Chapter 06

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum saya mulai, beberapa chapter yang akan datang termasuk kemarin dan ini. Saya akan memberikan gambaran kejadian sebelum korban tewas.
.
.
.
.

~Flashback On~

Lantai 3 ...

Lorong lantai tiga terasa sunyi, bagai tak ada penghuni. Suasana ini membuat seorang gadis berambut putih pendek waspada. Gerak-gerik sedikit pun ia perhatikan dengan jeli.

Suara langkah kaki miliknya seperti alunan lagu. Gadis itu memakai seragam yang terlihat feminin, walau ia aslinya ialah seorang gadis tomboi.

Seperti di film horor yang sering ia tonton. Saat tikungan, gadis itu melihat seseorang nampak misterius. Ia pun membalikan badan dan pergi menjauhi tempat tersebut.

"Aku tidak mau mati!" seru gadis bernama Qiby.

Ting!!

Sebuah pesan masuk dari ponselnya. Qiby melihat nomor tak dikenal. Awalnya Qiby mengabaikan, tetapi isi pesan itu begitu menakutkan. Hampir saja ponsel berwarna biru ia lempar.

Peluh membasahi sebagian wajahnya. Ia lirik sekali lagi untuk melihat isi pesan tersebut.

Nomor 08xxxxxxxxxx

"Sekarang giliranmu menembus dosa! 😊"

Degh!

"Tidak! Bukan aku pembunuhnya!"

Qiby histeris. Ia berlari cepat mencari tempat persembunyian atau pertolongan. Opsi kedua langsung ia buang jauh-jauh. Lorong lantai tiga seakan mengecil. Keadaan panik membuat Qiby seperti berhalusinasi.

Aroma harum menyeruak indera penciuman. Serbuk-serbuk bunga Amarillys berada di sekitarnya. Kepanikan semakin membuat Qiby gila.

"Tidak!!? Maafkan aku! Aku Hanya ikut-ikut saja! Tolong jangan bunuh aku!"

Air mata Qiby sudah tumpah tak karuan. Ia terduduk lemas di depan pintu ruang eskul.

Degh!

Pandangan mata menjadi kosong. Qiby masuk ke dalam ruang eskul yang tidak terkunci. Ia berjalan mendekati meja, di sana terdapat sebuah vas bunga berisi bunga Amarillys. Bunga yang memiliki arti sebagai 'Tanda Kematian'.

Qiby mengambil bunga itu, lalu menggengam erat. Ia berjalan keluar ruangan. Ia berdiri di bawah anak tangga menuju lantai dua.

"Tidak! Aku tidak mau ma---"

Bugh!

Gedebuk!!

Qiby telah terjatuh dari tangga lantai tiga ke lantai dua. Kepalanya terjatuh lebih dahulu membuat bagian kepalanya remuk dan beberapa tulang menonjol keluar tubuh. Bunga Amarillys masih tergenggam  di tangan. Qiby telah tewas.

"Kyahh!!"

Jeritan Lav menjadi tanda bahwa kematian kedua telah selesai.

🌺🌺🌺🌺🌺

Brakk!!

"Sial"

Mila memukul meja kelas keras. Ia muak dengan keadaan di sekolah ini. Sudah ada tiga kematian teman-teman kelas 2-E, tetapi pihak sekolah bersikap tenang dan santai.

Mila termasuk salah satu murid terkenal dalam bidang musik. Sikap agak tomboi serta gaya bicara kasar menjadi daya tarik darinya.

"Tenanglah Mila," ucap seorang gadis berambut pendek.

Mila menatap tajam wajah gadis itu. Namun, saat melihat lebih dalam kedua bola matanya. Gadis itu sedih dan takut. Ia menghela napas perlahan.

"Maafkan aku," ucap Mila menundukan kepala.

Gadis berambut pendek memeluk tubuh Mila. Kedua berusaha untuk tak tersulut emosi serta saling menenangkannya diri.

Widya, nama gadis berambut pendek. Sebenarnya ialah sosok paling ceria di kelas. Ia suka bernyayi dan berjoget mengikuti alunan musik dari single pertamanya berjudul 'Daisuki'.

Yap! Widya seorang penyanyi yang akhir-akhir ini baru saja naik daun, macam ulat bulu di iklan minuman teh.

Mila melepaskan pelukan. Ia mulai tersenyum dikit, walau dipaksakan. Ia tak ingin membuat teman dekatnya sedih.

Keduanya sedang berada di kelas. Tak sengaja mereka melihat kerumunan murid-murid kelas sebelah termasuk kelas 2-E. Rasa penasaran menyelimuti hati.

"Apa kau mau melihatnya?" tanya Mila.

Widya termenung. Ia merasakan firasat buruk dan itu kemungkinan adalah salah satu kematian teman-teman kelasnya.

"Baiklah!" jawab Widya setelah menghela napas cukup panjang.

Mila dan Widya pergi mengikuti kerumunan dengan kedua tangan saling bertautan. Seakan ada 'sesuatu' yang dapat memisahkan mereka suatu hari nanti. Semoga saja ....

"Aku ... akan selalu ada di sisimu ... Mila," batin Widya tersenyum.

"Takkan kubiarkan kalian melukai teman terdekatku!" batin Mila melirik ke sebelah Widya.

🌺🌺🌺🌺🌺

~Ruang Kesenian~

Suara tangis gadis di dalam ruangan itu, mungkin bagi yang mendengarnya pasti lari ketakutan. Sebenarnya itu bukanlah suara hantu, tetapi suara salah satu murid kelas 2-E.

Rie, gadis berambut merah dengan kepang dua panjang, tubuh kurus serta tinggi badan yang tergolong pendek atau bisa kita sebut 'loli'.

"Hiks ... kejam sekali kamu memutuskan hubungan ini sepihak."

Rie menangis tersedu-sedu. Ia baru mengalami arti putus cinta setelah berpacaran selama satu bulan dengan seorang gamers sepertinya. Bisa dikatakan ia seorang sad girl untuk saat ini.

"Kau tepikan kisah cinta kita ...

Saatku sedang sayang-sayangnya ...,"

Rie menyanyikan satu bait lagu galau. Lagu yang terkenal di negara Indonesia, tempat Ibu kandungnya lahir dan tinggal sebelum menikah. Ia bisa berbicara bahasa Indonesia sedikit-sedikit.

Srekk!!

Pintu ruang kesenian terbuka. Nampak seorang pemuda tampan memasuki ruangan. Pemuda itu melihat Rie sedang menangis bombay.

Tch!!

"Gadis merepotkan!" decak pemuda tampan.

Baru saja ia akan berbalik meninggalkan ruangan. Rie sudah lebih dulu melihatnya. "Bintang!" panggilnya.

Bintang mau tak mau terpaksa berhenti. Ia menatap malas, lalu melipatkan kedua tangan di dada. "Apa?!"

Rie berlari cepat hingga menabrak tubuh Bintang. Gadis itu menangis di pelukan pemuda tampan. Baju yang dikenakan Bintang terasa basah.

"Oh tidak! Seragamku!"

Bintang tentu saja kesal. Ia ingin melepaskan pelukan terpaksa itu, tetapi ada rasa tak enak hati juga. Ia memberikan Rie waktu sekitar lima menit.

Lima menit berselang, Rie belum juga melepaskan pelukan itu. Bintang langsung mendorong tubuh Rie kasar. Dan tubuh gadis itu menabrak sebuah lukisan di dinding.

Brakk!!

"Awwh!" rintih Rie kesakitan.

Setangkai bunga Amarillys terjatuh di dekat Rie. Sontak kedua matanya melebar. Ia mengabaikan rasa sakit di punggung. Ia berdiri tegak, lalu berlari ketakutan ke pojokan ruangan.

"Ri-Rie," ucap Bintang terkejut.

Ada rasa bersalah di dada. Ia terbawa emosi sehingga menyebabkan bernyanyi kasar kepada seorang perempuan. Namun, ia membenci siapapun jika mengotori pakaian miliknya dari ujung kaki sampai kepala.

"Rie, ma-maafkan aku."

Bintang ingin mendekati Rie, tetapi gadis itu sudah meringkuk ketakutan karena hanya melihat bunga Amarillys. Ia teringat kematian teman-temannya dikarenakan bunga pembayaran kematian itu.

"Aku tidak ingin mati! Pergi kau dariku!" bentak Rie takut. Seluruh badannya menggigil.

"Rie sadarlah!" seru Bintang.

Bintang masih berusaha membujuk Rie. Sejujurnya ia juga takut melihat bunga tanda kematian itu. Ingin rasanya meninggalkan Rie seorang diri di sana.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Jangan kejar aku!"

Chita berlari terus menelusuri lorong sekolah lantai empat. Ia sedang dikejar-kejar seseorang. Sesekali ia melirik ke belakang.

Seorang bertopeng tengkorak membawa sebuah pisau. "Mari kita bersenang-senang, Chita," ucapnya. Ia melemparkan pisau ke arah target.

Jleb!!

"Tidak! Aaahh!"


🌺🌺🌺32🌺🌺🌺

{15/02/2021}

ajensae aka Qiby

DISINIHANYA_S aka Mila

Mikurinrin_ aka Widya

-melrielin_ aka Rie

Kafuusa aka Bintang

Clouchi aka Chita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro