Chapter 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Eris-nii, cepat sedikit!"

Lav mengibaskan helaian rambut warna biru laut. Walau memiliki tubuh kecil, kekuatannya setara dengan atlet Karate sibuk merah.

Lav melakukan gerakan memukul angin. Ia langsung berpose ala atlet Kung Fu. Ia tersenyum lebar mengetahui kekuatan telah ia punya. Ia takkan takut dengan pembunuh yang masih berkeliaran di area sekolah.

"Eris-nii!"

Lav mendengus kesal. Ia mengepalkan tangan erat berniat memukul wajah tampan Eris. Namun, Eris telah sampai dengan keringat bercucuran.

"Hah! Kau terlalu ce-cepat," gerutu Eris.

Kedua kaki ia tompang sambil menghirup nafas sebanyak-banyak. Ia butuh banyak pasokan oksigen di paru-paru setelah berlari dari lantai empat menuju samping bawah sekolah di lantai dasar.

"Kau saja terlalu lambat!" sindir Lav kesal.

Eris tak bisa membantah. Ia hanya bisa menghela nafas lelah. Ia tidak mau beragumen dengan si gadis cabe rawit. Pasti dirinya akan kalah telak.

Lav menuntun arah menuju ruangan tertutupi atau indoor. Hamparan air di dalam kolam renang begitu menyegarkan.

"Aku ingin berenang. Bagaimana denganmu?" tanya Lav.

Tatapan mengintimidasi begitu terlihat jelas dari balik iris mata warna biru laut. Eris tersenyum pahit. Pasal pertama, semua keinginan Lav harus terpenuhi. Pasal kedua, semua kembali ke pasal satu.

Sungguh tidak adil menurut orang-orang. Namun, hal itu bagi Eris adil, karena ia sangat menyanyangi Lav dan sudah menganggapnya sebagai adik kandung. Selama ini Eris anak satu-satunya dalam keluarga. Ia ingin sekali memiliki seorang adik perempuan dan sudah terwujud di depan matanya.

"Hei, Eris-nii!" seru Lav kesal.

Ia menendang kaki kiri Eris kencang. Hal itu membuat keseimbangannya goyah dan ... sebuah tangan berhasil menangkap dirinya.

"Jangan ceroboh!"

Lav pergi ke ruang ganti khusus wanita. Tanpa sepengetahuan Eris, wajah Lav sudah memerah sempurna. Ia menyeringai kecil.

Eris terdiam. Ia berpikir dalam hitungan detik dirinya akan terjatuh, mungkin ke dalam kolam karena posisinya saat ini berada di pinggir kolam.

"Lav ...," ucap Eris bingung. Sebuah senyum simpul terukir di kedua sudut bibir.

🌺🌺🌺🌺🌺

Sosok Lav mulai menghilang dari pandangan Eris. Eris memilih tidak ikut berenang. Ia tidak suka jika rambut pirangnya lepek terkena air kolam.

"Narsis adalah jalan pesonaku."

Eris menyengir lebar layaknya kuda. Ia berkeliling di sekitar pinggir kolam. Suasana sepi membuat ia sedikit takut.

Hampir lima belas menit Lav pergi untuk berganti pakaian, tetapi gadis itu belum menampakan batang hidungnya. Perasaan gelisah, takut serta khawatir membuat hati tak tenang.

"Ahhh!!!"

Suara teriakan keras melengking terdengar dari kamar bilas wanita. Eris langsung berlari sekuat tenaga. Pikiran negatif berkeliaran di otak.

Brakk!!!

Eris mendobrak pintu kamar bilas wanita keras. Sepatunya tak sengaja menginjak cairan berwarna merah di lantai. Kondisi di dalam ruangan cukup berantakan.

Iris mata Eris mengikuti aliran darah itu berasal. Debaran jantung memompa kencang.

Degh!!!

"Ti-tidak ... Lav-chan."

Eris terjatuh di lantai. Kedua mata membulat lebar terasa ingin lepas. Pemandangan di depan mata seakan menyayat hati.

Sosok Lav yang energik, kuat dan ceria ... kini Eris takkan melihat itu lagi. Ia menyalahkan diri karena tidak becus menjaga adik kedatangannya itu.

"Maafkan aku ... maafkan aku."

Lav tak membalas atau memukul Eris. Ia hanya diam terduduk lemas di pojok dalam keadaan leher terlilit benang tipis dan kepala yang terus mengalirkan darah. Bunga Amarillys berada di atas kedua paha Lav.

Drrtt!!

Ponsel Eris berdering di dalam saku jaket.

Korban selanjutnya adalah Lav 😊.

🌺🌺🌺26🌺🌺🌺

Alfa kini berada di ruang klub masak. Ia tengah mencari bahan-bahan makanan tersisa di lemari penyimpanan. Ia tak perlu susah mencari lokasi karena ... Alfa diam-diam mengikuti kegiatan klub masak.

Alfa sangat menyukai dalam hal memasak. Ia sudah menjalani aktivitas di klub masak selama enam bulan lamanya. Ia tidak memberitahukan kepada Hicchan. Ia takut Hicchan melarangnya.

"Harga diri sebagai laki-laki ia pertaruhkan."

Sekitar lima menit, Alfa berhasil mendapatkan beberapa bahan makanan berupa tiga butir telur, jagung, wortel, tepung terigu dan setengah kaleng garam tersisa.

"Hmm ... aku akan membuat bagian jagung saja," ucap Alfa semangat.

Ia pernah membuat bakwan jagung asal negara Indonesia tiga kali. Bahan yang mudah ditemukan serta cara membuatnya terlalu mudah. Ia akan mensajikan makanan spesial untuk Hicchan dan Ave.

Dalam waktu proses sepuluh menit, Alfa berhasil menyelesaikan masakannya. Ia tersenyum puas melihat bakwan jagung hangat tersaji di atas piring bergambar bunga.

"Enak sekali," puji Alfa pada masakan miliknya.

Cita-cita menjadi koki terkenal dan membuat sebuah restoran akan ia gapai. Walau banyak rintangan dan godaan datang silih berganti, Alfa tidak akan goyah. Ia sangat yakin dengan kemampuan atau skill yang dimiliki. Saat ini kemauan, keinginan, belajar, usaha serta doa akan terus ia kembangkan dan asah sesulit apapun itu.

Alfa bersiap-siap akan meninggalkan ruang klub masak. Namun, ponsel miliknya berdering di balik saku celana. Ia pun mengurungkan pergi sebelum membaca pesan masuk.

Degh!!

Hampir saja ponsel miliknya jatuh mengenai piring berisi bakwan jagung. Ia menatap tajam layar ponsel yang menampilkan pesan dari nomor tak dikenal.

From : 081xxxxxxxxxx

'Alfa ... datang ke ruang UKS atau ... sesuatu terjadi kepada sahabatmu. 😊'

Alfa bergegas pergi membawa sepiring yang berisi tumpukan bakwan jagung. Ia takkan lupa dengan makanan hasil buatan sendiri. Dengan perasaan was-was dan gelisah, ia berlari tak terlalu cepat menuju ke ruangan UKS di mana Hicchan serta Ave berada saat ini.

🌺🌺🌺🌺🌺

Ruang UKS ....

Nuansa serba putih, aroma obat-obatan serta peralatan medis yang tersusun rapi di tempat masing-masing kini terlihat berbeda. Warna putih bercampur merah, aroma obat-obatan bercampur serbuk bunga Amarillys dan peralatan medis yang sudah tak berada di tempat asal.

Sungguh berantakan.

Seorang gadis bertubuh ideal dan memiliki warna rambut pirang menawan tertidur pulas di atas brankar. Jika dilihat lebih dekat, beberapa benda tajam berdiri tegak di sekitar area tubuh.

Salah satunya, tiga buah jarum suntik berukuran dua puluh mili atau cc, masih tertancap indah di area kedua pipi dan dagu. Bibir sedikit membengkak. Kedua mata terbuka lebar.

Tiga jarum suntik lainnya berukuran sama menancap di leher bagian kanan, kiri dan tengah. Sisanya berada di area kedua bahu, perut serta kedua paha. Dan satu buah jarum suntik berukuran lima puluh mili berdiri tertancap kokoh tepat di organ jantung berada.

Sebuah bunga Amarillys tergengam erat di tangan kanan. Tidak ada darah keluar, tetapi aroma obat keras begitu menyengat. Dinding bercat putih ternodai oleh cairan betadine serta alkohol.

Srekk!!!

Pintu UKS terbuka lebar. Alfa berdiri kaku melihat pemadangan di depan mata. Sepiring besar berisi tumpukan bakwan jagung ia langsung singkirkan di dekat pintu.

"A-aku terlambat," ucapnya lirih.

"Ave!!"

Dan ternyata korban selanjutnya adalah Ave 😊.

🌺🌺🌺25🌺🌺🌺

"Tidak! Jangan bawa aku!

Siapapun tolong sa---"

Mulut gadis berambut merah pucat disekap. Ia langsung tak sadarkan diri akibat dibius oleh obat tidur.

Seseorang menggunakan topeng tengkorak tersenyum di dalam topeng. Perkerjaan menjadi lebih mudah dengan sang 'tumbal' diam.

Ia membuka tubuh gadis itu ke dalam suatu ruangan yang luas. Di sana terdapat tujuh lingkaran yang telah dihuni oleh masing-masing 'sang terpilih', walau masih ada tiga tempat belum terhuni. Di tengah-tengah terdapat simbol berbentuk pentagram berwarna hitam.

Gadis itu ia taruh di tengah simbol. Ia elus wajah polos sang gadis.

"Selamat tinggal ... Abil."

🌺🌺🌺25🌺🌺🌺

{27/02/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro