Chapter 17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika sudah merasa lebih baik, aku menyusul Levi dan Spring. Harus kuakui, saat membuka pintu menuju ruang sebelah, aku mengira akan melihat sesuatu yang berlebihan dan aneh pada saat yang bersamaan, tetapi yang kulihat hanya ruangan putih lain.

Spring duduk di atas sebuah batu putih, sedang melilit lengannya dengan perban dan kelihatan kelelahan. Di sisi lain Levi mengisi gelas dengan cairan berpendar. Levi menyadari kehadiranku lebih dulu dan tersenyum. Dia kelihatan kacau dengan rambut mencuat dan maskara yang luntur, dan aku harus mengingatkan diriku bahwa Levi datang ke sini suka rela. Hanya untuk membantuku (walaupun sebenarnya aku yakin ada maksud lain yang berhubungan dengan Autumn).

Aku berdeham keras-keras, membuat Spring mengangkat kepala dan menatapku. Dalam ruangan serba putih, matanya jadi terlihat mencolok.

"Erg, aku ingin minta maaf karena sudah marah padamu," kataku pada Spring. "Maksudku, kau sudah menyelamatku dan sebagainya dan kau sudah berusaha. Seharusnya aku sudah mengira, dengan Luke dan monster aneh dan semua hal sial yang terjadi padaku bahwa hal buruk tidak akan berhenti sampai situ saja."

Ini sangat canggung, aku tidak akan berbohong, apalagi dengan kesunyian yang menggantung dan Spring yang menatapku. Tapi Levi memberiku senyum sebelum dia meminum cairan dalam gelas dan mengernyitkan wajah seketika.

"Sial, apa ini, pipis kuda?"

Sudut bibir Spring terangkat. "Bukan, tolol. Itu otak Unicorn yang telah difermentasi."

Bukan penjelasan yang lebih baik, tapi aku tertawa ketika Levi memuntahi minumannya kembali selagi Spring protes.

"Itu minuman suci! Kau tidak akan mendapatkan yang semenyegarkan itu di duniamu!"

"Demi setan, makasih banyak tapi aku tidak butuh minum otak."

Kemudian Spring menatapku lagi dan wajahnya berubah serius. "Aku juga kalau begitu. Kukira aku terlalu meremehkan semuanya dan sekali dua kali menganggap kau sudah paham dengan apa yang terjadi di Starsfall."

Aku mengangkat bahu (mengabaikan fakta bahwa aku ingin sekali mengedit bagian sekali dua kali, karena sudah sangat sering Spring menganggap aku terbiasa dengan situasi ini sampai-sampai lupa menjelaskan padaku kalau aku berada dalam BAHAYA MAUT bukan BAHAYA SAJA. Aku tidak ingin cari gara-gara ketika kami sedang minta maaf).

"Kalian benar-benar seperti film Nicholas Sparks," Levi berkomentar. "Tapi Spring, kau harus memberitahu detail rencanamu pada kami lain kali, OK? Secara detail. Jadi kami tidak akan mengikuti makhluk aneh lain yang mengaku-ngaku bicara atas namamu."

Spring mengangkat bahu. "Akan kucoba, kalau aku tidak lupa."

Setengah jam kemudian kami sudah kembali ke kamar hotel dan mendengarkan Spring menjelaskan kompetisi apa yang sedang ditayangkan di layar TV.

"Kau harus mengendarai nyamuk. Misinya mudah saja, siapa yang paling lama membuat manusia terganggu dan kesal pada bunyi nyamuk yang kau hasilkan, maka kau menang."

Aku mengerjap tak percaya. "Hal seperti ini dilombakan?"

"Yep. Salah satu yang paling bergengsi selain lomba terbang cepat kecoa."

"Ewh. Kenapa tidak ada lomba membasmi serangga? Aku ingin ikut yang itu," Levi mengangkat kakinya ke atas meja.

"Hal seperti itu ada, tentu saja. Tapi tidak terlalu disenangi," kata Spring sambil mengunyah bola-bola kapas.

"Jadi, apa yang terjadi setelah kita menghadap Dewan Keadilan?" tanya Dad dari seberang ruangan. Dia sedang membaca buku manual penjelasan mengenai sejarah Starsfall.

"Pertama, laporkan soal Madam Petunia. Kedua, kita harus mendapat izin pergi ke kawasan kurcaci agar bisa membujuk Raja Kurcaci membatalkan taruhan dan menganggap bahwa Yang Mulia menang. Dengan begitu Winter Blue harus dikeluarkan dari lingkaran kesialan," jelas Spring.

"Jika itu gagal?" tanyaku, mulai khawatir. Spring membuatnya kedengaran mudah, dan siapapun tahu apa yang katanya mudah seringkali membuatku kehilangan nyawa.

"Rencana B."

"Apa itu?"

"Sedang kupikirkan."

Dad bersikeras kami membuat rencana sedetail mungkin. Tapi masing-masing dari kami tidak tahu apa yang akan terjadi di hadapan Dewan Keadilan dan Spring akhirnya berkata jujur bahwa dia juga tidak begitu tahu seperti apa Raja Kurcaci.

"Rumor mengatakan sang Raja tamak, seperti para kurcaci lain. Tapi aku tidak tahu pasti. Aku tidak pernah bertemu dengannya."

Dan pada saat waktu Setengah Jatuhan Bintang tiba, kami tidak mendapatkan apa-apa selain 123 kemungkinan tempat tinggal Madam Petunia berada dan 763 jalur menuju kawasan kurcaci. Waktu yang tersisa jelas tidak bisa menyusuri semua itu satu persatu kecuali kami mendapatkan izin Dewan Keadilan.

Seorang pria bersetelan mengantarkan kami menyusuri Lorong Terkikik (kami semua tidak bisa berhenti terkikik saat melewatinya) dan Pintu Nyaris Mati (kami benar-benar nyaris mati. Kepalaku hampir saja tertebas pedang tajam sekitar dua puluh kali. Jantungku sudah kabur ke neraka begitu kami keluar) untuk menuju ruangan utama tempat Dewan Keadilan menerima permintaan keadilan.

Ruangan tersebut berbentuk lingkaran, dengan layar besar dan sebuah meja super megah. Hanya terdapat sebuah mangkuk di atas meja. Si pria bersetelan menyuruh kami menunggu dalam lingkaran hitam sebelum dia lenyap, meninggalkan udara yang berderak dan embusan angis panas dari tempat dia sebelumnya berada.

Aku tidak melihat ada satu pun makhluk lain selain kami di ruangan itu, tapi Spring kelihatan begitu kaku.

"Di mana--" sebelum aku sempat menyelesaikan ucapanku, Spring memelototiku galak.

Layar besar di hadapan kami menyala, dan aku kini bisa melihat delapan makhluk dengan kepala besar dan badan super kecil duduk di balik meja ditampilkan di layar. Mereka semua memakai dasi kupu-kupu dan kelihatan serius.

"Apakah ini berhubungan dengan lingkaran kesialan tempat Winter Blue berada?" tanya makhluk yang duduk di tengah. Dia satu-satunya yang memiliki rambut.

"Ya, saya sudah melaporkan apa yang terjadi di Downfall dan mengapa kami harus membawa misi ini ke Starsfall pada surat yang saya kirimkan," Spring berhenti sejenak, menunggu si kepala rambut afro mengangguk. "Tapi ada masalah lain, Tuan Kepala Indah."

Aku tidak percaya Spring baru saja mengatakan itu! Tuan Kepala Indah! Mom pasti mendengus mengejek kalau tahu--aku mengerjap tiba-tiba, berusaha menahan air mata yang hendak keluar.

Satu persatu. Jangan pikirkan semuanya sekaligus. Fokus pada apa yang terjadi sekarang.

Tuan Kepala Indah menaikkan salah satu alisnya yang setebal bulu ulat. "Apa itu, Malapangus?

Spring berdeham. "Kami menuntut keadilan."

"Kami mendengarkan tuntutanmu." para Dewan berkata bersamaan.

"Madam Petunia menculik salah satu dari kelompok kami. Kami ingin dia kembali dan Madam Petunia ditangkap."

Tuan Kepala Indah mengedip. "Apa yang membuatmu ingin dia ditangkap?"

"Karena kami ingin, Tuan." Spring menjawab dengan mantap.

Aku menanti sesuatu yang buruk terjadi, seperti sepasukan cacing yang akan memasukkan kami ke penjara dan Levi harus bercakap-cakap dengan versi lain dari Besi Panas. Tidak mungkin seseorang dapat lolos dari pertanyaan serius setelah menjawab dengan cara seperti itu.

Namun, alih-alih begitu, Tuan Kepala Indah mengangguk santai, bahkan dia kelihatan puas. "Sudah berada dalam daftar kami. Aku menebak kalian juga butuh akses ke kawasan kurcaci?"

Spring mengangguk. "Benar, Tuan."

"Kalian akan berangkat dalam tiga Setengah Jatuhan Bintang."

Setelah itu layar mendadak mati dan Spring mengembuskan napas panjang. Seolah dia amat kelelahan atau bagaimana. Apa yang dia katakan selanjutnya membenarkan dugaanku.

"Aku tidak menyangka akan sesulit itu!"

Aku ingin berlari tujuh kali, memukulkan kepalaku ke dinding, atau berteriak keras-keras ke dalam toilet sambil mempertanyakan maksud sulit dan mudah yang sebenarnya dipahami Spring. Karena sejauh ini keduanya kelihatan terbalik.

"Kau bercanda, son? Itu yang kau maksud sulit? Kau belum lihat bagaimana aku harus menarik tali pancingku ketika hiu ganas gila menyantap umpannya. Perahuku, beserta seluruh anak buahku, nyaris terlempar ke laut. Aku sangat yakin kami akan menjadi kisah legenda pria yang ditelan paus dan kembali hidup-hidup yang baru jika saja si hiu tidak mendadak mati," Dad memukul bahu Spring keras-keras, membuatnya tersedak. Setidaknya kepercayaan diri Dad telah kembali.

Si pria bersetelan mewujud kembali dari ketiadaan dan mengantarkan kami ke kamar hotel. Sewaktu Spring menyarankan (dengan paksa) sebaiknya kami semua istirahat karena tiga Setengah Jatuhan Bintang masih enam jam lagi, aku memutuskan mengambil selimut paling tebal dan duduk di depan jendela (yang tidak menunjukkan kuda terbang berbelalai, tapi pemandangan air terjun terbalik), dan bertanya-tanya apakah Mom baik-baik saja atau apakah aku bisa bertemu Luke lagi. Kami sudah lama tidak benar-benar menghabiskan waktu bersama, aku dan Luke. Dan mendadak saja aku takut aku tidak akan punya kesempatan lagi untuk itu.

Dad menghampiriku beberapa saat setelah Levi mulai bernyanyi di kamar mandi (aku tidak bilang suaranya buruk, maksudku kucing sekarat saja punya suara yang lebih enak didengar daripada aku saat menyanyi, tapi tetap saja), dan menyerahkan gelas beraroma kopi padaku. Aku berharap itu benar-benar kopi, bukan fermentasi otak Unicorn atau sari-sari sayap kecoa. Aku hampir tidak mempercayai semua makanan atau minuman yang ada di sini normal.

Untungnya, entah bagaimana, itu memang kopi sungguhan. Aku menyesap sedikit sebelum bertanya pada Dad. "Kau tidak takut, Dad?"

"Takut pada apa, kiddo?"

"Semuanya, tempat ini, Mom dan Luke," suaraku bahkan nyaris tidak terdengar oleh telingaku sendiri.

Selama beberapa saat Dad tidak menjawab. Aku mengikuti pandangannya ke arah cerpikan-cerpikan air yang membeku menjadi kristal salju dan jatuh menghujani sebuah desa di luar sana. Ketika akhirnya Dad mulai bicara, aku sudah meletakkan cangkir kopiku yang tinggal separuh ke lantai.

"Ibumu dan aku menciptakan permainan Ingat Aku ketika kami masih pacaran," suara Dad mengenang, aku beringsut mendekat ke arahnya, menyandarkan kepalaku ke bahunya. "Kami menyebutkan masing-masing satu hal yang paling kami sukai pada satu sama lain, aku kapal dan ibumu bola kristal besar. Lalu setiap kali kami merindukan satu sama lain, aku akan pergi ke banyak kota untuk membeli bola kristal dan mengirimkan semua itu pada ibumu."

Dad terkekeh. "Kau ingat cerita bagaimana kami bertemu, Summer?"

"Yeah," aku tersenyum. "Kau sedang membuat boneka salju raksasa di tengah badai dan hampir membuatmu kehilangan jari ketika Mom marah-marah karena kau menghalangi jalannya sehingga dia terlambat ke pernikahan." Mom sudah nyaris menikah ketika bertemu Dad, dengan pria tua membosankan berperut buncit yang tidak punya kesabaran. Begitu mengetahui Mom terlambat di hari pernikahan mereka, mantan calon suami Mom menggantikan Mom dengan gadis malang pertama yang dia lihat.

"Dan Papa membenciku karenanya selama bertahun-tahun," Papa adalah kakekku. Kupikir dia satu-satunya orang yang dapat membuat Dad ketakutan.

Dad merangkul pundakku. "Dengar, Summer. Aku tidak akan bohong bahwa semua ini," Dad melambaikan tangannya, menunjuk pada pemandangan yang sedang kami lihat, "begitu aneh dan ajaib dan juga berbahaya. Tapi aku sudah mengarungi lautan dan bermain dalam banyak sirkus keliling dan kau lihat aku masih setangguh saat aku muda. Dan jika ada seseorang yang dapat menyamainya, itu adalah ibumu."

Aku berusaha selama lima detik agar air mataku tidak jatuh ketika Dad melanjutkan. "Dan kau dan Luke? Kalian adalah anak-anak kami, kalian lebih tangguh daripada yang kalian pikirkan."

Dad mencium puncak kepalaku. "Segalanya akan lebih buruk setelah ini, aku yakin itu. Tapi Summer, kau tidak boleh kehilangan keyakinan bahwa pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja, paham?"

Aku mengangguk.

"Bagus. Sekarang tidurlah. Besok kita akan bertemu orang-orang pendek."[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro