『kekilafan dan kejelasan』

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepulang Jungkook dari Aussie, aku sama dia kencan kan. Dari sekian minggu kita berpisah, bahkan udah masuk hitungan bulan sama ngurus kelulusan dan masuk perguruan tinggi yang menyita waktu.

Sebuah keadaan nggak menguntungkan karena Jungkook dan aku berbeda fakultas, huft. Untungnya ya masih satu kampus sih, jadi LDR-an cuman antar fakultas aja, hahahaha.

Bambam masih satu kampus dan fakultas sama Sorn, jodoh tuh emang nggak kemana, eh? Nah, sangarnya, Mina satu jurusan sama aku di antropologi. Tapi dua pasangan nggak jelas itu masih bersatu sih. Nggak tau kalau besok Bambam tiba-tiba official sama Sorn wkwkwk, jahat ya? Bodo. Jungkook sendiri masuk informatika, nggak tau kenapa. Katanya mau buka rental PS gitu.

"Kamu percaya nggak kalau aku ada misi selingkuh dari kamu?"

Aku ngomong dengan entengnya dong, kan Jungkook sendiri yang bilang kalau ada apa-apa disuruh ngomong aja. Tapi nggak taunya omongan aku berdampak. Kukira Jungkook diem aja karena mau dengerin, pas aku liat wajahnya, kayak tuh wajah antara marah sama nahan boker.

"Terus? Jadi selingkuhnya?" lah nyolot.

"Dih, kamu kok ngegas sih, Kook?"

"Abis kamu bilangnya mau selingkuh," cicit dia. "Sekarang aku tanya, ada gitu pacar yang mau diselingkuhin sama pacarnya? Kalau ada, berarti nggak cinta."

"Kalau gitu aku balik pertanyaannya," jawabku nantang. "Emang ada gitu, pacar yang betah punya cowok cuek kayak kamu? Ngomong manis nggak pernah, skinship nggak pernah, mesra nggak pernah, nge chat duluan nggak pernah, inisiatif jemput duluan nggak pernah. Nih ya aku kasih tau, aku tuh aslinya bersyukur punya kamu yang perhatian, suka disuruh-suruh sampe kayak jongos sendiri.

"Tapi aku nggak suka kamu yang dingin, Kook. Mendingan aku jadi cewek mandiri, kemana-mana ada Sorn sama Bambam yang nemenin, tapi diperhatiin juga sama kamu. Pernah gitu kamu ngusap kepala, pundak, lutut, kaki aku? Aku nggak mau jadiin kamu jongos kali, Kook, tiap makan siang bawain makanan. Aku bisa beli makan, tapi pikir kek, aku pengennya makan sama kamu. Aku bisa kali minta perhatian ke orang karena sikap kamu kalo lagi chatting, tapi pikir kek, aku tuh maunya setia.

"Selingkuh ternyata nggak seenak yang aku duga, akunya gundah. Ngebayangin kehilangan kamu yang cueknya minta ampun harusnya bukan masalah. Ini kok aku kalang kabut. Sekarang paham, kan? Kenapa akhir-akhir ini aku aneh? Karena aku pengen cari perhatian sama pacarku sendiri. Sekarang yang keterlaluan siapa? Aku? Yailah, cewek juga manusia kali. Dikira nggak punya gengsi sama rasa nggak enak hati apa ngomong segala kegalauannya? Kami tuh takut, Kook. Dikit-dikit ngadu, dikira manja, cengeng, laporan melulu."

Aku udah nggak peduli lah ya Jungkook mau mikir kayak gimana. Semalam aku udah pikir ini matang-matang. Kalau dengan ngomong jujur aku diputusin sama dia, mungkin ini saatnya aku belajar ikhlas. Aku nggak bisa terus-terusan ngejar Jungkook yang kayak gini, dong? Tapi aku yakin kalau Jungkook itu dewasa. Harapanku cuman dia bakalan berpikiran panjang, nggak bersumbu pendek dengan mengesampingkan pandangan orang lain dan lebih mengedepankan pikirannya sendiri.

Huft, semoga aja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro