Chapter 05

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Flashback On~

Kita akan kembali beberapa jam lalu, saat tengah malam tiba. Seorang gadis berambut ungu pucat berjalan sendirian. Terlihat ia tengah menuju ke salah satu area sekolah.

Gadis itu tidak merasa takut, atau memang sudah tak memiliki rasa. Kedua matanya membengkak akibat menangis seharian.

Mereka memanggil gadis tersebut ... Puri. Puri, sudah tak tahan merasakan kebencian dan ketakutan yang selalu menghantui dirinya. Ia tidak salah! Sangat tidak salah! Akibat kejadian satu tahun lalu di .... ???

Puri masih mengenakan seragam sekolah. Ia terus berjalan sampai tiba di tempat ia tuju, yaitu halaman belakang sekolah. Tempat di mana terkenal akan sakral dan tentu saja angker. Namun, Puri mengabaikan desas desus yang tak memiliki arti sebuah kebenaran ataupun kebohongan.

Puri telah sampai. Ia memandangi sebuah pohon besar. Hembusan angin kecil membuat dirinya dapat mencium aroma harumnya bunga. "Amarylis," ucapnya.

Deg!

Seperti kematian sudah menunggunya. Ia takkan bisa menghindarinya lagi. Puri mengeluarkan sesuatu barang di dalam kantong plastik yang ia bawa. Seutas tali tambang dan sebuah ponsel berwarna hijau, itu miliknya.

Deg!

Adrenalin berpacu cepat, lalu meningkat drastis. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Awalnya Puri ragu, tetapi ia membuka sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Pesan itu berisi 'Giliranmu untuk mati! 😊'.

Ponsel terjatuh. Puri menginjak-injak lalu menendang ponsel miliknya hingga ke dalam semak berlukar. Air mata tak kuat ia tahan lagi. Ia pun menangis untuk terakhir kalinya.

Deg!

Tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku. Pandangan mata kosong serta kulit yang terasa sedingin es. Puri melangkahkan kaki menuju ke belakang pohon besar. Perkarangan bunga Amarilys membentang luas di depan. Puri memetik setangkai bunga Amarilys. Ia menyimpan di saku seragam sekolah.

Kemudian Puri memanjat pohon besar itu. Ia mengikat tali tambang di batang pohon dan melilitkan di lehernya. Ia pun terjun ke bawah dalam posisi tergantung. Tak ada perlawanan apapun dari gadis itu. Puri menghirup napas terakhir dan ia telah meninggalkan dunia untuk selamanya dalam keadaan tergantung, seolah-olah ia telah 'bunuh diri'?.

Itulah awal mula kematian datang menghantui murid kelas 2-E.

~Flashback Off~

🌺🌺🌺🌺🌺

Pagi hari sebelum seorang murid ditemukan ...

"Meong,"

Kucing hitam mengelus kaki majikannya. Sang gadis berambut berambut biru pendek tersenyum kecil.

"Kamu lapar ya," ucap gadis itu.

Sebuah nametage bernama Mezu, seorang murid kelas 2-E terkenal akan kecintaannya kepada hewan. Mezu mengeluarkan kotak bekal berwarna biru. Ia buka kotak bekal yang berisi potongan ikan dan ayam.

Saat Mezu akan memberikan ikan kepada anak kucing, hewan itu berlari menjauhi. "Hei!" panggilnya. Kucing hitam berlari menuju halaman belakang sekolah.

Mezu terdiam sesaat. Ia bingung harus mengejar atau berdiam diri saja. Ia memiliki perasaan takut untuk pergi ke sana, tempat yang dilarang oleh pihak sekolah menyentuh sedikitpun area tersebut.

"Kuro, di mana kamu?" tanya Mezu mencari.

Mezu berlari kecil memasuki area belakang sekolah. Ia mengambil napas sejenak. Suara anak kucing mengeong semakin terdengar.

Aroma serbuk bunga tercium. Langkah Mezu terhenti. Kedua mata melebar. Dan alangkah terkejutnya ia melihat pemadangan mengerikan di depan mata.

"Kyyahhh!"

Seorang gadis tergantung di atas pohon. Bunga Amarilys terselip di dalam saku seragam yang dikenakan korban.

Mezu terjatuh di tanah. Ia pun tak sadarkan diri. Kuro, si kucing hitam menjilati pipi majikannya. Beberapa langkah kaki mendekat kerumunan.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Hiks ... Papa jahat!

Aku benci Papa!"

Kejadian bermula saat di rumah kemarin sore. Seorang gadis berambut hitam panjang tak sengaja mematahkan kartu memori milik Papa-nya. Ia dimarahi habis-habisan sampai sebuah tamparan mendarat di pipi gadis itu.

Air mata tak hentinya mengalir. Gadis itu memegang pipinya yang terasa masih sakit. Ia selalu mendapatkan siksaan dari Papa-nya walau tak berbuat salah.

"Sura-chan," panggil gadis berambut merah panjang.

Ia mengelus pundak kanan Sura dengan lembut. Ia cukup memahami kesedihan yang tengah dirasakan.

Sudah setahun lamanya, kedua gadis bersahabat. Mereka seakaan tak terpisahkan, bagai pinang dibelah dua.

"Hiks ... Lemon-chan,"

Sura memeluk erat tubuh Lemon, nama sahabatnya. Lemon membiarkan Sura menumpahkan segala kesedihan di dalam pelukan. Sebuah senyum miring tercipta salah satu di antara mereka.

"Sudah lebih baik?" tanya Lemon lembut.

Sura menganggukkan kepala kecil. Ia terlihat lucu mirip seperti anak serigala. Lemon memberikan sebuah permen rasa mint.

"Terima kasih kau selalu ada di sampingku, Lemon-chan." ucap Sura tulus.

Ia menerima permen itu tanpa berpikir apa-apa. Ia percaya bahwa Lemon adalah sahabat terbaik yang ia miliki, begitu pula dengan sebaliknya.

Keheningan melanda. Letak matahari sudah di atas puncak. Kedua sahabat itu masih berada di taman sekolah. Berbagai macam bunga tertanam di sana. Tanpa mereka sadari, setangkai bunga yang terkenal akan 'tanda kematian' terselip di hamparan bunga lain.

🌺🌺🌺🌺🌺

~Library~

Sekelompok remaja berkumpul di satu meja besar. Mereka terdiri dari dua orang lelaki dan tiga perempuan. Beberapa tumpukan buku sudah berada di atas meja.

Salah satu pemuda membuka buku tebal. Lembaran demi lembaran kertas yang sudah berubah warna cokelat ia baca seksama.

"Kematian akan menuntunmu pada kebenaran,"

Seorang gadis bergaya rambut kepang dua menatap aneh pesan yang baru masuk di ponselnya. Ia tak mengerti arti dari isi pesan tersebut. Kerutan di kening membuat gadis di sebelahnya penasaran.

"Ada apa Rim?" tanya gadis memakai bando hitam. Rambut hitam terutai panjang sampai menyentuh pinggang.

"Lihatlah ini. Apa kau merasa itu aneh, Elin?" tanya balik Rima.

Elin membaca isi pesan itu. Tatapan dan raut wajahnya terlihat serius. Bibirnya berkomat-komat bagai membaca sebuah mantera.

"Sesuatu yang buruk sedang terjadi saat ini dan menimpa kelas 2-E,"

Seorang pemuda tinggi memakai kacamata berbingkai kotak hitam berdii di belakang Elin dan Rima. Kedua gadis itu tentu saja terkejut.

"Yoga-nii!" sontak keduanya kompak.

Yoga merapikan kacamata. Ia menatap satu persatu wajah teman sekelasnya. Aura pekat seakan menjalar dari belakang tubuh Yoga. Seringai tipisnya membuat bulu kuduk merinding.

"Aku baru saja mendapat kabar-," ucapan Yoga tergantung. "Puri dan Qiby telah meninggoy alias meninggal dalam keadaan mengerikan." lanjutnya.

"Apa?!"

"Ba-bagaimana mungkin? Dua jam yang lalu aku masih berbincang dengan Qiby tentang tugas sekolah," sahut pemuda berambut biru pucat dan menggunakan kacatamata.

Dari perkataannya pemuda itu cukup terkejut, namun berbanding terbalik dengan ekpresi wajah yang tampak datar seperti papan tipis. Yuma, nama pemuda yang memiliki kepintaran serta IQ di atas rata-rata. Bisa terbilang ia masuk dalam kategori murid jenius di sekolah.

"Ara-ara ... kalian membuatku terbangun dari tidur siangku yang indah," ucap gadis berambut pirang. Kedua gigi taringnya mencuat keluar.

Rima menghela napas kasar. Bagaimana ia bisa berteman dekat dengan keempat murid di depannya. Ia seperti masuk ke dalam kelompok murid-murid 'aneh'.

"Rim, temani aku ke toilet ya," ujar Andin si gadis pirang. Ia mengedipkan sebelah mata kanan.

"Ba-baik," balas Rima takut.

"Aku tidak ikut!"

Elin memilih fokus membaca isi pesan Rima. Ada semacam teka teki yang harus dipecahkan. Ia juga membuat sebuah sketsa di kertas HVS.

Yoga masih memancarkan aura menyeramkan. Ia duduk manis membaca buku tebal yamg kira-kira berjumlah 3600 lembar kertas.

"Ini hanya bacaan ringan saja," ucap Yoga entah kepada siapa.

Yuma memilih untuk bersandar di dekat rak buku. Ia memikirkan sebuah misteri di balik kematian teman-teman sekelasnya.

"Hmm ... dengan IQ jeniusku ini, aku akan menemukan jawaban!" serunya bergaya sombong. Kedua tangan dilipat di depan dada.

🌺🌺🌺🌺🌺

Yemi dan Andrew masih sibuk menatap tubuh seorang murid laki-laki yang tak bernyawa. Sebuah tusukan pisau besar menancap tegak, tepatnya di dada kiri atau letak jantungnya berada.

Tak ada yang memiliki inisiatif untuk melaporkan ke pijakan sekolah. Yemi mengeluarkan bungkus lolipop rasa jeruk, lalu memasukan ke dalam mulut.

"Haru meninggal tak lama setelah kita berada di kantin," gumam Andrew menganalisa.

"Kasian sekali kau Haru ... harus tewas secepat ini." ucap Yemi menggelekan kepala.

Aroma bunga Amarillys masih setia menenuhi indera penciuman mereka. Keduanya sedikit terusik dan memutuskan untuk meninggalkan lokasi kejadian.

"Kita laporkan kepada Bos Fikri," saran Andrew.

"Ah preman mesum itu! Aku kurang suka kepadanya!" protes Yemi tak suka.

Akhirnya kedua akan melaporkan kepada wali kelas 2-E. Setidaknya ialah sang penanggung jawab murid di kelas.

🌺🌺🌺🌺🌺

~UKS~

Shia telah sadar penuh. Aroma minyak kayu putih adalah hal yang paling Ia benci. Lebih baik ia makan banyak daripada harus berhubungan dengan minyak kayu putih.

"Emm,"

Mezu terbangun dari tidur panjangnya sebagai 'Puteri Tidur' alias pingsan. Ia mengucek kedua mata pelan.

"Ini dimana?" tanya Mezu.

"UKS." jawab Shia sambil mengibaskan rambut.

Tubuh Mezu menegang. Beberapa ingatan masuk bersamaan. Debaran jantung berpacu cepat. Butir-butir keringat muncul di area wajah. Kepala Mezu terasa pusing.

"Hiks ... Puri-chan ... te-telah meninggal,"

Tak kuat Mezu menahan bendungan air mata yang menumpuk di kelopak mata. Is menutupi wajahnya, menangis tersedu-sedu.

Shia bingung harus melakukan apa. Ia memilih menatap luar jendela yang sedikit terbuka. Dan tiba-tiba sesuatu melintas cepat terjun ke bawah.

Bughh!!

Suata dentuman keras membuat Shia syok, sementara Mezu menghentikan tangisan bombay-nya. Keduanya saling melirik satu sama lain. Rasa penasaran, takut, dan gelisah saling beradu.

"Aku akan melihat keluar," ucap Shia.

Langkah demi langkah kecil kaki jenjangnya menuju ke pinggir jendela. Ada beberapa cairan berwarna merah tertempel di kaca jendela UKS.

Kedua mata Shia melebar sempurna. Tubuh terasa kaku dan perasaan takut menyeruak masuk ke dalam.

"Kyaaahh!!!" Shia histeris.

Seorang gadis terkapar di lantai dalam keadaan mengenaskan. Kepala remuk, beberapa organ bagian dalam tubuh berserakan di sekitarnya. Bau anyir mulai terasa menyengat. Dan jangan lupakan sebuah bunga merah yaitu bunga Amarillys terbang hingga terjatuh di atas kepala. Gadis itu telah tewas.

🌺🌺🌺32🌺🌺🌺

{14/02/2021}

haayura aka Puri

mezuwoah aka Mezu

Icarus2933 aka Sura

lemonychee aka Lemon

Rythmea_ aka

Rima

Fururun aka Elin

_Miraiiiii aka Yoga

Yumazthaqil aka Yuma

andinXiena aka Andin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro