#15: The Final Destination

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Chester dan Cheryl, kami datang untuk menyelamatkan kalian."

Sebelum aku sempat memahami apa yang sebenarnya sudah terjadi, satu pertanyaan Chester sudah terlontar ke udara, "Siapakah diri kalian sebenarnya?"

Kemudian disusul oleh suara lirih Cheryl, "Hei, kalian sama persis! Apa hubungan kalian dengan mereka?"

Sebelum aku sempat menangkap sosok-sosok kepada siapakah mereka bertanya, komentar Chester 'bergaung' dengan kombinasi rasa aneh dan heran, "Bagaimana mungkin bisa ada dua pasangan kembar yang begitu identik?"

"Aku jadi tidak mengerti dengan semua ini," Cheryl spontan mengeluh.

Seorang pemudi melangkah memasuki wilayah yang bisa ditangkap oleh kamera pengawas. Betapa kagetnya aku-itu Chloe!

"Tujuan kami datang ke sini untuk menghentikan pembunuhan yang bisa terjadi..."

Perkataan sosok Chloe itu terpotong oleh melesatnya sosok Chloe lain dari arah samping untuk menyerang dirinya. Ada dua Chloe! Apa aku tidak salah lihat?

Chloe yang terpotong kalimatnya berhasil mengantisipasi. Ditepisnya sang 'kembaran' dengan telak. Eh tunggu dulu, mungkinkah mereka kembaran? Atau justru hasil kloning?

Sambil bertepuk tangan, Cheryl bersorak, "Bagus! Itu juga pembalasan untukmu karena telah membunuh Christevan!"

"Mereka memang harus dibunuh demi keselamatan kalian serta kebaikan semesta," kata Chloe yang ternyata memegang senjata aneh melanjutkan. "Poin terakhir yang kusebut artinya tidak boleh ada satu orang pun di semesta yang berhasil melihat dirinya dari dunia lain."

"Kalian berasal dari portal itu," ucapan Chester berikutnya makin membingungkan diriku. Ditambah lagi suara erangan Chelsea dari wilayah ruangan lain yang tidak tertangkap kamera pengawas.

"Bagus Chelsea, kau berhasil mengatasi dirimu yang dari dunia ini," puji Chloe, sebelum kembali diserang oleh sosok kembaran atau mungkin hasil kloningnya sendiri. Ah, jalan pikiranku jadi tidak keruan-aku belum mengerti semua ini!

"Sialan!" umpat Chloe marah yang dalam cekikan sosok lain dirinya, sebelum meludahi wajah sang lawan. Tentu saja, pacarku yang jahat itu dilemparkan sejauh mungkin sebagai balasannya. Dan aksi ini memancing Cheryl untuk melangkah ke arah yang kembali di luar jangkauanku sambil berseru, "Terimalah pembalasan langsung dariku untuk kematian Mama Lynn dan Christevan!"

"Minggir Cheryl! Minggir!" bentak Chelsea sang jagoan dari sudut lain yang juga di luar pengawasan kamera.

Rupanya Cheryl tidak bisa mengontrol emosi karena kemudian terjadi keributan dari serangkaian suara hasil benturan fisik dan erangan. Keempat suara manusia yang saling menabrak, menindih, dan bertumpuk.

"Cukup Cheryl! Biarkan mereka menuntaskan tugasnya!" bentakan Chester akhirnya meredam semua itu. Langsung hening dalam sekejap.

Sesaat kemudian, terdengar lesatan lembut sebuah bunyi misterius. Bunyi yang belum pernah kudengar sebelumnya.

"Akhirnya, selesailah sudah. Tamat riwayatmu, jahanam. Sekarang masalahnya, aku tak tega membunuh diriku dari dunia ini."

"Bilang saja kalau kau meminta diriku yang mengeksekusinya," komentar Chloe yang masih berdiri di posisinya semula.

"Tunggu dulu," Chester buru-buru mencegahnya. "Chelsea jahat itu toh sudah dalam keadaan pingsan juga. Kalian datang dari portal berpendar di situ kan?" diulangi lagi pertanyaannya yang tadi sambil menunjuk tembok seberang dari lokasi terhempasnya Cheryl.

"Iya benar," sambar Chelsea sang penyelamat menjawab. "Kami berdua ini pasangan pengelana ruang dimensi. Semesta kita ternyata punya banyak dimensi paralel yang bisa saling terhubung oleh portal. Kalian juga ada di dunia kami sebagai pasangan kembar, hanya saja bukan dari keluarga yang sama. Jalan hidup diri kita di setiap dunia itu pasti juga berbeda-beda."

"Aku tidak percaya ini-di luar logika sebagai...," tiba-tiba saja Chester sudah kehilangan kesadaran. Berikutnya sudah bisa kau tebak. Cheryl berusaha menyadarkan laki-laki kembarannya itu.

"Cheryl, kami juga mendeteksi kehadiran sosok lain di rumah ini. Akan tetapi kami tidak bisa menemukan bukti fisiknya," ungkap Chloe yang juga menuntut penjelasan dari putri bungsu Brandon Cherlone itu.

"Apa maksudmu itu diriku?" akhirnya aku berbicara juga.

"Siapa kau?" tanya Chloe mendadak waspada sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Kenapa kau tidak terlacak sepenuhnya oleh perangkat kami?" pandangan sepasang matanya berkeliling mencari-cari sosok yang mendadak menyahut.

"Aku Christevan yang sekarang menjadi sosok komputer rumah ini. Tentu saja semua kamera pengawas di sini menjadi indera penglihatanku. Tadinya aku juga seorang manusia yang hidup normal seperti kalian semua. Takdir mempertemukanku dengan pasangan Chloe dan Chelsea jahanam itu. Awalnya mereka memang orang baik, hanya saja terpaksa menekuni sebuah bidang kejahatan akibat masa lalu yang kelam. Lalu... pokoknya, singkat cerita, Chloe membunuhku dengan motivasi dendam sekaligus posesif cintanya padaku. Memang, dulu kami sempat pacaran."

"Maafkan perlakuan sosokku yang di dunia ini, Christevan. Dia sungguh telah banyak berkontribusi atas betapa terlukanya dirimu. Aku turut menyesal."

"Tidak apa, Chloe. Aku jadi sudah terbiasa mendapatkannya..."

"Jangan jadi meratapi nasibmu, Stevan," tak kusangka Cheryl memotong kalimatku. "Apa kau tidak ingin tahu jawaban hatiku selama ini?"

"Oh sungguh menarik sekali kisah cinta di dunia ini," komentar Chelsea, sebelum mengajak sang kakak, "Ayo, kita selesaikan misi di dimensi lain lagi."

"Misi kita di sini belum tuntas, Chelsea. Biarkanlah Cheryl dan Christevan menyelesaikan momen perpisahan milik mereka dulu."

Spontan Cheryl menengok padanya, "Apa maksudmu dengan perpisahan?"

"Apa kau ingin kalau suatu saat rumah ini ditemukan dengan berbagai mayat di dalamnya? Kau juga mau Christevan merana sendirian entah sampai kapan?"

"Jadi kau ingin menghancurkan tempat ini?" tanya Chester yang langsung menangkap maksudnya. Rupanya dia sudah siuman.

"Tentu saja. Kami juga tidak ingin sampai ada jejak yang akan bisa merugikan masa depan kalian berdua. Apa jadinya kalau sampai semua yang terjadi di rumah ini terbongkar semasa kalian masih hidup, Chester dan Cheryl?"

"Itulah tujuan akhir kami ke sini," sambung Chelsea mantap. "Apa final destination kalian sebenarnya ke rumah ini?" tanyanya pada si kembar Cherlone.

"Kami ke sini untuk mencari keberadaan ibu kandung yang bernama Lynn Farrel. Ternyata sudah bertahun-tahun lamanya menghuni lemari pendingin itu," jawab Chester dengan telunjuk mengarah pada lokasi yang dimaksud. Nada suaranya dipenuhi kegetiran.

"Jadi ibu kandung kalian juga menjadi korban kebiadaban mereka. Maka kami wajib menghancurkan tempat ini tanpa bekas atau jejak apa pun yang bisa dilacak oleh pihak berwenang di sini," sahut Chloe. "Pergilah selagi..."

Cheryl memotong ucapan Chloe dengan fakta lain, "Ada korban mereka lainnya yang juga berada di rumah ini. Sosok Christevan yang menjadi sistem komputer rumah menjadi korban pembunuhan Chloe, dan mereka menyembunyikan jenazahnya di balik tembok bata di lantai atas."

Setelah terdiam untuk sesaat dalam kesedihan, dia meneruskan, "Dua orang yang paling berarti bagiku, karena aku pernah satu sekolah virtual dengan Christevan. Tidak hanya pertemanan saja, aku juga memendam rasa suka padanya."

Mendengar itu, tanpa bicara apa-apa lagi, spontan Chester segera berlari menghampiri sang kembaran dan langsung memeluknya dengan sangat erat. "Aku mengerti perasaanmu, Cher," katanya dalam desah.

Berhubung rentang waktu antara chapter 15 dengan chapter 14 yang terjauh dibanding jarak-jarak waktu sebelumnya,
maka khusus dua chapter terakhir ini, A Perfect Clues akan hadir di 2 platform, baik di Wattpad maupun di Storial.
Terima kasih sudah setia membaca cerita DFD Series yang satu ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro