Bab 28: KENANGAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"B - E - G - O. Be-go!" ujar Kai penuh penekanan.

Pura-pura bahwa julukan tersebut bukan ditujukan untuk dirinya, Dexa pun membuang muka. Ia memilih untuk mengamati para pelanggan yang datang dan pergi melalui pintu yang berada tegak lurus darinya.

Suasana di Kafe Kenangan siang itu cukup ramai. Beberapa orang datang untuk memesan kopi agar bisa menghilangkan kantuk yang datang setelah makan siang. Beberapa lagi datang untuk rapat dan membuat deal-deal yang bisa memberi keuntungan. Ada juga yang datang untuk sekedar mencicipi menu di kafe yang viral di media social itu.

Sementara itu, Dexa sengaja memilih Kafe Kenangan untuk bertemu Kai karena lokasinya berada di dekat SMA 514.

Selama hampir dua tahun menjadi rekan kerja, Dexa bisa mengetahui pola aktivitas Farah. Termasuk berjalan kaki menuju halte bis terdekat saat pulang sekolah. Jalanan di depan Kafe Kenangan menjadi rute yang selalu dilewati oleh Farah.

Dexa berharap, setidaknya dari jendela ia bisa menangkap siluet Farah yang sedang melintas. Mungkin itu bisa membuat rasa rindunya terobati. Karena untuk datang dan mengunjungi Farah secara langsung, Dexa belum cukup siap.

"Gue tuh jadi ragu, jangan-jangan selama ini lo sebenarnya bukan jenius. Tapi cuma berpura-pura jadi seorang jenius," cemooh Kai sambil menatap Dexa dengan mata sinis.

Alih-alih menanggapi sahabatnya, Dexa memilih untuk lanjut menyesap espresso.

"Lo udah nyianyiain kesempatan yang lo tunggu selama sempbilan tahun. Sembilan tahun, Dex! Kalo nyicil rumah, itu udah mau lunas!"

Dexa melirik ke arah Kai yang semenjak tadi terus saja mengomel. "Gue enggak membutuhkan sembilan tahun buat beli rumah," ucapnya sambil menyeringai.

Kai sontak mengeraskan rahang sambil berlagak ingin meninju Dexa. Sepertinya dia salah memilih perumpamaan.

"Intinya, lo itu bego!" ulang Kai. "Apa susahnya, sih, untuk bilang I love you? Tiga kata doang, loh!"

Dexa menyandarkan punggung ke sandaran kursi. "Gue pengangguran, Kai," lirihnya.

"Lo kan lagi ngerintis usaha."

"Tapi, kan belum berjalan," sanggah Dexa.

"Bentar lagi kan jalan." Kai tetap bersikukuh.

"Tapi sekarang belum jalan."

Kai menatap tajam kea rah Dexa. "Argh! Terserah lo, deh," ketusnya. "Lagian, emang pengangguran dilarang bilang I love you?"

"Setelah bilang I love you, gue ngapain?" tantang Dexa.

"Maen catur, kek. Congklak, kek," jawab Kai asal-asalan. "Ya terserah lo!"

Dexa menghela napas. "Setelah bilang I love you, gue maunya langsung ngajak dia untuk bikin rencana menikah."

"Astaga, Dex!" seru Kai. "Kenapa harus langsung ke sana?"

Dexa mengernyit. "Memang saat bilang I love you ke orang yang lo suka, lo enggak ada rencana buat menjadikan dia pasangan hidup?"

"Ya, ada!" tukas Kai. "Tapi, kan, bertahap. Yang penting lo bisa ngomong dulu. Gimana kalo dia keburu digaet orang lain? Bisa-bisa kisah kalian cuma berakhir jadi kenangan."

Dexa berpikir sejenak, lalu berkata dengan mantap, "Kalo dia memang benar cinta ama gue, dia pasti enggak akan milih pria lain selain gue, kan?"

***

Sehari sebelumnya

"Dexa bilang gitu ke Farah?"

Farah mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Raven.

"Menurut Raven, itu penolakan halus. Ditambah lagi, Dexa menyuruh Farah pulang. Kalo selama ini Dexa malu untuk ngomong, harusnya saat Farah ngomong Dexa akan menyambut."

Farah mengangguk-angguk, membenarkan kata-kata Raven.

"Menurut gue, enggak!" sanggah Jatu. "'Sekarang bukan saatnya', gue ngerasa itu seperti kata I love you yang tertunda."

Farah menoleh ke arah Jatu, lalu kembali mengangguk-angguk.

"Bagaimana kalo itu artinya I love you yang sudah memudar? Mungkin itu cuma perasaan Dexa waktu SMA. Dan seiring berjalannya waktu, Dexa sadar bahwa udah enggak lagi perasaan yang tersisa."

"Rasa cinta enggak segampang itu untuk luntur, Ven. Liat aja laki gue. Bertahun-tahun dia masih memendam rasa dan terjebak dalam kenangan sama mantannya," ucap Jatu dengan sedikit kesal.

"Tapi akhirnya Pak Titan lupa sama masa lalunya karena kehadiran Jatu, kan?" sanggah Raven. Perempuan itu lalu berpaling ke arah Farah. "Bisa saja Dexa tiba-tiba bertemu dan jatuh cinta dengan orang baru."

Farah merenungkan kata-kata Raven. Bukankah ia juga pernah melakukan yang sama? Ia sempat melupakan Gilang karena kehadiran Dexa.

"Jadi menurut Raven, keputusan yang paling tepat adalah Farah balik sama Gilang."

"Gue enggak setuju!" Jatu menggebrak meja. "Gue enggak suka sama Gilang karena jadi cowok yang terlalu penurut."

"Bukannya Pak Titan juga nurut sama ibunya?" Raven mengingatkan Jatu tentang suaminya. "Pak Titan mau nikah lagi karena nurutin saran ibunya, kan?"

"Nurutnya Titan beda sama nurutnya Gilang." Jatu melotot ke arah Raven, lalu berpaling ke Farah. "Pokoknya, Gilang bukan pria yang baik buat lo."

"Tapi Gilang udah banyak bantuin Farah. Ingat saat kita skripsi dan laptop Farah rusak. Gilang bantu untuk nyari tukang service ke mana-mana. Padahal dia lagi sakit, kan?" Raven menoleh ke arah Farah untuk meminta persetujuan.

Farah mengangguk pelan. Ia teringat kejadian itu. Setelah laptop Farah bisa bekerja kembali, Gilang langsung ambruk dan harus dirawat di rumah sakit selama empat hari.

"Kalo kita harus nikah sama orang yang baik dengan kita, gue enggak bakal nikah sama Titan. Tapi sama Langit," debat Jatu. "Kita menikah sama seseorang bukan karena orang itu baik sama kita. Tapi karena kita cinta."

"Emang Farah mau langsung nikah?" tanya Raven.

"Loh? Kan tadi Farah udah bilang. Mamanya Gilang mau mereka segera menikah. Secepatnya!" geram Jatu. "Lagian, tujuan menjalin hubungan adalah menikah, kan?"

"Kalo begitu, sekarang kita tanya Farah," Raven berpaling dan menatap Farah, "Farah ingin menghabiskan sisa hidup Farah dengan siapa? Gilang atau Dexa? Kenangan atau masa depan?"

Farah yang semenjak tadi hanya melihat kedua sahabatnya berdebat kini gelagapan. Gilang atau Dexa, menuntaskan kisah lalu atau menjalani cerita kini. Ia masih bingung harus menentukan yang mana.

***

Masa kini

"Bukan masalah beneran cinta atau enggak, Dex. Kalo memang enggak ada kejelasan, bukannya lebih baik memilih orang lain yang udah jelas?" bantah Kai. "Begini, ya. Misal, walaupun lo cinta banget sama Akagi Haruko, tapi lo enggak mungkin nungguin dia terus, kan? Karena apa? Karena enggak ada kejelasan."

Mendengar Kai menyebutkan nama salah satu tokoh di anime Slam Dunk itu, Dexa pun menahan tawa. "Akagi Haruko itu tokoh fiksi. Lagian, gue enggak cinta-cinta banget sama dia."

"Ini hanya perumpamaan, Dex!" Kai mengacak-acak rambut. Merasa frustasi dengan sahabatnya.

"Pokoknya, takdir itu harus diusahakan, Dex. Bukan ditunggu."

Mungkin Kai benar. Takdir itu harus diusahakan, seperti usaha dirinya berada di Kafe Kenangan hanya untuk bisa menangkap siluet Farah melintas. Dexa menghela napas. Lalu ia tiba-tiba menangkap satu sosok yang sedang membuka pintu kafe. Sepertinya takdir akan selalu datang meski tidak diusahakan.

Sementara itu, Farah memasuki Kafe Kenangan dengan tekad yang sudah bulat. Setelah semalaman berpikir dengan menimbang perkataan orang tua dan sahabat-sahabatnya, akhirnya ia bisa membuat keputusan.

Farah mengedarkan pandang. Di ujung sana, orang yang akan ditemuinya sedang duduk sambil menyunggingkan senyum. Masih sama seperti beberapa tahun lalu. Namun, ekor matanya juga menangkap siluet seseorang. Sejenak ia sempat ragu, tapi kembali memantapkan hati.

Satu langkah, dua langkah, Farah berjalan dengan pasti. Kenangan harusnya tetap jadi bagian dari masa lalu. Mau tidak mau, ia harus berjalan dan menghadapi kenyataan di masa kini dan akan datang.

Menarik kursi, Farah menyunggingkan senyum pada sosok yang sudah membuat janji dengannya hari itu. Lalu, Farah pun menyapa, "Terima kasih udah nungguin aku, Lang.",

***


🏀🧮🏀END VERSI WATTPAD🏀🧮🏀

Dear, Teman-teman Pembaca

Pertama, saya ingin meminta maaf katena baru sempat menyapa. Berhubung proyek ini judulnya Marathon Bareng Mantan, nulisnya juga marathon setiap hari. Maka, saya terkadang tidak sempat membalas komen Teman2 satu per satu.

Kedua, cerita ini adalah spin off dari cerita saya yang lain yang berjudul AMORE dengan tokoh utama Jatu dan Titan. Jika Teman2 penasaran, bisa baca ceritanya di wattpad atau versi lengkapnya di Lontara.

Terakhir, saya mengucapkan terima kasih karena Teman-teman sudah membaca dan memberi dukungan untuk Farah dan Dexa sampai bab ini.  Apalah aku tanpa kalian. 😇

Sarangheooo... ♥️♥️♥️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro