28. Because You (Nazywa)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama: Nazywa Suci Nurainaya
Jurusan:
1. Roman (Young Adult)
2. Teenfiction

❤❤❤

Pulang sekolah adalah hal yang sangat dinantikan oleh para siswa-siswi. Lain halnya dengan sekarang, ini adalah hari terakhir mereka berasa di SMA ANTARIKSA 2 karena mereka sekarang sedang melaksanakan perpisahan. Nilai rapor semester pun kini sudah dibagi kepada siswa-siswi.

Nazira Syakilla, adalah salah satu siswi di SMA swasta itu. Dengan bangga dia memperoleh nila rapor yang kebanyakan terakreditasi A di semua bidang mata pelajaran. Dia akan menunjukkan hasilnya kepada kedua orang tuanya nanti ketika sudah ada dirumah.

Pada perpisahan itu kedua orang tua Nazira tidak bisa datang ke acara perpisahan sekolahnya itu karena mereka berdua disibukkan dengan pekerjaannya. Akhirnya Nazira meminta Bi Sari, pembantu nya untuk mengambil rapor nya.

Sepulang sekolah, Nazira menjumpai bundanya yang berada di ruang tamu yang masih berkutat dengan laptopnya. Dengan senyuman yang merekah dia menghampiri bundanya.

"Bunda," panggil Nazira.

"Eh udah pulang?" Tanya Arum, bundanya.

"Udah Bun," Nazira duduk disebelah Arum. "Bunda lihat deh rapor Nazira, nilai aku A semua nih." Kata nazira sambil membuka rapornya.

"Oh ya bagus kalau begitu." Respon Arum yang masih fokus ke laptopnya.

"Bunda gak lihat dulu nilai rapor aku?" Tanya Nazira.

"Nanti dulu ya sayang, bunda sibuk."

"Sebentar aja kok Bun... Lihat deh." Nazira tidak patah semangat dalam membujuk bundanya.

"Kamu gak lihat apa bunda lagi banyak kerjaan? Nilai kamu A ya sudah gak usah sombong. Bunda juga sudah bilang bahwa nanti juga bunda akan lihat. Sekarang kamu masuk kamar gih! Bunda mau balik kerja." Kata Arum yang meninggikan suaranya.

Nazira tersenyum kecewa, "Ya sudah bun, maafin Nazira. Nazira ke kamar sekarang." Akhirnya dengan rasa kecewa Nazira melangkah gontai menuju kamarnya.

"Setelah ini aku akan melanjutkan kuliah kemana ya?" Monolog Nazira.

"Em... Aku akan tanya ayah saja nanti dimana kuliah yang bagus." Kata Nazira lalu masuk kedalam kamarnya.

Nazira mengganti pakaiannya dengan baju rumahan. Setelah itu dia bermain handphone dan membuka media sosialnya. Ada pesan yang belum dia baca dari nomor seseorang. Dari Ilyas, ya dia adalah teman sebangku disekolah.

Ilyas: P

Ilyas: woy

Nazira: ape bro

Ilyas: udh plg?

Nazira: dah

Ilyas: gmn hasil rapor lu?

Nazira: bagus dong gue gitu lo (emoticon ketawa miring)

Ilyas: dih

Iyas: mau kemana setelah ini?

Nazira: belum tau.

Nazira: bentar, gue ke dapur dulu. Gw haus.

Nazira mematikan handphone nya. Dia melangkah menuju dapur untuk mengambil susu dingin di lemari es. Setalah itu dia berjalan menuju kamarnya. Di perjalanan Nazira mendengar suara orang bertengkar dari kamar orang tuanya. Karena takut terjadi apa-apa Nazira berhenti sebentar lalu mendengarkan suara-suara dari dalam kamar.

"Kenapa jas kerja kamu berbau minyak wangi perempuan?" Tanya Arum, bunda Nazira.

"Jawab! Kenapa kau diam saja?"

"Itu parfum sekretaris aku," Jawab Gangsar, ayah Nazira.

"Kenapa dia bisa bersama mu!?" Tanya Arum yang meninggikan suaranya.

"Karena itu bukan urusan mu."

"Apa!? Bukan urusanku? Jelas-jelas urusan ku karena kamu suamiku."

Nazira mendengarkan itu semua tanpa sadar Nazira menyenderkan kepalanya di pintu. Sialnya pintu tidak dikunci dan otomatis pintu terbuka dan menampakkan Nazira. Arum dan Gangsar pun kaget sama halnya dengan nazira.

"Sedang apa kau disana? Apa kau menguping?" Tanya Gangsar.

"Dasar anak tidak tahu diri, apa bunda pernah mengajarkan mu seperti itu?!"

"Aku cuma butuh perhatian bun, yah... Aku ingin diperhatikan seperti teman-teman ku yang lain." Nazira mulai terisak-isak. "Kenapa ayah juga memilih wanita pelakor busuk itu? Apa ayah tidak sayang sama Nazira?!"

'PLAK!' Gangsar menampar pipi gadis kecilnya ini yang membuat Nazira terjatuh dilantai.

"Kau masih anak kecil ini urusan orang tua bukan urusan mu!" Bentak Gangsar, ayahnya.

"Tapi ada hak aku ayah! Aku anak mu! Aku butuh perhatian mu!" Kata Nazira.

"Dan kenapa ayah marah ketika wanita itu aku sebut sebagai pelakor?" Lanjutnya.

"Kenapa ayah diam?"

Nazira tertawa meremehkan. "Oh mungkin ayah lebih mencintai wanita itu daripada anak ayah sendiri!" Nazira meninggikan suaranya 2x lipat.

"Ayah harus sadar! Aku anak ayah! Dan bunda istri sah ayah! Sedangkan wanita itu adalah iblis yang dikirim untuk merusak kebahagiaan keluarga kita!" Nazira mulai tidak bisa mengontrol emosi dan tangisannya.

"Aku hanya bilang satu kata untuk ayah." Kata Nazira.

"JAHAT!" Itulah ucapan yang dia lontarkan kepada Gangsar.

"Cukup Nazira! Ayah minta kamu sekarang keluar dari rumah ini. Ayah tidak mau melihat kamu dirumah ini lagi."

"Ayah membenci mu!"

'deg' kata-kata itu sangat menusuk ke dalam hati nazira sebagai seorang anak.

"Disaat seperti ini, bunda tidak membela ku dan bunda malah mencaci maki diriku!" Teriak nazira kearah ibunya.

"AKU BENCI KALIAN SEMUA."

"Dan ada satu kata untuk bunda," Kata Nazira sambil menunjuk wajah ibundanya. "EGOIS!"

Nazira keluar dari dalam kamar orang tuanya dengan air mata yang mengalir deras. Sudah cukup uneg-uneg yang sudah dia keluarkan. Sidah cukup juga Nazira menerima cacian dari orangtuanya.

"Ayah tidak mau melihat kamu dirumah ini lagi!" Kata-kata dari ayahnya masih terlintas dipikiran Nazira.

"Oke, itu kemauan ayah. Aku akan pergi malam ini juga." Kata Nazira dalam hati.

Tangannya tergerak untuk mengambil handphone yang berada dimeja. Nazira tahu siapa orang yang bisa dia mintai pertolongan saat ini. Tidak mau berlama-lama nazira mencari salah satu kontak dan menombol telefon kontak itu.

Ilyas.

Tidak berselang lama telepon pun tersambung.

"Ilyas?" Panggil Nazira dengan suara serak karena sehabis menangis.

"Lo kenapa?" Tanya Ilyas diseberang sana.

"..." Tidak ada jawaban dari nazira.

"Lo nangis?" Tanya Ilyas lagi.

Nazira menarik nafas dalam-dalam, "Gue berantem sama orang tua gue, Yas." Jawab nazira.

"Cerita gih,"

"Gak bisa. Gue pengen cerita langsung."

"Ya sudah gue kesana ya?"

"Jangan, gue aja yang kesana sekalian nginep untuk beberapa minggu." Kata Nazira.

"Hah? Apa? Gue gak salah dengar?"

"Gue pengen pergi dari rumah. Dan gue izin mau nginep dirumah Lo ya?" Pinta Nazira.

"Ya sudah gue tunggu malam ini."

Nazira tersenyum tipis, "Thanks Ilyas." Ucapnya.

"Yoi."

Setelah itu Nazira mematikan teleponnya dan bergegas untuk membereskan semua pakaiannya. Tekad Nazira ingin keluar dari rumah itu sudah bulat. Dia juga butuh ketenangan seperti teman-temannya.

Nazira memasukkan beberapa pakaian dan kebutuhannya kedalam koper. Dalam waktu setengah jam dia selesai beberes. Nazira mandi setelah itu lalu berpakaian seperti orang rumahan agar tidak dicurigai. Nazira memikirkan cara untuk bisa keluar tanpa sepengetahuan orang rumah. Ide pun muncul dari benaknya.

Tak terasa malam hari pun tiba, adalah saat yang sudah lama dinantikan nazira. Nazira memastikan bahwa orang rumah seperti ayah, ibu dan bibi pembantunya sudah tertidur.

"Aman." Kata Nazira.

Nazira mengganti pakaiannya dengan pakaian berpergian. Setelah itu dia menyeret koper-koper nya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Sebelumnya nazira sempat menuliskan surat pendek untuk orang tua nya yang dia tempelkan di meja belajarnya.

Surat itu bertuliskan 'Mom, dad, i went...'

Setelah berhasil mengeluarkan koper dari dalam rumah Nazira bernafas lega. Kemudian dia lanjutkan untuk pergi keluar dari pagar rumahnya. Beruntungnya satpam yang berjaga hari ini tidak bisa hadir. Kesempatan emas untuk nazira.

Nazira membuka pintu gerbang yang menjulang tinggi itu. Suara decitan membuat Nazira was-was dia takut kalau orang rumah ada yang mendengarnya. Tetapi Nazira tetap lolos dalam membuka dan menutup gerbang rumah nya itu.

Akhirnya Nazira keluar dari rumah dengan selamat. Tanpa berlama-lama dia langsung memesan taksi online untuk menuju rumah Ilyas.

"Maafkan Nazira ayah, ibu... Nazira melakukan ini karena ini perintah kalian." Kata Nazira sambil memandang rumahnya itu sebelum memasuki taksi yang sudah datang.

"Percayalah aku akan kembali,"
____

Taksi yang dikendarai Nazira kini telah sampai didepan rumah Ilyas. Dengan dibantu oleh sopir taksi Nazira menenteng kopernya.

"Ilyas! Ilyas?" Panggil Nazira saat di depan pintu.

"Ilyas?" Panggilnya lagi.

"..." Tidak ada respon sama sekali.

"ILYAS WOY LU DIMANA? BUKAIN PINTU!" Teriak Nazira yang membuat supir taksi disampingnya kaget.

"Neng santai neng, saya kaget karena teriakan sampeyan."

"Eh iya pak punten, soalnya temen saya gak denger. Ada masalah sama telinganya mungkin kali ya pak?" Kata Nazira sambil tertawa.

"Temen apa temen neng?"

"Temen pak, suwer deh...." Kata nazira.

"Iya deh mamang percaya, eh ini kopernya udah diturunin semua. Kalau gitu mamang pergi dulu." Kata sopir taksi itu.

"Eh pak tunggu, saya belum bayar lo."

"Oiya lupa,"

Nazira mengeluarkan uang 50.000 dari dalam dompet nya lalu memberikan uangnya ke sopir taksi.

Kini Nazira berada di depan pintu rumah Ilyas. Tidak ada respon sama sekali dari dalam rumah tersebut. Lalu nazira menelepon Ilyas namun tidak diangkat.

"Tu anak kemana si?" Monolog nya.

Nazira ingin duduk disebelah kolam ikan karena dia capek. Baru saja memutar badannya dia dikagetkan dengan seseorang.

"Dor!"

"EH AYAM KAMBING ITIK BABI!" Teriak nazira.

"ILYAS!" Panggilannya.

"Apa?"

"Dasar human, iseng mulu perasaan."

"Udah lama ya?" Tanya Ilyas.

"Seabad gue disini,"

"Bodo amat." Kata Ilyas sambil membuka pintu dengan kuncinya.

"Ish nih anak."

"Gue tadi habis beli mie ayam, karena gue tau bakalan ada tamu dirumah gue." Kata Ilyas.

"Siapa?" Tanya Nazira.

"Elu lah, siapa lagi."

Nazira tersenyum, "Makasih." Kata Nazira.

"Dah masuk.." Kata Ilyas setelah pintunya dibuka.

"Eh bentar bantuin gue bawa koper ini."

Ilyas memandang koper-koper nazira yang berada didepannya itu.

"Lo mau pindahan apa gimana si? Banyak banget kopernya?" Ilyas heran.

"Gak. Gue mau ngontrak dirumah lu."

"Ya udah," Ilyas pun memasuki rumahnya.

"Yak! Bantuin gue. Malah ninggal, punya temen gini amat." Kata nazira sambil menyeret 2 kopernya itu untuk masuk kedalam rumah Ilyas.

Melihat Nazira kesusahan Ilyas ingin membantunya.

"Sini gue bantu,"

"Gak usah! Gue bisa sendiri." Kata Nazira.

"Udah sini," akhirnya Ilyas membawa 1 koper berwarna army itu kedalam ruang tamu.

"Lu tinggal sendiri disini?" Tanya Nazira.

"Ya, lu gak takut gitu sementara tinggal disini bareng gue?" Tanya Ilyas.

Nazira mengerutkan keningnya, "Kenapa takut?" Tanya Nazira balik.

Ilyas mengembuskan nafasnya panjang, "Duduk sini, gue bakalan cerita." Kata Ilyas sambil menepuk sofa disampingnya itu. Nazira nurut aja.

"Kenapa?"

"Gue orangnya rusak, lo gak takut?" Tanya Ilyas yang dibalas gelengan kepala dari Nazira.

"Kenapa?"

"Karena gue percaya lo masih orang baik, makanya gue gak takut."

"Hanya orang bodoh yang bilang gue baik."

"Emang bener kok, lu itu orangnya ba–" Ucapan Nazira terpotong.

"Udah lupakan, lu ada masalah apa dirumah? Sampai-sampai lu pergi malem-malem begini." Tanya Ilyas.

Pertanyaan Ilyas membuat Nazira ingat permasalahan dirumahnya lagi. Karena gak kuat Nazira menangis detik itu juga.

"Lah malah nangis, kenapa?" Tanya Ilyas lagi.

Nazira mengingat betapa sakitnya tamparan dari ayahnya itu. Tidak, Nazira tidak merasakan sakitnya dipipi tapi dihati. Apalagi ucapan mamahnya yang membuat dia down sekarang.

"Ilyas?" Panggil Nazira.

"Ya?"

"Gue boleh pinjem bahu lo bentar aja nggak?" Tanya Nazira.

"Jangankan bahu, dada aja juga boleh." Kata Ilyas sambil merentangkan kedua tangannya.

Detik itu juga Nazira memeluk Ilyas dengan beruraian air mata. Ilyas membalas pelukan Nazira hangat.

"Menangis lah jika itu membuat mu tenang." Ucap Ilyas sambil mengelus rambut Nazira.

"Gue benci keluarga gue, Yas."

"Lo salah bilang begitu."

"Nggak! Mereka gak peduli sama gue, mereka jahat."

"Lo bakalan nyesel bilang gitu." Kata Ilyas. Nazira melepas pelukannya.

"Lo kenapa malah bilang gitu sih?" Nazira menatap Ilyas sendu.

"Gue udah khatam sama itu semua," kata Ilyas. "Tenangkan diri kamu dulu baru kamu cerita." Kata Ilyas.

Nazira mengangguk dan menyenderkan kepalanya di bahu Ilyas.

"Ilyas?"

"Apa?"

"Menurut Ilyas ayah yang sayang sama anak itu kayak gimana sih?"

"Ayah yang selalu perhatian, dan kalau dia marah dia tidak pernah berkata kasar apalagi main tangan." Jawab Ilyas yang membuat Nazira menangis sejadi-jadinya.

"Berarti ayah Nazira gak sayang sama Nazira!" Kata nazira.

"Ayah kamu sayang sama kamu. Setiap ayah punya banyak cara untuk menyayangi anaknya." Kata Ilyas.

"Tapi ayah Nazira itu jahat, dia nampar pipi Nazira dengan keras gegara Nazira menghina sekretaris kesayangannya." Nazira merengek seperti anak kecil saat ini.

"Udah ya Naz, mending kamu makan mie ayam dulu gih biar suasana hati kamu agak mendingan."

Mendengar kata mie ayam Nazira tersenyum kegirangan.

"Ilyas tahu aja kalau Nazira suka mie ayam." Nazira menghapus air matanya dengan tawa ringan.

"Tahulah, Ilyas gitu loh. Udah gih ayo makan bareng." Kata Ilyas.

"Tapi ada syaratnya." Kata Nazira.

"Apa lagi?"

"Suapin Nazira, ya.." Pinta Nazira yang dibalas tatapan elang dari Ilyas.

____

Di satu sisi yaitu dirumah orang tua Nazira sedang dihebohkan dengan kepergian dirinya. Pertama kali si bibi ingin membangunkan nazira karena harus minum susu sebelum tidur. Bibi mengetok pintu kamar Nazira yang dihias dengan foto oppa-oppa Korea itu. Karena tidak ada sahutan bibi masuk kedalam kamar.

Terkagetlah bibi ketika melihat tidak ada Nazira dikamar nya. Bibi terus memanggil nama Nazira berulang kali tetapi tidak ada balasan. Bibi mengecek lemari pakaian Nazira yang sudah kosong tidak ada satupun baju nazira yang tersisa. Bibi menaruh susu cokelat itu diatas meja Nazira. Bibi melihat ada secarik surat diatasnya.

Dengan cepat bibi menuju kamar Arum dan Gangsar untuk memberitahu bahwa putri mereka tidak ada di kamar.

"Tuan... Nyonya... Buka pintunya," Kata bibi sambil mengetuk pintunya.

Tak berselang lama pintu terbuka.

"Ada apa, bi?" Tanya Arum disusul suaminya yang berada dibelakangnya.

"Itu non Nazira tidak ada dikamar nya! Baju-baju di lemari nya pun kosong tidak ada baju-bajunya lagi. Dan diatas meja terdapat surat ini nyonya, semoga ini petunjuk." Kata bibi yang menyerahkan surat itu.

Arum langsung membaca surat itu. Menangislah Arum detik itu juga ketika mendapati putri satu-satunya telah meninggalkan rumah tanpa sepengetahuannya. Arum tahu ini pasti semuanya salah dia dan suaminya.

___

"Jadi gitu ceritanya?" Kata Ilyas sambil menyuapi Nazira.

"Iya. Makanya Nazira pergi dari rumah." Jawab Nazira sambil mengunyah makanannya.

"Lo salah bilang gitu ke orang tua, apalagi itu ayah dan bunda mu." Kata Ilyas.

"Salah mereka sendiri, egois."

"Lo seharusnya menyelesaikan masalah mereka, bukan malah menambah masalah."

"Ha?"

"Lo gak mau disebut pecundang kan? Yang selalu lari dalam masalah demi kepentingannya sendiri?" Kata Ilyas.

"Ya enggak lah,"

"Terus kenapa lo malah menghindar dengan cara seperti ini?"

"..." Nazira terdiam, dia sedang mencerna kata-kata Ilyas.

"Sebaiknya lo besok kembali kerumah dan minta maaf sama orang tuamu."

"Ilyas kenapa sama saja sih! Kenapa Ilyas malah bela mereka? Aku sebel sama Ilyas!" Nazira pergi dan memasuki kamarnya, kamar tamu.

Selama Nazira dirumah Ilyas dia akan tidur dikamar tamu. Nazira menutup rapat pintunya dan langsung menuju ke arah kasur. Dia sangat capek dengan hari ini.

Ilyas menyusul Nazira. Ilyas membuka kamarnya dan mendapati Nazira sedang menangis dengan kepala disembunyikan dibalik bantal.

"Gue tau lo belum tidur." Kata Ilyas.

"Tidurlah tenangkan pikiran mu, semoga mimpi indah."

"Good Night." Itu kata terakhir Ilyas sebelum pergi dan menutup pintu.

Setelah dirasa Ilyas pergi Nazira mengangkat kepalanya dari bantal itu.

"Night to, Ilyas." Kata nazira lalu melanjutkan tidurnya ke alam mimpi.

_____

Asap rokok bertebaran di udara. Udara pagi ini sangat dingin. Ilyas merokok ditemani kopi hitam yang ada dimeja ruang tamu sembari menunggu Nazira bangun.

Pintu kamar tamu yang sekarang ditempati Nazira itu perlahan terbuka. Memperlihatkan cewek memakai baju piyama yang menggelung rambut lurusnya itu keluar dari balik pintu. Mendapati Nazira sudah bangun, Ilyas mematikan rokoknya dan membuangnya diluar. Ilyas tahu, Nazira sangat membenci asap rokok.

"Merokok lagi?" Tanya Nazira.

"Kebutuhan," jawab Ilyas. "Duduk sini." Kata Ilyas.

"Kenapa?"

"Udah duduk aja."

Akhirnya Nazira duduk disamping Ilyas.

"Nanti aku ajak kamu pulang kerumah mu, kita jelasin semuanya satu persatu. Aku yakin dengan begini semua masalah akan terselesaikan." Kata Ilyas.

"Tapi aku takut, Yas."

"Gak usah takut, ada aku."

"Tapi kamu harus janji, kalau kamu nanti tetap bersamaku untuk menyelesaikan masalah semuanya." Kata Nazira.

"Jangankan hanya nanti, selamanya jika tuhan mengizinkan aku akan tetap bersamamu... Di sisimu." Kata Ilyas.

"Bercanda mu gak lucu," Kata Nazira.

"Sekarang kamu mandi terus siap-siap untuk kerumah mu." Kata Ilyas.

Nazira mengangguk. Setelah mandi Nazira menemui Ilyas di teras rumah. Mereka menaiki motor ninja Ilyas menuju rumah Nazira. Kedatangan nazira disambut haru oleh seisi rumah. Mereka saling menyelesaikan masalah dan memaafkan satu sama lain dengan kepala dingin. Dan ya... Akhirnya permasalahan di keluarga Nazira terselesaikan. Setelah itu Nazira menghampiri Ilyas.

"Ilyas, makasih ya... Jika bukan karena semangat mu aku gak bisa sekuat ini dan mungkin masalah ini tidak akan selesai."

"Santai aja, yang penting kamu bahagia." Kata Ilyas.

"Ilyas masih ingat janji Ilyas?" Tanya Nazira.

"Janji?" Tanya Ilyas.

"Iya janji," kata Nazira sambil tersenyum. "Janji saat Ilyas selalu disisi Nazira selamanya?" Kata Nazira.

"Lu ngode gue, Naz?" Tanya Ilyas. "Maaf gue gak bisa." Jawab Ilyas.

"Kenapa?"

"Gue sadar diri, Naz. Gue gak pantes buat lo."

"Kata siapa?"

"Aku orangnya rusak, Lo orang baik. Gue tau karena yang baik gak boleh dirusak."

"Kamu bisa berubah menjadi baik, Yas."

"Udah gak usah, gue biar gini aja."

"Gue akan tetap sama lo, gue tulus ke elo, Yas. Gue akan terima lu apa adanya bukan ada apanya. Gue yakin lu bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Kata nazira.

"Lo gak bercanda kan, Naz?"

"Gue serius dan... Gue tulus." Kata Nazira.

Ilyas mulai menggenggam kedua tangan Nazira. Detak jantung mereka berdua saling bersahutan-sahutan. Darah mereka berdesir cepat.

"Naz?"

"Ya?"

'deg deg deg'

"Lo mau jadi pendamping hidup gue?"

"Yes i Will, sayang."

Akhirnya mereka saling berpelukan erat. Arum dan Gangsar yang melihat kejadian itu pun tersenyum bahagia melihat anaknya bahagia dengan orang yang dia sayang.

"Om dan Tante, anaknya sekarang aku yang jaga ya!" Pinta Ilyas kearah Arum dan Gangsar.

"Boleh, asalkan jangan sampai kamu buat nangis. Cukup kemarin saja," kata Arum.

"Siap Tante!" Kata Ilyas.

Terkadang cinta datang sendirinya. Tanpa arah dan tujuan yang pasti cinta akan menempatkan dirinya sebagai kasih sayang. Cinta yang baik akan menyatukan cinta yang baik juga. Tetap sabar dan selalu meminta kepada Nya, agar kelak kita mendapat cinta sejati dengan cinta sejati.

[TAMAT]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro