Bab 14 : Hal yang tak terduga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"... High Lander?" gumam July seolah tidak menerima pemandangan yang tersuguhkan di depan matanya. Seseorang berpakaian High Lander yang sudah tidak bernyawa dengan pasak es besar yang masih menancap pada tubuhnya.

Tanpa ia sadari, ada seorang yang berpakaian Knight berwarna hitam tengah berdiri tepat dihadapannya.

Duaak!

Knight itu memukul keras July tepat di perutnya. Setelah pukulan keras itu, tiba-tiba efek Rune July menghilang yang membuatnya jadi pusat perhatian. Sambil memegang perutnya dan menahan sakit, ia mencoba memahami situasi dan perlahan menjauh dari Knight itu.

"S-sialan... apa mau mu?!"

"Pembunuh saudara kita sudah berada di depan mata. Tangkap dia!" ucap Knight itu mencoba memprovokasi teman-temannya.

Provokasi itu nampaknya berhasil. Seluruh pasukan keamanan yang sebagian besar memakai pakaian knight dan beberapa yang berseragam High Lander menatap July tajam, serta beberapa dari mereka mulai menghunuskan pedangnya.

July tau kalau ini hanya salah paham. Tapi, jika situasinya sudah begini sudah tidak mungkin menjelaskannya karena masyarakat yang berada di situ mulai menjauhinya dengan ekspresi ngeri. Ditambah, pasukan keamanan sudah menghunuskan pedangnya yang pastinya membuat July semakin kesulitan untuk menjelaskan yang sebenarnya.

"Cih, sepertinya aku sedang sial hari ini..." gumam July sambil mengangkat kedua tangannya. Seluruh pasukan yang berada di situ menaikkan kewaspadaannya.

Dan...

Psssuuu!

July menghilang dari tempat itu. Ia melakukan teleportasi yang sebelumnya sudah ia persiapkan jika terjadi keadaan darurat. Tempatnya berteleportasi berada di hutan tempat mereka membabat habis bandit-bandit kemarin.

'Untung saja aku meninggalkan Copy-an pisauku di sini...'

Inilah salah satu kekuatan July. Kemampuan membaca situasi, kecepatan berfikir, dan antisipasinya bisa dibilang sempurna. Oleh karena itu, rasanya dia adalah penyusun taktik terbaik di Team Rigel.

'Mudah untuk masuk lagi ke kota itu. Tapi masalahnya, wajahku mungkin sudah di kenali oleh pasukan keamanan. Mereka semua juga pasti tidak bisa keluar dari kota ini tanpaku.... Bagaimana ini?'

Saat sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang jumlahnya cukup banyak. Lalu...

"Pembunuh... sayang sekali keberuntunganmu sudah habis," ucap Knight yang tadi memukulnya dari belakang.

Ia juga membawa tujuh orang yang 2 diantaranya berpakaian High Lander.

"Ukh... bagaimana bisa?!" ucap July yang nampak sangat terkejut.

"Bukan hanya kau yang dapat melakukan teleportasi tau!" ucap seorang berambut lumayan panjang berwarna abu-abu yang berpakaian High Lander.

"Cih, kalau kujelaskan pasti kalian tidak akan percaya. Tapi, biarkan aku menjelaskan sesuatu pada kalian!" ucap July yang mulai kehabisan pilihan.

"Hooh? Hehehe ini tidak seperti yang kau bayangkan kok. Lagipula kami sudah tau siapa pembunuhnya," ucap knight yang tadi memukul July.

"Jika kau tau, kenapa kau masih mengejarku?!"

"Akan kuberi tau kau sesuatu. Orang yang terbunuh itu adalah asisten pribadi Tuan Aster Genos. Dan yang membunuhnya adalah pemimpin tim mu, July Caelus. Kau pasti tau 'kan?!" ucapnya dengan tatapan wajah penuh amarah.

'Asisten Aster Genos? Juga, yang membunuhnya itu...'

"Rigel?!" gumam July cukup keras karena ia begitu terkejut.

Memang bukti kuat berupa pasak es itu menjadi acuan mereka. Tapi, yang membuat July tidak habis fikir adalah kenapa Rigel melakukan hal itu? Jikalau hanya karena dendam, kenapa sampai menyeretnya? Atau mungkin bukan hanya dirinya?

"Jika itu benar, lalu apa hubungannya denganku?" tanya July yang tengah menganalisis sambil mencoba menenangkan pikirannya.

"Tuan Aster Genos pasti akan senang jika dibawakan bawahan dari orang yang ia benci. Terlebih, target kami bukan hanya kau. Kau pasti tau 'kan siapa saja?"

'Rain, Chelia, dan gadis kecil itu juga mereka kejar ya...'

"Bisakah aku bertanya?"

"Apa itu, July Caelus?"

"Apa sesama anggota High Lander boleh saling melukai? Juga, penjaga keamanan seperti kau boleh melukai pasukan khusus kerajaan sepertiku?" tanya July yang wajahnya mulai tenang.

"Hmm? Apa maksudmu? Disini tidak ada hubungannya dengan High Lander maupun pasukan keamanan. Disini hanya ada seorang Tuan yang ingin membalaskan dendamnya melalui bawahannya dengan cara menangkap bawahan musuhnya!" ucap Knight berzirah hitam itu dengan penuh percaya diri.

Entah mengapa July malah menyeringai, "Pertama, aku bukan bawahannya. Kedua..." July tiba-tiba menghilang

Duaaak! Dummss!

"... jawaban itu yang aku tunggu!" ucap July yang telah berteleportasi sambil memukul orang yang tadi menggunakan sihir teleportasi dari atas menuju kerasnya tanah.

"Kuh... tangkap dia!" seru Knight berzirah hitam itu.

***

Hari mulai menunjukkan warna jingga redup. Suasana kota yang tadinya sangat ramai mendadak menjadi sepi. Desas-desus soal ditemukannya pembunuh asisten pribadi Aster Genos sudah menyebar, yang membuat warga lebih memilih untuk berada di rumahnya agar terhindar jika terjadi konflik dalam skala besar.

Hal ini karena mereka berfikir, mana mungkin ada seseorang yang cukup gila untuk membunuh asisten pribadi Aster Genos sendirian. Akhirnya mereka berasumsi kalau yang membunuh asisten Aster Genos adalah sekelompok penjahat dari kota Theresa, kerajaan Ellia. Selain itu, pasukan keamanan juga memberitakan kalau yang membunuh asisten Aster Genos adalah sekelompok orang-orang gila. Hal ini semakin menguatkan dugaan publik.

Namun, Rain dan para gadis yang baru saja kembali dari padang rumput tadi belum mengetahui apapun mengenai berita ini. Mereka malah berjalan dengan santai seperti sebuah keluarga bahagia.

Tiba-tiba segerombolan pasukan keamanan yang berpakaian knight menghanpiri mereka dan memberikan tatapan tajam. Seketika Shaula dan Restia langsung bersembunyi di belakang Rain dan Chelia.

"Hei!" seru salah satu pasukan keamanan.

"Ya, ada apa?" jawab Rain.

"Kembalilah ke rumah kalian. Kau tidak ingin 'kan keluargamu terbunuh seperti kasus tadi pagi oleh sekelompok orang gila dari Ellia yang tengah berkeliaran?" ucapnya mencoba menakuti.

"Hah? Ellia? Jadi itu alasan kenapa jalanan jadi sepi..." gumam Rain.

"Ya. Jika sudah tau, cepat pergi!"

Tanpa berucap, mereka pergi meninggalkan segerombolan pasukan penjaga itu dengan heran.

'Orang Ellia, huh?'

***

Duuaaarr!

Ledakan demi ledakan mulai menggema di hutan itu. July Caelus, pemuda yang cukup gila untuk menantang enam pasukan penjaga kota Sargas dan dua orang pasukan High Lander, yang bisa dibilang sebagai pasukan elit kota Sargas, keadaannya mulai kacau.

Kemeja putih dan celana cokelat yang sedikit lebih panjang dari lututnya sudah compang-camping akibat tidak kuat menahan arus ledakan yang terus terjadi.

Tubuhnya? Tentunya sudah penuh goresan disana-sini, darah juga mulai mengalir dari pelipis, mulut, hingga pada bagian tubuh lain. Nafasnya juga terengah-engah akibat penggunaan sihir sekaligus Aegis dalam waktu yang lama. Tak lama kemudian, Aegis July menghilang dari genggamannya.

Sementara itu lawan-lawannya juga tidak kalah kacaunya. Mana mereka sudah mencapai titik terendah dengan zirah dan jubah High Lander yang mulai hancur berbagai tempat.

Namun, kali ini Kuantitas menunjukkan dominasinya atas Kualitas.

"Hah... hah... Caelus, kau benar-benar menyebalkan!" ucap Knight berzirah hitam itu.

"Hahaha... k-kalian benar-benar lem-" pandangan July mulai kabur, selain itu tubuhnya juga semakin lemas.

Kesempatan itu diambil salah satu pria yang berpakaian High Lander untuk memukulnya cukup keras. Tentunya itu menjadi serangan penutup.

"D-dengan begini kita dapat satu!" ucap Knight berzirah hitam dengan nada penuh kemenangan.

"Tinggal tiga lagi... tetapi, kita juga belum mengetahui wajah mereka 'kan?" ucap salah satu pria berpakaian zirah putih.

"Well, hanya masalah waktu sampai kita menemukannya. Benar 'kan, July Caelus?" ucap Knight berzirah hitam itu diiringi tawa penghinaan.

'Semuanya... lari dari kota ini...' itu hal terakhir yang dipikirkan July sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.

***

"Bahkan disaat seperti ini mereka berdua terlambat. Sedang apa sih mereka berdua?" gerutu Rain sambil mondar-mandir di kamar tempatnya menginap.

Bahkan gelapnya langit malam yang mulai mengudara tidak bisa menutupi kegelisahan mereka berempat. Entah mengapa meskipun mereka tau kalau July dan Rigel sangat kuat, tapi ada hal yang masih mengganjal di dalam hati mereka masing-masing.

Bagaimana kalau mereka berbuat macam-macam dan tertangkap?

"Tidak mungkin ah... dari kita semua 'kan mereka berdua yang paling berhati-hati dalam bertindak," ucap Chelia yang mencoba menenangkan suasana.

"Emm... aku juga berfikir begitu. Mungkin mereka sedang menunggu di suatu tempat," tambah Restia.

Ya, itu benar. Buat apa mengkhawatirkan orang yang pasti bisa menjaga dirinya sendiri?

"Well, kurasa tidak begitu. Entah mengapa perasaanku tidak enak," ucap Loki yang tiba-tiba sudah duduk manis di punggung kanan Chelia. Namun, wajah lucu ala kucingnya kini berubah menjadi tatapan serius.

"Apa maksudnya?" tanya Chelia.

Loki berbalik menghadap pintu kamar, "Biar dia aja yang jelaskan. Nah, silahkan masuk, Oz!" ucap Loki.

"Kuh... kau memang benar-benar luar biasa ya, Loki," ucap seseorang berambut putih salju dengan kacamata khasnya yang langsung masuk ke kamar itu. Rigel Oz.

"Kak Rigel? Ada apa ini sebenarnya?" ucap Rain yang kelihatan bingung dengan situasi saat ini.

Rigel hanya memberikan senyuman khasnya.

"Sebaiknya kau beri tau apapun yang kau tau. Jika tidak, kau akan berhadapan denganku karena membawa anakku ke dalam situasi yang berbahaya!" ucap Loki dengan tatapan serius dan mengintimidasi.

"Tidak mungkin 'kan aku menantang Tuan Roh yang agung," ucap Rigel disertai senyuman ke arah Loki.

Bzzztt! Crrraack!

Tiba-tiba, pintu yang tepat berada di belakang Rigel terkena sambaran petir berwarna hitam yang tentunya langsung menghancurkannya.

"Peringatan terakhir," ucap Loki dengan tatapan penuh amarah.

"Hei Loki, jangan begitu! Biarkan Kak Rigel menjelaskannya dulu!" ucap Chelia yang mencoba menenangkan Loki.

"Kau tidak tau tentang apa yang sedang disembunyikannya, akupun juga sama. Tapi, aku merasakan hal aneh darinya, karena itu biarkan aku yang mengurus hal ini!" ucap Loki.

Rain dan Restia hanya menepi setelah melihat ketegangan yang tengah terjadi, beruntung Shaula sudah tertidur di kamar sebelah. Mereka tidak tau harus berkata apa.

'Intuisi Roh itu selalu tepat. Apa yang Rigel sembunyikan?' pikir Rain.

"Maafkan atas perbuatanku tadi, Loki. Sebenarnya aku juga tidak ingin menyembunyikannya karena aku membutuhkan pertolongan kalian. Jadi, izinkan aku untuk menceritakan apa yang aku tau," ucap Rigel.

Semua yang ada di ruangan itu hanya bisa menelan ludah. Kecuali Loki dan Rigel yang sama-sama memberikan tatapan serius, seolah mereka akan saling menyerang.

"Pertama, alasan sebenarnya kita kemari bukan hanya untuk bertemu seseorang, tapi juga untuk—"

***

Cie digantung wkwkwk

Btw, ga kerasa udah libur 2 minggu ini cerita :v dan selama itu, viewersnya udah sampai 1K! Sebuah prestasi besar buat ane :v

Semoga masih setia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro