhoon hyung merasa demikian, aku percaya padanya, sungguh. Aku cuma masih merasa apa yang kukhawatirkan akan terjadi, dan saat itu datang, aku belum siap, sampai kapan pun aku memang tidak siap. Memikirkan bagaimana aku akan jatuh dalam jurang gelap sendirian, itu amat mengerikan. Sebut aku terlalu cari perhatian, aku tidak peduli. Apa salahnya jika aku ingin dicintai setulus hati, jika memang mereka mencintaiku?

Di tahun 2018, aku pernah menatap lama bangku-bangku kosong dalam ruangan besar. Aku dan lima kakakku berkunjung ke negara yang tidak memiliki musim dimana salju turun. Kala itu Eunkwang hyung baru masuk militer, terpaksa tidak ikut, makanya kami hanya berenam.

Sejalan jam pertunjukan, lalu dilanjut permainan, amat ramai, memenuhi seluruh sudut ruang, kemudian setelah usai, kursi-kursi penonton kosong, dan hatiku turut merasa begitu. Awalnya hanya iseng, saat staf beres-beres, para hyung beristirahat, dan aku kembali melangkah ke dalam ruangan bekas pertunjukan, tapi aku justru terkunci diam di tempat, merenungkan kemungkinan yang akan terjadi. Ketika hanya ada bayang-bayang mereka yang tersisa, itu pun turut memudar perlahan, suara-suara bising hilang; tawa, tangis haru, semua, dan kuberpikir, cinta juga seperti itu.

"Terlalu takut akan menyiksa dirimu, Yook." Ilhoon hyung berhasil menghentikan seluruh aktivitas memoriku. "Apa kau tidak sadar? Dengan kau yang sekarang saja sudah membuat banyak orang mencintaimu, bukan hanya penggemar yang bangga, tapi seluruh hyungmu juga. Maka yang harus kau lakukan adalah, mencintai lebih diri sendiri. Supaya kau terus dicintai dalam waktu lama. Kau juga sedang memperindah dirimu sendiri saat ini, dengan terus berkarya, 'kan?"

Benar.

Meski Ilhoon hyung sering mengesalkan, tetapi kalimat-kalimatnya membuatku merasakan sesuatu berbeda. Perasaan cemas itu berangsur mengurang seperti kopi yang mendingin setelah hangat. Ayam mungkin disukai banyak orang, dari segala usia. Namun ayam juga akan dilupakan setelah sampai di perut dan dicerna.

Akan kupastikan lebih mencintai diri sendiri, seperti yang dikatakan Ilhoon hyung, dan kalimat klasik yang pernah kubaca; cintai dirimu lebih dulu, maka orang-orang akan mencintaimu. Biarkan lagu berjudul Chicken itu menjadi bukti bahwa aku tidak ingin kehilangan cinta dari siapa pun; keluargaku, enam kakakku, penggemarku, dan... Sami? Aku tidak yakin kucing itu mencintaiku, tapi karena aku yang selalu membuatnya kenyang, tak mungkin Sami tidak memiliki perasaan sama denganku, bukan? Yah, meski harus kuakui cinta Sami terbagi pada Hyunsik hyung.

"Yang kubutuhkan adalah panutan. Jadi, selamat ya, sekarang kau sudah menemukan panutanmu. That's me." Kata-kata Ilhoon hyung membuatku menampilkan wajah; hah, masa?

"Aku tidak akan bernyanyi untukmu jika kau tidak mengakui."

Tuh, dia kembali menyebalkan. Ilhoon hyung pasti membaca ekspresiku.

"Iya, iyaaa. ILHOON HYUNG PANUTANKU!" Aku sengaja berteriak, supaya ruangan ramai, barangkali menembus luar, bisa membuat semua orang tahu, hehe.

"BERISIK YOOK CHICKEN, KUTENDANG KAU!"

Ilhoon hyung sudah mengambil ancang kaki meski masih duduk, tentu, aku menggeser posisi agar tidak dekat-dekat dengannya. Padahal dia tidak lebih berisik dariku; suaranya. Kendati begitu, Ilhoon hyung betul panutan, bisa mengalahkan ayam ternyata, dia memang keren, sekeren diriku.

.
.
.

Selesai ~

> Chicken

Ya, panutan yang aku butuhkan
Sesuatu tanpa titik lemah
Masa depanku ditentukan sekarang

Aku lapar dan memakannya tanpa banyak berpikir
Ayam yang aku pesan tiba-tiba, ya

Aku ingin menjadi ayam
Orang dari segala usia menyukai.
Ya, aku bisa berbicara dengan percaya diri sekarang
Seperti ayam, aku ingin dicintai oleh semua orang

Aku hanya lapar dan memakannya tanpa banyak berpikir
Ayam yang aku pesan tiba-tiba, ya

Aku ingin menjadi ayam
Aku ingin menjadi ayam
Aku ingin menjadi ayam
Aku ingin menjadi ayam

Aku ingin menjadi ayam.

A/N: Ayam setampan Sungjae? Alih-alih dimakan, mending daku peluk-peluk, ndak bakal makan ayam lagi:"

Maret ceria: Album solo Sungjae, ulang tahun mas Hyunsik dan Peniel, debut Bitubi. Terus apa lagi? Ehe.


05/03/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro