15. Future Generation (Puri)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama : Puri Gelambir
Jurusan :
1. Romance – Adult
2. Science-Fiction

❤❤❤

Bumi, tahun XXXX. Seratus tahun pasca Coroma-2020.

Planet bumi di tahun 2020 setelah masehi, wabah mengerikan menyerang bumi, pandemi yang dinamakan Coromo-2020 menghantam telak peradaban umat manusia, menampar keras wajah angkuh pemimpin dunia yang mengaku adidaya, menjadikan aktivitas manusia sepenuhnya lumpuh.

Selalu ada hikmah di balik musibah.

Wabah yang juga disebut sebagai seleksi alam terbesar sejak zaman dinosaurus dipunahkan oleh kentut T-Rex benar-benar telah menyingkirkan sebagian besar umat manusia---para manusia bodoh serakah perusak bumi.

Berkat Coroma-2020, sekalipun bumi kehilangan nyaris 80% populasi yang menghuninya, bumi juga mendapat efek positif yang sangat luar biasa. Bumi mendapat kesempatan untuk memulihkan diri setelah dirisak habis-habisan oleh manusia tidak tahu diri---sudah diberi tempat untuk hidup, bukannya berterima kasih, malah membuat bumi nyaris lumpuh.

Dekade pertama pasca wabah berhasil diatasi, hanya tersisa umat manusia pilihan di bumi ini, yaitu mereka yang takut mati, bersembunyi jauh di dalam ruang bawah tanah, menjauh sejauh-jauhnya dari manusia lain yang membawa penyakit dalam tubuh mereka, dan mereka yang memiliki kekebalan alami terhadap serangan virus, kaum anak-anak yang belum genap berusia sepuluh tahun.

Pada dekade kedua, manusia yang memiliki kekebalan alami mulai beranjak dewasa. Peradaban yang ditinggalkan perlahan-lahan mulai dibangkitkan kembali.

Manusia menghadapi tantangan baru.

Bagaimana mempertahankan eksistensi manusia yang sudah berkurang drastis?

Masa iya peradaban manusia dikalahkan oleh kucing yang semakin bertambah banyak jumlahnya?

Solusi untuk permasalahan yang dianggap rumit ini sebenarnya sangat sederhana.

Saat ini, di sebuah kamar yang disebut sebagai ruang pembuahan, sepasang manusia tengah menjalankan kewajiban mereka untuk menghasilkan individu baru.

"Ahhnn ... ahnn ... ahnn ...."

Suara desahan, rintih tertahan, dan juga deru napas memburu mengisi ruangan yang hanya berisi sebuah tempat tidur berukuran lumayan besar. Suara derak kaki ranjang yang harus menahan beban dua manusia yang bergerak liar di atasnya juga sesekali menggema di sela suara erangan.

Di luar ruangan, beberapa pasang mata saksama mengamati lewat layar berukuran 42 inch.

"Berapa persen tingkat keberhasilan pasangan ini?"

Tidak ada jawaban, hanya sebuah papan berisi lembaran kertas berisi data dan angka disodorkan di depan hidungnya.

Lelaki berusia 30 tahunan menerima berkas, menatap intens deretan angka pada kertas laporan.

"Tingkat kesuburan, 90% untuk yang wanita, 100% untuk yang pria. Hmm ... diakah si pria legendaris itu?"

"Mm."

"Begitu rupanya. Sudah wanita keberapa?"

"Dua puluh."

Suara siulan menyahuti jawaban yang diberikan oleh wanita muda yang masih tak mengalihkan pandangan mata dari layar.

Gerakan-gerakan yang ditampilkan di layar semakin bervariasi. Sebelah kaki jenjang si wanita diangkat ke atas bahu si pria, semakin jelas memperlihatkan bagian tubuh mereka yang terhubung. Gerak pinggul pria yang kadang cepat dan kadang lambat membuat mata wanita membelalak dan terpejam, mulut tak henti mengeluarkan suara yang membuat si pria kian bersemangat dalam menggoyang tubuh tanpa daya di bawahnya.

"Hmm ... apa kamu mengenalnya, Clara?"

Dengkusan kesal menjawab pertanyaan yang dianggap menyinggung ranah pribadi.

Bukan tanpa alasan dia bertanya begitu. Pria legendaris yang tengah mereka amati, meskipun tengah giat menggumuli tubuh indah wanita yang ditindihnya, arah pandangan matanya jelas tidak tertuju pada si wanita yang tengah merintih nikmat. Matanya tanpa henti terus melirik ke arah kamera terpasang, seperti sangat tahu siapa yang tengah mengamatinya dari balik lensa kamera pengintai. Lidah yang menjilati bibir juga tampak seperti sengaja menggoda.

Nah. Lihat. Lagi-lagi dia menatap lurus ke arah kamera. Wanita di bawah tubuhnya, menggelapar bagai ikan tanpa air, sama sekali tidak dia acuhkan, malah tersenyum samar penuh arti.

"Clara? Kamu tidak melanggar aturan, bukan?"

"Ck! Demetri, tidak usah mengingatkanku soal aturan di saat kamu sendiri melanggar aturan dengan meniduri gadis sample nomor sepuluh."

"Opps! Maaf. Maaf. Aku lupa kalau semua gadis di fasilitas ini di bawah pengawasanmu."

Malas berdebat panjang, Clara lagi-lagi hanya mendengkus sebal.

"Arghh ...."

Erangan panjang terdengar. Akhirnya selesai juga. Pria itu akhirnya melepaskan benihnya ke dalam rahim si wanita setelah bergumul lebih kurang ... empat puluh lima menit.

Sialan!

Semakin lama, semakin tinggi saja stamina si pria legendaris itu.

Di awal dia memasuki fasilitas pembuahan ini, dia hanya bertahan sepuluh menit. Setelah lima wanita yang dia buahi semuanya menunjukkan hasil positif, pria ini mulai mendapat perlakuan khusus. Ketika sepuluh wanita dipastikan mengandung, dia semakin mendapat keistimewaan. Mendapat ruang pribadi dengan segala kenyamanan yang dia inginkan. Dan Claralah yang harus mendengarkan segala permintaan dan tuntutan yang kian lama kian keterlaluan.

Apa boleh buat.

Di saat spesies homo sapiens sedang terancam punah, umat manusia membutuhkan pejantan yang mampu membuahi sel telur wanita.

"Lucu sekali. Melihat sikap angkuhnya, aku benar-benar diingatkan kalau zaman dahulu kala, di saat angka bertahan hidup manusia masih rendah, manusia pilihan yang menjadi pemimpin suatu kerajaan juga seperti dia, memiliki kewajiban membuahi banyak wanita, menghasilkan sebanyak mungkin keturunan yang diharapkan bisa menjadi bibit unggul generasi mendatang. Ah, aku ada ide. Bagaimana kalau mulai sekarang, kita sebut dia 'Kaisar'?"

Clara memutar bola mata. Dimitri terkekeh melihat reaksi yang sudah bisa diduganya.

Sejak diputuskan memiliki tingkat kesuburan hanya 10%, Clara yang memang sejak awal lebih tertarik menjadi peneliti mengembuskan napas lega, dia tidak perlu menjadi salah satu dari wanita yang harus dibuahi oleh pria tak dikenal hanya demi melanjutkan kelangsungan hidup umat manusia.

Bukannya Clara tidak peduli pada kelestarian spesiesnya, buktinya, dia berada di fasilitas yang dibangun khusus untuk memantau mulai dari proses pembuahan hingga generasi baru terlahir ke dunia---fasilitas bernama Rumah Sakit Ibu dan Anak. Clara hanya skeptis dengan alasan para wanita yang bersedia dibuahi.

Benarkah demi tujuan yang sangat mulia? Atau hanya demi mendapat kenyamanan hidup selama tinggal di dalam fasilitas?

Meskipun wabah sudah sepenuhnya bersih dari muka bumi, kehidupan manusia tidak langsung membaik. Generasi manusia yang terbiasa hidup manja hampir tidak mampu berfungsi secara efektif. Lebih banyak menjadi parasite, berharap dari orang lain.

Biarlah. Apa pun tujuan mereka, sama sekali bukan urusan Clara.

Tangan lentik mematikan layar, bangkit berdiri dari kursi yang sudah terasa panas saking lamanya diduduki.

"Tinggal memastikan sel telur yang telah dibuahi tidak mengalami masalah. Dimitri, pastikan tidak ada data yang salah."

Benar. Mereka harus benar-benar teliti dalam mendata individu baru yang terlahir.

Masalah lain bagi umat manusia saat ini adalah; memastikan kalau generasi berikutnya tidak berasal dari sel sperma yang sama, atau ... umat manusia akan kembali menghadapi masalah baru.

Jangan sampai generasi micin di tahun 2020 yang sudah disapu bersih oleh Coroma-2020 kembali terlahir di era yang baru ini.

Generasi cacat genetika.

-Selesai-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro