6/6: HMHN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seandainya ada satu hal yang bisa kuhilangkan dari bumi, itu adalah pengabaian. Andai dunia terlalu berat menampung beban rasa, dan harus menghilangkan salah satunya dengan memberi opsi pada makhluk hidup, maka aku akan memilih rasa cinta yang hilang. Aku tidak suka diabaikan, dan lebih tidak menyukai perasaan cinta yang mengganggu tidur.

Kata orang, cinta itu luar biasa menakjubkan. Bagiku, cinta adalah suatu kerumitan, seperti hubunganku bersama Lee Han Ga.

Kami jarang beradu mulut, kalau aku mengatakan itu kepada temanku yang sering ribut, pasti iri. Padahal, aku yang seharusnya merasa begitu. Temanku dan kekasihnya selalu memiliki topik untuk dibahas tiap hari, bertengkar karena hal remeh, saling mencaci, tapi juga saling memuji.

Mungkin di beberapa kesempatan, Han Ga berperan sebagai sahabat yang baik. Tak lupa memberi hibur kala aku gagal presentasi yang berakhir dimarahi dosen. Namun, jika sisi sepasang kekasih, terasa... hambar. Pernah, suatu siang Han Ga menunjukkan kekesalan kepadaku.

"Mau cokelat isi kacang almond, atau mede?" Tanpa banyak kata, dia menyahut; terserah. Itu membuatku memutuskan pilihan sendiri.

Saat aku memilih kacang almond untuknya, Han Ga protes bahwa lebih menyukai cokelat isi kacang mede.

"Kesukaan kekasihnya sendiri saja tidak tahu."

Bukannya semakin baik, justru hal demikian membuat hubunganku dan Han Ga merenggang. Sejak itu, Han Ga lebih banyak merajuk, mencetuskan kata bahwa aku tidak peka. Jauh dalam lubuk hati, aku pun ingin Han Ga paham, jika aku bertanya, berarti aku ingin tahu tentangnya. Terserah bukanlah jawaban.

Terkadang, aku ingin memujinya cantik, dengan balutan busana apa pun yang dirinya pakai, atau bertanya apa harinya menghabiskan waktu di dapur bersama adonan kue menyenangkan.

Acap kali aku bersamanya, tidak banyak yang kami bicarakan. Hanya seputar 'sudah makan?' lalu hening. Mata kami tidak pernah menatap lekat, kurasa begitu juga hati kami yang tidak mengikat erat.

Saat-saat lelahku bersama Han Ga, aku mulai suka berteman dengan keheningan, mengurung diri di kamar dibanding bersamanya. Aku lelah, tapi juga mencintai Han Ga. Aku tidak tahu mesti bagaimana, sampai akhirnya aku terduduk di sini, bersama remai yang terasa menyempitkan napas.

Aku belum pernah melihat Han Ga memandang objek begitu berbinar, dia juga tidak pernah tertawa lepas seperti yang kudengar saat ini.

Tidak yakin siapa pertama kali menganggap hubungan yang kami rajut telah sobek. Entah aku yang perlahan menjauh tanpa menanyakan kabarnya—meski ingin, atau dia yang tidak pernah ada di sekitarku lagi sejak percakapan tentang senja dua bulan lalu.

"Yook Sungjae, kau tahu? Aku mencintaimu seperti senja." Han Ga mengatakannya, sementara aku memerhatikan dia yang menatap langit.

"Paham artinya?" Kemudian diriku mematung, mendapati tatapannya yang tiba-tiba. Seperti tertangkap basah, rasanya suhu udara memanas, kendati angin di rooftop gedung kue milik Han Ga terus-menerus menerpa.

"Indah." Itu jawabanku. Han Ga menarik satu sudut bibir. Bukan tersenyum hangat, aku tidak bisa membaca apa artinya.

Kenyataannya, jawabanku adalah suatu kebodohan. Aku baru paham belakangan. Senja tidak selamanya diartikan indah. Seperti senja yang hadir sebentar, Han Ga mencintaiku demikian; hanya sekejap.

Pandangan mata kami bertemu tanpa sengaja, senyum lebar Han Ga meluntur. Tak lama, dia beranjak dari kursi, menggenggam tangan laki-laki itu, lalu keluar dari kedai.

Sungguh, aku tidak berniat untuk melihat Han Ga. Apalagi menemukannya bersama laki-laki lain di sini. Laki-laki yang berhasil membuatnya terlihat begitu ceria.

Hubungan kami benar-benar sudah kacau, dan berakhir tanpa perpisahan yang jelas. Apa boleh, sekarang diriku berharap? Dalam jalan kehidupan selanjutnya, aku ingin Han Ga bisa mencintaiku lebih lama.

Dalam embus napas yang kesekian kali nanti, aku ingin kami saling mencintai dengan benar. Ketika kehidupan baru sudah tertulis, maka aku tetap mencintainya. Lee Han Ga.

.
.
.

Selesai ~

> HMHN

Hari-hari indah kita, kau harus mengingatnya
Kau selalu di sampingku saat aku kesulitan
Bahkan hari ini, tanpa sadar aku mencoba untuk menghapusmu
Aku bahkan tidak bisa menahan waktu yang terus mengalir
Aku tak mengetahuinya, aku meninggalkan semuanya di sana
Aku sungguh bodoh adanya, karena itulah kau meninggalkanku

Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan tetapi
Aku ingin bertanya bagaimana kabarmu
Sayang aku minta maaf karena kenyataannya
Beginilah akhirnya
Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan tetapi
Aku ingin bertanya bagaimana kabarmu
Sayang aku minta maaf karena kenyataannya
Beginilah akhirnya.

A/N: Setelah satu bulan lebih baru update? What?! Huehe. Mau alesan deh nih pasti. Eh, nggak kok. Cuma mau jelasin:D

Awalnya, workku yang lain nagih minta update juga, gaes. Berhubung nggak bisa fokusin semuanya sekaligus, makanya Maret dihabiskan untuk fokus di sebelah. Nah, April lalu, malah mandek, beku aja gitu. Padahal udah disiapin jauh-jauh hari. Maaf ya cayang-cayangnya akuu. Yok, mari kita selesaikan work iniii~

Oh ya, SAENGIL CHUKAE BONTOTNYA BEAT! Aduhh makin caem, yaa. Harapan dan doa terbaik untuk maknae asem tapi manissss. Siapa yang nggak sabar nunggu bulan ini? Selain Yook kita yang ultah, ada something yang hebring, bikin seger-seger adem gitcuu:"



02/05/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro