29. A Magical Old Tree (Reika)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama : Reika
Jurusan :
1. Fantasi

❤❤❤

Dahulu kala, berdiri tegak sebuah desa sihir di Bukit Mimpi. Di sana ada gadis muda yang ceria. Namanya Mirai dan temannya yang dingin juga tegas, Yoshiro. Mereka sudah berteman sejak masih kecil. Desa yang mereka tinggali juga sangat ramah dan hangat.

Di suatu pagi, Mirai bergegas bangun dan sangat terburu-buru. Hari ini dia akan terlambat lagi jika tidak bergegas. Setelah mempersiapkan diri, ia bergegas mengambil sapu terbangnya dan menuju pintu depan. Suara bising penduduk terdengar jelas ketika ia membuka pintu mungilnya. Di sebelah pintunya berdirilah gadis muda dengan pakaian rapi menunggunya.

Raut wajah kesal terlihat di wajahnya, hampir setiap hari ia harus menunggu Mirai. Tanpa lama gadis ceria ini menarik tangan sahabatnya berlari menerobos ramainya desa.

"Kota ramai seperti biasanya, kan?" Gadis pirang berambut pendek ini mulai membuka topik. "Ya, kehangatan kota yang luar biasa," balasnya gadis berambut gelap panjang yang sibuk memperhatikan sapu terbangnya.

Karena merasa sudah jauh dari keramaian, mereka mulai menaiki sapu terbang masing-masing. Terbang sangat membutuhkan ketenangan dan konsentrasi. Kenapa tidak terus berjalan kaki? Menaiki sapu ini akan mempersingkat waktu untuk mereka sampai di sebuah Academy Sihir.

Saat diperjalanan Yoshiro kehilangan keseimbangannya, "R-rasanya aku mau jatuhhhhh......" Melihat itu Mirai meraih tangan Yoshiro dan menurunkannya perlahan.

"Syukurlah kamu tidak jatuh ," Mirai menghela napas lega diiringi senyum manis di wajahnya. "Syukur, ya?" Yoshiro membalas perlahan dengan menggigit kecil bibirnya. Mirai hanya khawatir melihatnya.

Dengan cepat Yoshiro menaiki sapunya lagi dan pergi mendahului Mirai. Rasa iri yang membungkus hatinya saat itu karena tidak bisa terbang dengan baik seperti penyihir lainnya. Mirai hanya menatap kepergian sahabatnya itu dengan sedih, sesegera mungkin ia menyusul di belakangnya.

Sebuah cahaya putih mengenai matanya saat melintasi hutan tua. Dengan rasa penasaran tinggi, ia membelokkan sapunya dan turun di antara dedaunan kering di hutan. Cahaya yang berasal dari sebuah kunci yang tak jauh juga terdapat pintu yang menyatu dengan pohon tua. Mirai mendekati pohon itu,"Ini... Kunci pintu? Tetapi, aura di sini sangat aneh. Kenapa sebelumnya aku tidak pernah melihat pohon ini? Aneh sekali," ucapnya dengan terus memperhatikan lubang kunci di depannya.

Pohon mati dan sudah sangat tua sekali. Mirai memberanikan diri untuk memasukkan kunci itu ke dalam lubang itu. Sudah masuk, hanya tinggal membukanya saja. Namun, suara lantang seorang gadis membuatnya berhenti.

"Duh, Mirai! Aku kira kamu mengikutiku untuk segera ke kelas sihir. Ternyata malah ke tempat seperti ini," gerutu gadis itu di atasnya dengan sapunya.

"Hehehe," Mirai menggaruk-garuk pipinya dengan telunjuk. "Ternyata Yoshiro-Chan peduli padaku, ya?" Mirai meninggalkan pintu dengan kunci masih menancap di lubang.

"Berisik! Bukan gitu, cepatlah!" Yoshiro berbalik dan terbang menjauh, disusul dengan Mirai di belakangnya.

*****

Sesampainya di Academy, mereka diberikan tugas untuk menangkap kupu-kupu kertas yang berisikan pernyataan lulus tes.

"Kira-kira seperti apa ya kupu-kupunya?" Yoshiro mulai mengerutkan keningnya dan berpikir sangat keras. Ia mulai melirik Mirai yang berlarian kesana-kemari. "Mirai! Bukan saatnya bermain-main!"

"Kita tidak akan menemukan apapun jika terus berpikir. Ayo ikuti aku!" Mirai berteriak sekencang-kencangnya. "Duh merepotkan sekali," balasnya dengan diikuti temannya yang lain.

Akhirnya, mengikuti Mirai membuahkan hasil. Kupu-kupu itu ada di perpustakaan di bagian rak yang berisi tentang tanaman. Mereka lulus berkat bantuan Mirai, semua temannya memuji-muji Mirai dengan senang. Yoshiro bergemuruh kesal, tidak ada yang memujinya dan tidak ada yang peduli tentang dia. Dalam praktik sihir dia juga mendapatkan nilai rendah.

"Hei, kamu melihatnya kan? Aku senang aku bisa melakukannya," ujarnya dengan berputar-putar senang. "Mirai! Cukup! Hentikan semuanya! Semua orang hanya peduli padamu karena kemampuan sihirmu yang hebat. Padahal aku yang lebih dahulu mengenal sihir daripada dirimu itu. Aku selalu berusaha keras tetapi, sia-sia!" balas Yoshiro dengan berteriak marah, sesekali meneteskan air matanya itu.

"Yoshiro? Kalau kamu mau aku akan membantumu kok. Jadi—"

"Membantu? Kamu malah memperburuk keadaan Mirai! Kamu benar-benar teman yang tidak mengerti perasaanku, kamu ceroboh dan sejenak sendiri! Aku membencimu, Mirai!! " Yoshiro pergi meninggalkan Mirai.

Jiwa Mirai tersentak dengan kuat, hatinya terluka dan tangisan membanjiri wajahnya saat itu. Mirai tertunduk dalam kesedihannya.

Yoshiro terbang melewati taman tadi dengan air mata masih berjatuhan. Cahaya putih kembali mencari mangsa untuk menarik perhatian, kali ini sasarannya Yoshiro. Ia yang melihat itu mengikuti sumber cahaya dikala membelokan sapunya, hilang sudah keseimbangannya,

Brukkk....

"Aduh duh duh... tidak bisakah turun perlahan?" ia merintih selagi tangannya memeg bagian yang sakit. Ia mulai melihat pintu di depannya, terdapat kunci perak tergantung di sana."Ceroboh sekali dengan meletakkan kunci itu tergantung begitu," Tanganya tak dapat menahan dan akhirnya membuka pintu itu.

Seperti ada aura yang kuat, dia terdorong masuk ke dalam.

"Wahai kamu yang iri hati, wahai kamu yang terlupakan. Apakah kamu ingin lebih kuat? Inginkah kamu menjadi lebih kuat dari siapapun? Aku akan mewujudkan itu."

"Siapa itu? Bukankah itu curang? Aku ingin kuat dengan kekuatanku sendiri," ujar Yoshiro yang gemetaran dan mulai berjalan mundur. Bayangan itu menangkapnya. Aura itu memasuki tubuhnya dan menguasai tubuh indah Yoshiro.

Di luar terdengar suara imut Mirai yang memanggil nama sahabatnya itu. Dengan perlahan tubuh yang dinantikan kehadirannya oleh Mirai muncul. "Yoshiro, kamu masih marah?" Mirai turun dari sapunya perlahan. "Marah? Tentu tidak," Yoshiro membalas dengan senyum miringnya.

Mirai merasa aneh dengan Yoshiro. Merasa identitasnya sudah mulai terbuka. Aura gelap itu memulai permainannya.

Bingo! Dugaan seorang Mirai ternyata benar. Dia bukan sahabat yang sebenarnya. Mata Yoshiro yang sebelumnya begitu indah dan bersinar kini beraura gelap dan berdarah. Mirai berteriak seketika, "Ternyata benar! Ada sosok lain di dalam sana. Itu yang membuat sahabatku terlihat aneh! Keluar dari sana dasar jahat!"

"Hahahaha, lucu sekali... lucu. Persahabatan yang membuatku muak dan jijik untuk memperhatikannya," Yoshiro mulai menggerakkan tangannya dan mengeluarkan bola magic.

Bola pertama di arahkannya ke Mirai. Tetapi, ia hindari dengan baik. "Lihat Yoshiro, dengan begini kamu bisa lebih kuat. Kamu pasti senang jika aku selalu bersamamu, bukan dia yang selalu bersamamu," Aura gelap itu membujuk jiwa sadar Yoshiro perlahan.

Melihat Mirai yang lengah dia mengarahkan bola sihir lagi dan berhasil mengenainya. Jiwa sadar Yoshiro hampir kembali melihat dan mendengar rintihan Mirai.

"Yoshiro, apakah kamu mengingat di mana kita pertama kali bertemu? Sebelumnya kamu selalu menolongku kan? Kamu selalu berada di sisiku saat aku menangis. Kamu selalu menunjukkan jalan yang benar kepadaku. Saat aku terjatuh dari sapu, kamu selalu menangkapku dengan cepat," Mirai berusaha berdiri walau dengan darah segar mengalir dari tubuhnya.

"M-mirai? " Yoshiro mulai tersadar dengan kata-kata Mirai. "Ingat kalung ini? Kamu juga memilikinya, kan?" tangan lemah Mirai mengeluarkan kalung yang tergantung di lehernya.

Yoshiro berteriak tidak jelas. Seolah dia kepanasan mendengarkan perkataan Mirai. Karena ketulusan hati Mirai kalung mereka mulai berpendar dan memunculkan kekuatan besar. "Mirai hanya mau Yoshiro,tidak mau yang lain. Kembalikan!" kekuatan baik menyelimuti tubuh Mirai. Dengan berlinang air mata, Mirai berlari dan memeluk Yoshiro. Sosok yang benci Cinta dan Kasih Sayang ini akhirnya lenyap seketika. "Terima kasih, Mirai. Walaupun aku bilang aku benci, sebenarnya aku menyukaimu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro