Bab 15 : Itulah kebenaran dan keputusannya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Situasi semakin memanas di tengah terangnya rembulan. Loki, yang tiba-tiba muncul tanpa peringatan, merasa ada yang janggal dengan kunjungan mereka ke Sargas. Kejanggalan tersebut kemudian ia arahkan kepada Rigel yang kini akan membeberkan kebenarannya.

"Pertama, alasan sebenarnya kita kemari bukan hanya untuk bertemu seseorang, tapi juga untuk menggali informasi tentang Aster Genos."

Loki menggernyitkan alisnya, "Untuk apa?"

"Tentu ada alasannya. Aku ingin membebaskan kota ini darinya."

"Jangan berbohong!" geram Loki yang semakin menatap tajam Rigel.

Rigel menghela nafas, "Sudah kubilang, aku akan memberi tau yang sebenarnya 'kan? Lagipula ada alasan lagi kok kenapa aku ingin membebaskan kota ini."

"Aster Genos, tanpa sepengetahuan Yang Mulia Raja Goshel, telah beraliansi dengan Pride. Menurutmu, aku hanya harus diam sambil duduk manis melihat kerja sama yang dapat merugikan kerajaan ini?"

Semua yang ada di ruangan itu menaikkan alisnya dengan ekspresi terkejut.

"Apa buktinya kalau Aster Genos itu beraliansi dengan Celestial of Sin? Pride itu bukan tipe orang yang senang beraliansi kecuali dengan sesama Celestial of Sin," tanya Loki.

"Kau hidup jauh lebih lama dariku. Jadi, kau tau 'kan siapa dan apa yang paling Pride benci? Kebencian kota ini terhadap sesuatu sama persis dengan apa yang dibenci Pride. Apa buktinya masih kurang?"

Bzzzt!

Seluruh tubuh Loki mulai dikelilingi oleh petir hitam, "Kau kira aku sebodoh itu? Alasan macam apa itu?!"

"Loki! Sudah kubilang jaga sikapmu!" ucap Chelia sambil mencubit pipi Loki yang berada tepat di depannya, "Kak Rigel, yang sama itu apa?" sambungnya.

"Diskriminasi pada orang buta. Kota ini dan Pride menganggap seseorang yang buta sebagai sumber kegelapan, yang identik dengan Greed, Celestial of Sin yang paling ia benci," jawab Rigel.

"Eh? Celestial of Sin yang lain?!" ucap mereka semua terkejut.

Aneh... mereka sama-sama perwakilan dari Dosa, tapi kenapa Pride membenci Greed?

Ditengah keterkejutan yang lain, Loki hanya menghela nafas, "Aku masih ragu akan penjelasanmu. Tapi, jika itu benar apa adanya, kenapa sampai membawa mereka?"

"Itu karena aku tidak mungkin bisa membebaskan kota ini sendiri. Aku juga tidak bisa meminta bantuan kerajaan saat ini. Jadi, kalian lah yang bisa kuharapkan saat ini," pungkas Rigel.

Mendengar jawaban Rigel, Loki mulai terlihat tenang, "Bagaimana pun, aku tidak akan mengizinkan Chelia untuk mengikuti keinginan bodohmu."

"Tunggu dulu, alasannya bukan hanya itu 'kan? Juga, apa kau tau dimana July saat ini?" tanya Rain.

Rigel mulai menunjukkan tatapan kosong, "Benar. Yang kedua, aku punya berita buruk."

"Apa itu?"

"July... ia ditangkap."

Seketika, bola mata semua orang yang ada di ruangan itu melebar. Sosok yang dikenal sebagai yang paling berhati-hati dalam bertindak sudah ditangkap? Mereka tidak berfikir kalau July akan sebodoh itu. Kalau begitu...

"Ini... ada hubungannya dengan yang tadi kau bicarakan?" tanya Rain.

"Ya. Bisa dibilang ini salahku."

"Apa yang kau..." Rain tidak dapat meneruskan ucapannya.

Sesaat, Rain berfikir dengan ekspresi geram sekaligus cemas. Lalu,

"Baiklah, kau akan kubantu. Tapi hanya sampai July berhasil kubebaskan," ucap Rain dengan pertimbangan yang matang.

"Ya. Kami juga aka-"

"Tidak. Hanya aku dan Kak Rigel yang pergi. Kalian berdua 'kan harus menjaga Shaula, jadi tolong tetap berada di sini, ya?" ucap Rain memotong ucapan Chelia.

"Heeh? Kenapa Rain memutuskannya sendiri? Aku dan Restia 'kan juga ingin ikut membantu!"

"Ga bisa! Pokoknya kali ini aku aja yang pergi. Kalian berdua harus tetap disini," paksa Rain.

"Kakak..." gumam Restia.

"Jangan! Rain ga boleh pergi sendiri, terlebih ditengah situasi yang seperti ini. Pokoknya ga boleh!" rengek Chelia.

Seketika Rain menghampiri Chelia dan menempelkan keningnya pada kening Chelia, "Kumohon..." ucapnya.

"T-tapi Pride itu 'kan pemimpin dari..."

Entah mengapa Chelia merasa cemas jika Rain pergi, terlebih jika itu ada hubungannya dengan Pride. Restia pun sama. Insting wanitanya mengatakan kalau orang yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri itu akan pergi ke tempat paling berbahaya dari yang selama ini pernah mereka datangi. Loki juga mengetahui maksud Chelia yang ingin mencegah Rain pergi. Tapi ia hanya membiarkan Rain dengan keputusannya itu.

"Aku pasti baik-baik aja! Kalau kita semua pergi, bagaimana dengan Shaula? Lagian 'kan aku bersama Kak Rigel. Jadi, ga perlu sekhawatir itu."

"T-tapi..."

"Baiklah, aku pergi dulu! Loki, tolong lindungi mereka semua ya!" ucap Rain sambil berjalan menuju pintu, disusul Rigel.

"Iya. Tapi, harus ada balasannya ya..." balas Loki yang kemudian diacungi jempol oleh Rain.

***

Malam itu tidak seperti biasanya. Sepi, seakan tidak ada satupun manusia yang tinggal di kota ini. Ditengah itu semua, terlihat dua sosok bayangan yang tengah berlari menembus gelapnya malam dan heningnya suasana kota menuju menara Domas, menara hitam yang tepat berada di tengah-tengah kota.

"Sekarang, ceritakan kebenarannya!" ucap Rain sambil menatap Rigel tajam.

"Bukannya tadi sudah kuberi tau? Itu semua adalah kebenarannya," jawab Rigel.

"Bukan soal Aster siapalah itu, tapi tentang Pride. Pasti ada yang kau sembunyikan bukan?"

"Ujung-ujungnya pasti tentang White Celestial ya? Dengar, kemungkinan Pride beserta bawahannya itu muncul sangat kecil. Jikapun Pride muncul, aku tidak yakin kalau ia akan datang bersama White Celestial."

"Grr... meski begitu kemungkinannya masih ada 'kan?!"

"Ya. Tapi menurutku tidak akan lebih dari 10% kemungkinan ia akan datang. Jadi, tujuan kita saat ini adalah untuk menolong July dan pergi dari tem-"

"Itu sebuah kebohongan bukan?" potong Rain

"A-apanya?"

"Aku tidak peduli jika kau benar-benar mau menolong July atau tidak, itu karena aku pasti akan menolongnya. Tujuanmu ke tempat itu bukan hanya itu, 'kan?"

"Kau tau? Ucapanmu barusan cukup keren loh," puji Rigel sambil sedikit terkekeh, "Yah, siapa yang tau kalau tujuanku bukan itu?" sambungnya.

Rain mulai geram dengan tingkah Rigel, "Ini alasan aku tidak mengajak mereka. Entah mengapa aku tidak bisa mempercayaimu, bahkan sejak pertama kau bertemu denganku 2 tahun yang lalu."

"Well, itu sih terserah. Toh aku tidak peduli jika kau mempercayaiku atau tidak. Justru aneh bukan? Kau yang tidak percaya padaku malah pergi sendirian bersamaku ke tempat yang mungkin saja jebakan bagimu."

Entah terpancing emosi atau apa, Rain langsung menarik kerah baju Rigel sambil menghantamkan tubuhnya ke sslah satu rumah yang ada di dekat mereka.

"Itu semua karena White Celestial! Jika kau tidak datang sambil membawa kabar itu, mungkin aku tidak akan melakukan ini!"

"Lihat, tujuan kita yang sebenarnya juga berbeda. Kau tidak benar-benar ingin menyelamatkan July bukan? Akupun juga sama. Aku tidak benar-benar akan membebaskan kota ini. Keputusanku kedepannya tergantung dengan situasi yang ada nantinya!"

Duaak!

"Jangan berbicara seolah kau tau apa tujuanku!" ucap Rain sambil memukul wajah Rigel cukup keras.

"Jika Chelia dan Restia, ditambah July dan Shaula dalam bahaya, apapun itu pasti akan kulakukan untuk menolong mereka. Bahkan jika harus membunuhmu saat ini juga!" sambungnya.

"Dengar, akupun bisa berkata seperti itu. Bahkan, aku bisa membunuhmu dalam 3 detik!" balas Rigel sambil memegangi kerah baju Rain dan...

Duaak!

"Kita harus bekerja sama disini. Jadi, tolong hilangkan keegoisanmu untuk kali ini saja! Ini juga untuk kebaikan mereka, terutama July 'kan?!" bentak Rigel setelah membalas pukulan Rain.

Sambil menyeka pipinya yang terkena pukulan Rigel, Rain membalas, "Bukannya kau juga sama egoisnya denganku?! Berhenti bertingkah seolah kau pemimpin disini!"

"Kau ini..."

Di tengah perkelahian mereka, tiba-tiba muncul tiga orang berpakaian High Lander dengan topeng berwajah aneh di depan mereka.

"Hahaha... Tun Rigel, anda harus melihat betapa memalukannya diri anda saat ini. Untuk apa mengurus orang lemah seperti dia?" ucap orang yang berada di tengah. Tubuhnya sangat besar dengan ekor serigala berwarna coklat terang. Suaranya juga terasa berat seperti milik...

"Giemma?!" kaget Rain dan Rigel.

***

"Kenapa Loki membiarkan Rain pergi begitu aja? Bukankah Loki tau kalau Kak Rigel sedang dalam posisi tidak bisa dipercaya?!" tanya Chelia yang sedikit kesal pada Loki yang kini tengah melapisi kamar mereka dengan lapisan hitam pada lantai yang menyambarkan petir hitam.

"Itu keputusan Rain. Karena itu, aku lebih memilih menghargai keputusannya daripada menentangnya," jawab Loki dengan dingin.

"Tapi, kenapa Loki juga tidak mengizinkan kami pergi?!"

"Kau mungkin tidak akan mengerti. Aku hidup jauh lebih lama dari kau, anakku. Jadi, biarkan orang tuamu mengatur hal yang boleh kau lakukan dan yang tidak boleh kau lakukan."

"I-itu..."

"Tunggu sebentar, kenapa Loki juga tidak membiarkan ku pergi?" singgung Restia yang tengah meletakkan tangan kanannya ke dagu.

"Yah, bisa dibilang karena Rain yang memintanya. Walaupun itu tidak sepenuhnya benar, sih."

"Apa maksudnya?"

"Anggap saja kalau aku mulai tertarik padamu. Hal itu juga berlaku buat gadis kecil itu," jawab Loki sambil menunjuk Shaula yang masih tertidur.

Ucapan Loki membuat Restia sedikit tersipu. Itu wajar saja. Sebab, mendapat perhatian dari Roh yang merupakan eksistensi lain dari Mana yang terkumpul di alam merupakan sebuah kehormatan dan kebanggan tersendiri. Namun, itu tidak menampik kemungkinan kalau ada hal lain yang disembunyikan Loki. Setidaknya, itu yang dipikirkan Restia.

"E-eeh...? A-ada apa ini? Kenapa ada banyak suara gumuruh?" kaget Shaula yang tiba-tiba terbangun.

"Ah, maaf membangunkanmu. Tapi, sekarang situasinya sidikit rumit untukmu," jawab Loki dengan nada khas kucingnya.

"Rumit? Memangnya apa yang terjadi, Tuan Roh?"

"Panggil aja aku Loki. Ah iya, kau tau 'kan artinya rumit? Nah, karena itu akupun juga tidak mengetahuinya secara utuh," jawab Loki yang mencoba mengelabui Shaula.

"Eeh... kalau begitu 'kan aku jadi penasaran." ucap Shaula kecewa, "Oh iya, omong-omong sekarang jam berapa?"

"Ini sudah larut malam. Lebih baik Shaula pergi tidur lagi ya sama Restia?" tawar Chelia.

"Tidak deh. Aku 'kan sudah tidur sejak sore, jadi tidak mungkin aku tidur lagi. Lagipula, aku mau bertemu Kak Rain. Dia di kamar sebelah 'kan?"

Mendengar pertanyaan Shaula, mereka bertiga saling menatap satu sama lain. Raut wajah bingung juga mulai nampak. Ini masalah mereka, jadi mereka tidak bisa melibatkan Shaula, bahkan walau hanya memberi taunya tentang masalah ini. Tidak memberi taunya juga bisa berakibat buruk.

Lalu, apa yang harus mereka lakukan?

***

Cerita mulai absurd dari sini :v Thor udah gila gara-gara ada beberapa hal terlewat :v tapi, dengan beberapa liburan dan pemikiran ekstra keras mungkin bisa diatasi. Beberapa bab kedepan mungkin up-nya bakal lama, berhubung mau tahun baru + beberapa kesalahan :v

Baiklah, kita cukupi aja permainan kata 'Beberapa' ini wkwkwk

Jangan lupa vote dan commentnya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro