14. Carla, Rean dan pasukan cari besi bekas (Febrianty)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama : Febrianty Maria
Jurusan:
1. Teenfiction
2. Humor

❤❤❤

Seorang guru berambut hitam sedang menjelaskan beberapa materi pelajaran Biologi didepan sana. Semua murid kelas XI MIPA 4 nampak memperhatikan dengan seksama penjelasan guru tersebut, sebab mereka tak mau nilai mereka anjlok saat ujian post test diakhir pelajaran. Lain halnya dengan Carla dan Nita. Mereka berdua sama sekali tidak memperhatikan penjelasan guru yang notabanenya adalah tetangga Carla. Mereka nampak sibuk berbincang suatu hal yang menurut mereka lebih penting dari pada pelajaran Biologi.

"Gue juga curiga sama Rean sih,"

Carla yang mendengar perkataan Nita hanya manggut-manggut. Sedang menunggu perkataan Nita selanjutnya.

"Gue rasa emang dia cowok yang lu selamatin waktu itu. Masa yah, tiba-tiba aja dia langsung dekat sama lu gitu. Itu kan ga mungkin. Mana si Rean cakep bat lagi," jelas Nita membuat Carla memicingkan matanya.

"Jadi menurut lu, gue ga sepadan gitu sama dia nit?" ujar Carla mulai naik pitam. Nita yang melihat wajah merah Carla langsung menelan salivanya takut.

"Iya sih. mana gue buriq gini lagi. Dekil lagi,"

Nita mengangkat satu alisnya lalu bernafas lega karena ternyata Carla sadar diri juga,

"Udah lupain masalah kedekilan lu. Jadi, sekarang lu mau cari tau soal Rean dengan cara lu dekatin dia terus gitu?" tanya Nita antusias.

Carla langsung bersedekap dada. Percaya diri dengan apa yang akan dikatakannya selanjutnya. "Yes Nita. You so smurt girl,"

"Smart girl, please la. Kalau ga bisa ngomong bahasa Inggris, lebih baik jangan deh. Kasian orang Inggris nanti nangis dengar lu ngomong," sanggah Nita mempebaiki perkataan Carla. Carla yang mendengar itu hanya memanyunkan bibirnya. Sudah berapa kali Nita mengejeknya, huh sungguh menyebalkan.

"Iya dah iya. Yang bego dalam segala hal mah, ngalah," ujar Carla mengalah. Hal tersebut membuat Nita tersenyum bangga.

Plakk

Sebuah penghapus melayang tepat didahi Carla, membuat sang pemilik dahi mengaduh kesakitan.

"Siapa suruh kalian berdua bercerita disitu?"

Suara Pak Eddy-Guru Biologi itu mengelegar diseluruh ruangan yang tadinya dalam keadaan hening. Lantas semua siswa menoleh pada Carla dan Nita yang duduk dibangku baris kedua. Nita menunduk takut. Berbeda dengan Carla yang ingin marah tapi ia tahan. "Kami sendiri pak,"

Seisi kelas melonggo mendegarkan jawaban Carla. Nita langsung melotot pada Carla, agar segera diam daripada mereka akan disuruh keluar dari kelas.

"Kalian berdua keluar, pergi bercerita diluar sana!"

Carla bangkit berdiri sudah malas mendengar ocehan guru biologi tersebut. Ditatapnya sang guru yang sedang menatap balik kearah Carla. Bukan benih-benih cinta yang tumbuh melainkan benih-benih permusuhan. Gue bakal laporin emak gue. Tunggu aja lu pak. Awas aja kalau lewat depan rumah gue. Gue culik nanti, -batin Carla.

Sedangkan pak guru yang ditatap hanya memutar matanya, seperti mengatakan hellow bapak ga takut kale. Paling-palingan nanti istri saya yang adu mulut sama emak kamu tuh,

Merasa kesal dengan tatapan sang guru, Carla langung menarik tangan Nita untuk segera keluar dari kelas.

"La, ga papa nih? Nilai kita nanti gimana?" tanya Nita khawatir setelah keluar dari kelas.

"Tenang aja. Entar malam kalau lu liat ambulance masuk perumahan gue berarti si pak Eddy udah digebukin sama emak,"
Nita mengangga mendengar kalimat santai yang keluar dari mulut Carla. Sedangkan Carla hanya menyengir kuda sambil menunjukan senyum asam-asamnya.

***

Kantin nampak ramai dengan berbagai siswa yang berlalu-lalang memesan makanan maupun yang sedang mencari tempat untuk duduk. Disinilah Daffa sekarang. Sedang memainkan ponsel dengan tiga mangkok bakso yang sudang tersaji manis didepannya. Bukan, semua itu bukan untuk Daffa. Melainkan untuk pasangan baru yang sedang bermesra-mesraan diambang pintu kantin sana.

"Oy!" teriak Daffa sambil melambaikan tangannya agar dua makhluk tersebut dapat melihatnya. Selang beberapa saat, dua orang tersebut sudah berdiri dihadapan Daffa, dengan si cewek yang sedang menggandeng manis tangan sang cowok.

"La, bisa lepasin ga tangannya si Rean? Dia risih tau," kata Daffa yang tak tega melihat ekspresi Rean yang sangat kesusahan.

"Iya nih, keringat lu bau, bikin gue pusing," tambah Rean sambil berusaha mendorong Carla menjauh dari dirinya.

Carla memanyunkan bibirnya, "Yaudah, Carla lepasin. Tapi bebeb Rean harus duduk disebelah Carla," pintah Carla seperti anak kecil. Itu sangat berbeda dari sikap aslinya.

Rean mengangguk mengiyakan. Daripada Carla terus nempel pada dirinya, lebih baik seperti ini saja.

"Silahkan makan tuan dan nyonya! Babu kalian sudah memesan bakso kesukaan kalian," ujar Daffa dengan ekspresi melayaninya yang dipaksakan.

Carla tersenyum. Ternyata kembarannya sangat bisa diandalkan.

"La, kan baksonya ada tiga nih. Satu buat gue yah?" ujar Daffa dengan ekspresi memohon. Carla melihat sebentar kembarannya yang seperti orang kelaparan itu. Kemudian ia yang tak tega langsung mengiyakan perkataan Daffa.

"Thankss, sister ngesottt,"

Dengan cepat Daffa melahap baksonya. Setelah mengatakan kalimat tersebut, ia takut jika Carla berubah pikiran dan mengambil lagi baksonya. Tapi, reaksi Carla hanya menggigit pelan bibirnya dengan tatapan tak suka. Daffa beruntung kali ini.

"Ohiya kak. Lu tau ga nama cucu nek ina?Tetangga sebelah yang rumahnya warna pelangi itu," ujar Daffa disela-sela acara makannya.

"Ga tau, emang kenapa?" sahut Carla nampak antusias. Jika berbicara soal Nek Ina maka, kedua kembaran itu sangat antusias. Sebab kisah keluarga nenek itu sangat pas untuk menjadi bahan gosip Carla dan keluarganya. Itu sangat menyenangkan menurut mereka.

"Masa yah nama cucunya, sera, sero, siri, sama sendok. Hahaha, masa iya nama cucu terakhirnya sendok,"

Tawa Daffa dan Carla pecah. Penjelasan Daffa mampu membuat Carla tertawa sampai memukul-mukul Rean yang berada disebelahnya. "Carla, bisa ga kalau ketawa mukul meja aja. Ini badan gue sakit woy," protes Rean tak terima tubuhnya digunakan sebagai bahan pukulan Carla. Mana pukulan Carla keras lagi.

Tawa Carla semakin pecah. Bahkan ia sampai menendang-nendeng kaki Rean. Daffa yang melihat itu langsung menghentikan tawanya. "La, biasa aja dong tawanya. Gue tau kalau lu biasa ketawa emang suka mukul-mukul. Tapi biasa aja dong, jangan sampe nendang Rean gitu,"

Plak plak plakk

Daffa terdiam. Kepalanya baru saja menjadi tempat mendaratnya pukulan keras Carla. Lebih baik ia seperti ini, diam saja.

"Makanya jangan bikin gue ngakak. Masa iya cucu terakhir nek ina namanya sendok?hahaha, " ujar Carla masih diselingi tawa cemprengnya.

"Iya keknya. Ehh bukan, sendo keknya namanya. Tapi keknya sendok deh. Soalnya kemarin emak bilang gitu. Makanya kemarin gue nambahin gini 'sekalian cucu-cucunya dinamain piring, gelas, garpu, panci, kuali, galon, kompor. Biar jadi keluarga Sunlight. Bersih bersinar Sunlight,' " jelas Daffa dengan tangan yang dilambaikannya seperti spongebob yang membuat pelangi.

Tawa Carla semakin pecah. Kini dirinya sudah memukul meja sampai bunyi sendok dan mangkok yang bertabrakan semakin menarik perhatian banyak orang.

"Hahahaha, keluarga sunlighttt, hahaha" tawa Carla kembali pecah. Ia kembali memukul Rean. Membuat Rean berteriak meminta tolong.

"Siaga 1, siaga 1. Ambil Panci Daf, selamatkan gue!"

***

"KA CARLA! OOOOO, KA CARLA,"

Carla meletakan cemilan dimeja begitu ada orang yang memanggilnya dari luar Rumah. Segera ia berlari kecil keluar untuk menemui tamu tak diundangnya.

"Oh, jalan sekarang nih?" tanya Carla begitu melihat anak-anak lelaki yang sedang menunggunya diluar rumah Carla.

"Kagak kak. Tunggu merek Gucci ganti nama jadi Kendi dulu,"

Perkataan ngawur seorang anak laki-laki dengan jambul dikepalanya itu membuat Carla tertawa kecil. "Oke, kalau gitu kita tunggu dulu tuh Gucci ganti nama merek jadi Kendi yah," ujar Carla santai lalu bersandar dipintu rumahnya.

"Ihh, ka Carla jangan becanda. Kita lagi sibuk nih. You know kak?" timpa seorang anak laki-laki yang lainnya lagi dengan tangan yeng menunjuk-nunjuk pergelangan tangannya seolah ia sedang memakai jam bermerek. Padahal ditangannya cuman ada karet gelang bekas ikatan nasi goreng.

Carla berdecih, lalu tersenyum miring. "Sibuk apaan sih? Palingan kerjaan kalian tuh cuman nyari upil, main bola, main lumpur, main bonekaan. Belajar aja kagak, sok sibuk kalian,"

Merasa tak terima dengan pernyataan Carla yang memang benar adanya, mereka mulai menampakan wajah marah yang justru menurut Carla sangat jelek untuk anak-anak seusia mereka.

"SADAR DIRI KAK! LIAT CERMIN SANA!" teriak anak-anak tersebut membuat Carla tersentak kaget.

"Iss berisik. Yaudah, kak Carla ambil karung dulu," kata Carla membuat anak-anak tersebut nampak senang. Segera Carla masuk kedalam rumahnya dan mencari karung digudang belakang rumahnya. Setelah mendapat karunh tersebut Carla segera kembali pada anak-anak lelaki tadi.

"Joo kita pergi cari besi bekas," kata Carla begitu menutup pintu rumahnya dan langsung memimpin anak-anak tersebut untuk mencari apa yang namanya besi bekas.

***

"Ka, aku nemuin besi berat bat nih," ujar seorang anak laki-laki lalu memberikan sebuah besi yang sudah karatan pada Carla.

"Wihh Daebakk. Pintar pintar, ayok nyari yang banyak lagi. Ingat yah, jangan ambil besi yang ada di halaman rumah. Ambil yang ada ditempat sampah aja. Oke?" jelas Carla dan mendapat acungan jempol dari anak-anak tersebut membuat Carla tersenyum.

Sibuk mencari-cari besi bekas tersebut, tak sadar baju Carla terkena noda tanah membuatnya terlihat seperti 'gelandangan' apalagi dengan karung yang dipikulnya dipundak. Pantas saja Nita menyebutnya dekil. Memang itu kenyataanya.

"Carla!"

Carla menoleh kesumber suara yang memanggilnya. Didapatinya Rean yang sedang berada didalam sebuah mobil berwarna merah. Ah, Rean ini sepertinya memang benaran holkay. Hapir setiap Carla melihat Rean menggunakan mobil yang berbeda.

"Ehh, my bebeb Rean. Kenapa manggil?" teriak Carla karena posisi mereka yang sedikit berjauhan.

Mobil merah tersebut melaju mendekati Carla membuat Carla menyingkirkan keringat di wajahnya menggunakan tangannya yang kotor. Justru hal itu membuat tampilan Carla 100% mirip gelandangan.

"Ga disangka, setelah lu pensiun dari pekerjaan tipu menipu. Lu jadi pemulung gini, ga ada kerjaan lain kah?" ujar Rean membuat Carla melototkan matanya.

"Jangan ngelotot gitu. Muka lu tambah gembel jadinya,"

Shitt, Memang benar mulut Rean tidak pernah disumpal. Tak ingin memarahi Rean, Carla kembali menampilkan senyum asam-asamnya.
"Ini juga, Demi kau dan si buah hati terpaksa aku harus begini,"

Carla melantunkan nyanyian jaman dulu membuat Rean memundurkan wajahnya. "Lu ga sikat gigi yah la?"

Carla tersentak kaget mendengar pernyataan Rean. Apa-apaan Rean ini? Waitt, apakah ada cabai atau sayuran di gigi Carla lagi?

"Toni, oy sini sini!" teriak Carla memanggil salah satu pasukan cari besi bekasnya.

"Apa?" kata anak tersebut begitu mendekati Carla.

"Oh, ternyata lu juga nyulik anak-anak biar kerja sama lu jadi pemulung yah? Dosa Carla dosa,"

Rahang Carla mengeras. Jika saja ia tidak ingat rencananya maka sudah dari tadi Carla memukul Rean. Rean ini tidak tau kejadian sebenarnya main fitnah saja.

Rean nampak menampilkan smirk khas menyebalkannya. Ia akhirnya bisa membalas dendam dengan membuat Carla kesal seperti ini lagi.

"Ton, ada cabai ga atau sayuran di gigi gue?" tanya Carla pada anak lelaki itu sambil menunjukan giginya.

"Gigi lu kuning kak," kata anak tersebut dengan polos-polosnya. Carla memasang wajah mengancamnya tak terima dengan pernyataan Toni yang kelewatan jujurnya. Sedangkan Rean, ia sudah tertawa melihat interaksi dua makhluk didepannya ini.

"Hehe, masa iya sih?" ujar Carla berusaha menutupi aibnya dengan mendekat pada Toni dan mencubit pelan lengan anak itu.

"Iya. Nafas kak Carla juga bau,"

"Bhakakakakaka,"

Rahang Carla kembali mengeras. Toni ini tidak bisa diajak kerja sama. Liatlah Rean sudah tertawa sampai-sampai Carla bisa memastikan kalau gusinya akan terlepas.

"Ternyata yang tadi gue cium itu benaran nafas lu. Hahahahaha," ujar Rean diselingi tawa. Ia nampak bahagia membuat Carla kesal.

Carla melambaikan tangannya pada Toni agar segera mundur. Dilihatnya Rean yang masih tertawa, ia sudah tak bisa menahan tangannya untuk memukul Rean. Tapi, Rean yang menyadari itu bergerak lebih cepat. Mobil Rean sudah melaju meninggalkan Carla dan pasukan 'Cari Besi bekasnya'.

"Guys! SERANG DIA!" teriak Carla memerintah.

Dengan segera pasukannya mengambil beberapa sampah disekitar mereka untuk dilemparkan pada mobil Rean yang perlahan sudah menjauh. Tiba-tiba mobil Rean berhenti.

"Woy, lu ngapain ngehasut anak-anak itu?" teriak Rean dan masih bisa didengar Carla. Sementara itu anak-anak tersebut terus melepar sampah pada mobil Rean hingga bagian belakang mobil Rean terlihat kotor. Itu membuat Carla kembali menampilkan senyum asam-asamnya.

Plakkk

Carla terdiam. Ada rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang kepala belakangnya. Ah, benar lebih tepatnya sesuatu mengantam kepalanya dari belakang.

Carla berbalik badan perlahan-lahan. Dilihatnya Toni yang sedang memegang sebuah sepatu bekas. Ia nampak sedang nyengir kuda dengan wajah penuh kepolosan.

"Ga sengaja kak, salah sasaran," kata Toni sambil nyengir lagi berharap ia segera menghilang dari hadapan Carla.

"Bhakakakakaka,"

Tawa Rean kembali pecah melihat kejadian tersebut. Seketika aksi lempar-lempar sampahnya pun berhenti. Semuanya sudah tau apa yang akan terjadi jika seperti ini. Darah Carla sudah mendidih. Ia ingin berteriak sekencangnya.

"TONI SIALANNNNNN,"

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro