Chapter 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu kata dariku untuk perjalanan teleportasi pertamaku; menyakitkan.

Iya, aku tahu hal tersebut memang keren; aku berada di satu tempat dan sedetik kemudian berada di tempat lain. Aku dapat membayangkan bagaimana dunia tidak perlu menggunakan mobil dan jalanan tidak macet. Tapi rasa sakit yang diakibatkan membuat semua hal keren dari itu musnah.

Bayangkan ketika tubuhmu seperti dilipat paksa menjadi sangat kecil, kemudian sesuatu menarikmu dengan sangat keras. Ketika aku sudah berada di tempat lain; yang untungnya adalah kamarku sendiri, aku hampir tidak bisa merasakan kedua kakiku. 

"Kita harus cepat!" Spring mewujud dalam tubuh manusianya, dia melihat ke seluruh ruangan dan mulai mencari sesuatu. Aku masih syok, jadi aku duduk di atas kasur, mencoba mengambil napas. Levi berada di sebelahku.

Aku hampir lupa pada kenyataan yang sangat penting; apakah ketika menatap Spring, yang notabene adalah salinan dari Autumn, mengingatkan Levi pada cowok itu? Aku merasa tidak enak karena sudah sangat tidak peka, tapi sebelum aku sempat berkata macam-macam, Levi menoleh ke arahku dan tersenyum. Jenis senyum lelah yang tidak mencapai mata, tapi memandangnya seperti itu membuatku senang sekali. Setidaknya dia tidak terlalu tegang dan menggertakkan giginya.

Spring berputar, menatap kami—sebenarnya memelototi—sambil memunculkan peta besar yang melayang di sebelahnya. "Kita harus ke Starsfall," katanya memulai. "Aku tidak menyangka efeknya akan seperti ini. Dewan Keadilan kuduga sudah mengirimkan sepasukan Tentara Bintang untuk mengatasi monster tersebut. Tapi kita tidak bisa diam di sini dan mengharapkan Summer menjalani misi yang sangat mudah dengan efisien, sudah terbukti bahwa Summer bukanlah orang yang pantas untuk diberikan tugas sederhana. Keahliannya terukur di bawah rata-rata, dan aku takut sekali pada masa depanku sendiri."

Aku memutar mata. "Pidato yang bagus, Spring."

Spring mengangguk setuju. "Aku tidak bercanda ketika aku bilang ini semua salahmu."

"Hei!" aku memprotes. "Tidak mudah mencari cinta sejati, kau tahu? Hanya karena aku cewek bukan berarti aku akan menanggapi misi tersebut sebagai misi mudah seperti yang kau bilang."

"Aku tahu aku salah," Spring mendesah keras-keras. "Seharusnya sejak awal aku mengatakan misi lain yang tidak melibatkan perasaan," dia berdeham. "Tapi tidak usah dipikirkan! Sekarang kita di sini, di situasi yang sangat gawat, dan hal yang harus kita lakukan adalah bekerja sama untuk mengurangi bebanku menjadi penjaga!"

"Apakah kau tadi bilang bahwa ada misi lain dan mencari cinta sejati bukanlah satu-satunya cara agar aku dapat keluar dari kekacauan ini?" aku hampir tidak mau mendengar jawabannya.

Spring mengangguk, dia menatapku seolah aku tolol. "Tentu saja, Summer! Mengapa kau bodoh sekali! Aku tidak pernah bilang bahwa mencari cinta sejati adalah satu-satunya cara, tapi jelas pencarian tersebut akan memberikan efek yang sangat memuaskan. Kau tetap harus mencarinya karena aku sudah menandatangi berkas perjanjian dengan Dewan Keadilan Starsfall, reputasiku bisa hancur jika kau gagal. Bayangkan, Springus, anak dari Pahlawan Bintang yang pertama, gagal dalam misi pertamanya menjaga manusia fana dari bahaya. Mimpi burukku yang terburuk!"

Aku berusaha menahan diriku dari kekuatan besar ingin meninju Spring sampai mampus. Saat itulah aku ingat janjiku pada Luke; meninju Spring dua kali. Jadi aku memanggil Spring mendekat, awalnya dia kelihatan bingung, tetapi barangkali Spring kira aku akan berlutut di kakinya sehingga dia maju tanpa pikir panjang. Sewaktu dia sudah berada di hadapanku, aku berdiri dan tersenyum manis, sebelum melayangkan tinjuku ke perutnya. Dua kali.

Tanganku sakit. Tapi untungnya Spring juga kesakitan.

"Apa-apaan!"

Aku terkikik melihatnya batuk-batuk. "Itu dari Luke."

"Sudah kuduga! Aku akan membuatnya babak belur juga--"

"Tidak bisa," aku memotong. "Kau tidak akan melakukannya."

Mengejutkannya Spring menurut, dia bangkit sambil terbungkuk-bungkuk, kembali ke sisi peta melayangnya yang kini menampilkan kejadian di kota. Cahaya-cahaya memelesat di sekitar si makhluk mengerikan tadi. Di sekitarnya bangunan-bangunan hancur berkeping-keping. Perutku mulas menyaksikan itu dan mengetahui bahwa itu nyata.

"Jadi, kembali ke topik yang sangat penting, kita harus ke Starsfall dan mencoba meyakinkan para kurcaci agar menarik kembali taruhannya. Hal tersebut, tentu saja, seribu kali lebih sulit dibandingkan mencari cinta sejati," Spring mengusap tangannya ke peta, gambar tadi hilang.

Aku mengerutkan dahiku, mengawasi setiap pergerakan Spring. "Apakah hanya aku yang merasa kau masih menyembunyikan sesuatu, Spring?"

Spring menatapku terkejut. "Tuduhan kotor!" dia memekik, beralih memandang Levi dan berkata. "Apakah kau juga berpikir begitu tentangku, Levi?"

Levi mengangkat bahu, sepertinya dia menikmati apa pun yang terjadi di sini. Aku hanya berharap dia cukup senang untuk tidak memikirkan soal Autumn lagi.

"Aku berada di sisi Summer," jawab Levi. Senyumku mengembang mendengarnya.

"Bah! Dua lawan satu. Tidak adil," Spring memberengut. "Aku tidak suka mengakui kelemahanku, tapi karena kalian dengan kejamnya memaksa ...," dia mengedikkan bahu. "Kau tentu tidak mengira aku dapat melakukan banyak hal kan, Summer?"

"Aku tidak tahu, kau jarang sekali menjelaskan sesuatu dengan benar dan jelas dan selalu menyalahkanku sebagai manusia fana yang tolol setelahnya."

"Well, kau memang iya. Dan kalau begitu tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi!" Spring meraih ke dalam sakunya, aku tidak tahu apa yang dia lakukan, tapi aku mendadak panik. Jika kami pergi ke Starsfall bagaimana dengan orang-orang di sini? Bagaimana dengan Luke dan Katherine juga Krissy? Dan apakah Levi ikut dengan kami? Atau hanya aku dan Spring saja?

"Tunggu!" Spring membeku, dia menatapku ngeri.

"Apalagi?"

"Aku ingin tahu, apakah Mom dan Dad dan Luke bisa ikut bersamaku?" tanyaku, penuh harap.

Spring memutar mata. "Kau bisa membawa siapa pun yang kau inginkan, duh. Tapi Luke sakit, jika kau tidak ingat."

"Kalau begitu lakukan apa pun yang kau bisa. Kau kan penjagaku."

Spring mendengus. "Baik. Orangtuamu dan Luke, siapa lagi?"

"Aku ikut," Levi tiba-tiba berkata. Aku tidak tahu apakah harus lega atau senang.

"Kau yakin?" tanyaku pada Levi.

Levi mengangguk. "Aku kan sudah bilang kalau aku hendak membantumu, ingat?" Sejenak wajahnya menggelap, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya sedih. Tapi kemudian dia kembali tersenyum.

"Bagaimana dengan Katherine dan Kris--" bahkan sebelum aku sempat menyelesaikan perkataanku, Spring menggeleng keras-keras.

"Tidak bisa."

"Kau bilang aku bisa membawa siapa pun? Dan bagaimana kau tahu kalau mereka aman di sini?"

Spring memperhatikan kuku-kukunya dan menjawab dengan nada bosan. "Mereka aman. Apakah kau tidak menyadari bahwa semua kekacauan yang ada di sini adalah ulahmu? Kalau kau pergi ke Starsfall duniamu akan aman dan membosankan seperti biasa. Semua kutukan itu akan mengikutimu ke sana."

"Well trims kalau begitu."

Spring menjentikkan jarinya, Mom dan Dad dan Luke mendadak saja sudah berada di kamarku. Mom sedang membungkuk, seperti hendak meraih sesuatu. Dad melompat di udara, di salah satu tangannya terdapat jaring besar, dan Luke berdiri, kebingungan terpancar di wajahnya.

Aku berdeham, membuat semua perhatian tertuju padaku. Aku tidak menyadari sampai saat itu betapa aku merindukan mereka semua dan kehidupan normalku yang biasanya. Rasanya semua itu sudah lama sekali berlalu.

Mom nyaris terisak melihatku. "Oh, anakku!" dia memelukku. Aku balas memeluknya, Mom selalu punya efek menenangkan dan hangat. Aku tahu aku punya banyak sekali hal yang harus aku jelaskan padanya (itu jika Spring belum menjelaskan sama sekali dan hanya meletakkan Mom dan Dad di dalam botol), serta masih ada banyak sekali di masa depan. Tapi pada saat itu aku hanya ingin ketenangan yang Mom berikan dari pelukannya. Tentu saja itu hanya berlangsung sampai Dad mulai tertawa terbahak-bahak.

"Sudah kuduga kau akan terlihat sangat mirip denganku dengan kepala botakmu!" Dad terpingkal-pingkal, menertawai Luke yang memberengut dan kelihatan sebal.

"Senang mendengar kau bahagia, Dad. Terakhir kali aku merasakan orang lain bahagia karena aku nyaris mati adalah beberapa hari lalu," Luke memelototi Spring galak. "Apakah kau sudah meninju kecoa menjijikkan itu, Summer?"

"Sesuai permintaanmu," kataku, bertepatan dengan Spring yang berkacak pinggang dan mulai memprotes.

"Derajat kecoa lebih tinggi daripada kau manusia fana yang lemah."

"Terserah. Kau hanya serangga bau yang cengeng," Luke bersedekap, jelas menantang Spring. "Membohongi dirimu sendiri saja terus, dasar bau."

"Menghina bangsa kecoa adalah hal yang akan membawa malapetaka dalam hidupmu! Kau tidak tahu betapa aroma kami dapat menyembuhkan penyakit-penyakit langka di Starsfall!"

Luke memutar mata. "Menyedihkan, kau sendiri bahkan tidak dapat menyingkirkan penyakit dalam diriku, coba kuingat-ingat, kau berkata padaku bahwa kau tidak lulus mata pelajaran Penyembuhan selama berpuluh-puluh tahun dan itulah sebabnya kau ditugaskan menjaga Summer. Akui saja kalau kau memang payah."

Wajah Spring memerah. "Dasar keparat, kusumpahi kau dakian seumur hidup."

"Oh trims, Tuan Besar Kepala. Sayangnya hidupku tidak lama lagi."

"Dasar manusia tidak tahu diri," Spring menggerutu.

"Bajingan," Luke membalas.

"Kepala botak penuh kutu!"

"Bau comberan!"

Levi mendadak tertawa.

Spring dan Luke menoleh ke arahnya dan berkata bersamaan. "Diam kau, tolol!"

Aku tidak tahu apa yang lebih lucu, bagaimana mereka bertengkar atau bahwa mereka punya kesamaan yang besar. Aku hanya terlalu senang melihat kami berkumpul lagi sampai-sampai aku mulai menangis. Dad melihatku, dan kemudian kami sudah menjadi grup berpelukan.

"Aku tahu kau merindukan kehebatanku, Peanut," kata Dad.

Levi bergabung memelukku, bahkan Luke juga (yang sebelumnya memberikan jari tengah pada Spring). Air mataku masih mengalir, aku sudah tahu sejak awal bahwa aku memang cengeng, dan aku tidak bisa melakukan apa pun dengan itu.

Spring berdeham keras-keras, menghancurkan apa pun atsmosfer di ruangan ini.

"Apakah sudah selesai? Kita punya sesuatu yang harus dihadapi. Sesuatu yang gawat."

"Oh, jadi ini belum selesai?" dahi Mom berkerut. "Aku tidak tahu mengapa ini belum selesai. Apa pun ini."

Spring mendesah lelah. "Tentu saja ini belum selesai, karena putrimu yang lemah, tentu saja, aku tidak akan menerima komentar jahat lain mengenai bagaimana cara kerjaku mengatasi ini semua dari makhluk menyedihkan di sana itu."

Di sebelahku, Luke mendengus. Dia memang tidak sepucat sejak terakhir kali aku melihatnya, dan kelihatan baik-baik saja. Tapi aku merasa dia bisa ambruk kapan saja dan itu membuatku khawatir.

"Jadi kita semua akan pergi ke Starsfall melalui satu-satunya pintu yang ada," Spring meraih ke dalam saku bajunya dan mengeluarkan sebuah ... tutup pulpen. "Aku sudah menghubungi Dewan Keadilan Starsfall, sampai mereka menjawab permintaanku, tentu saja kita tidak akan bisa pergi ke sana. Butuh izin yang rumit untuk membawa kalian para manusia ke tempat suci semacam Starsfall. Kemungkinan besar besok. Untuk saat ini kalian tidak boleh meninggalkan ruangan ini, kutukan dan nasib buruk yang ada pada diri Summer telah membawa kehancuran," Spring mengetuk dua kali pada peta melayangnya. Peta itu kembali menampilkan kekacauan yang tadi.

Mom terhenyak. Dad membelalak. Bahkan dahi Luke berkerut melihatnya.

"Benar, itulah yang kuharapkan dari ekspresi wajah kalian. Kengerian," Spring melanjutkan. "Dan sesuai permintaan Summer—yang perlu kutekankan di sini—Luke haruslah mendapatkan pengobatan yang serius. Maka dia harus pergi lebih dulu bersamaku ke perbatasan antar dunia agar utusan Dewan Keadilan yang lain dapat membawanya ke Starsfall, semua itu agar Luke dapat hidup lebih lama, aku tidak menjamin kesembuhan karena yang dapat melakukannya hanya Summer, di sini aku hanya membantu Luke. Meskipun aku sama sekali tidak mau menghabiskan waktu dengannya, sebagai penjaga Summer yang setia, aku akan berkorban demi dia."

Luke mendengus keras-keras. Dia batuk sambil berkata. "Pembual."

Spring mengabaikan Luke, tetapi jari-jarinya berkedut, seakan dia menahan dorongan besar untuk mencekik Luke.

"Jadi begitu, selamat beristirahat! Aku adan datang dalam beberapa jam!" Spring menatap Luke ganas. "Ayo pergi, manusia."

Mereka berdua hilang seketika.

"Aku tidak mengerti," kata Mom. "Penjelasan Spring mengenai hal-hal seperti kesialan dan sebagainya membuatku pening."

"Apakah kalian tidak merasakannya?" Dad melepaskan pelukannya, dia berjalan ke tengah ruangan, merentangkan tangannya lebar-lebar. "Ini adalah bau petualangan. Aromanya sangat kuat!"

"Sayang, kupikir ini adalah bau serangga mati," dahi Mom berkerut. Dia menatapku. "Apakah kau berpikir begitu, Summer?"

Aku tersenyum padanya dan menggeleng.

"Yah, aku tidak peduli, yang penting aku akan menjalani petulangan besar!" Dad tertawa terbahak-bahak. Aku melirik Levi, yang tersenyum padaku sambil mengedikkan bahu.

Ya, benar, petualangan besar menuju kematianku dan kiamat dunia. Hebat. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro