Semu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Frey, kau yakin tidak mau keluar hari ini?"

"Iya kak, aku jaga rumah saja. Lagipula ayah dan ibu pasti sudah berangkat kerja kan?"

Kakakku mengangguk, lalu menghela nafas. Terlihat jelas kalau dia mengkhawatirkanku saat ini.

"Kalau begitu, jaga rumah baik-baik ya! Kakak ke kampus dulu," sahut kakakku.
    
"Iyah. Hati-hati kak!"

BLAM!

Keheningan memenuhi ruangan ini. Tidak ada lagi suara setelah kakakku menutup rapat pintu kamarku. Sekarang aku sendirian.

Freya Grafiella itulah namaku. Teman-teman dan keluargaku biasa memanggilku ‘Frey’. Sekarang ini, aku tengah menikmati hari libur setelah ujian dengan diam saja dirumah. Atau mungkin bisa dibilang hanya diam di kamar. Jujur saja, aku yang telah menjalani Ujian Nasional ini masih bingung ingin mengambil jurusan apa saat kuliah nanti. Atau mungkin tidak usah kuliah saja. Lalu bagaimana dengan reputasi keluargaku yang notabenya sebagai keluarga jenius? Ayahku seorang dokter, ibuku ahli genetika, dan kakakku mengambil jurusan keperawatan. Lalu bagaimana denganku? Mau jadi apa aku nanti? Aku selalu memikirkan hal itu. Aku merasa seperti kehilangan arah, aku tidak tahu impian seperti apa yang akan kucapai. Aku merasa kehilangan semuanya, mimpiku dan dia.

Namanya Rey. Orang yang telah membuatku menemukan mimpiku waktu itu. Dia yang selalu mendukung dan memotivasiku untuk maju. Dan dia adalah seorang teman yang baik.

Waktu itu, ekskul seni rupa di SMAku kedatangan anggota baru. Dan orang itu adalah Rey. Awalnya aku memang tidak mengenalnya karena aku tidak pernah melihat dia selama di sekolah ini. Aku sempat mengira bahwa Rey adalah anak pindahan, dan ternyata tidak. Dan aku baru tahu kalau kami seangkatan.

Tugas kami waktu itu adalah membuat lukisan Representatif dalam waktu satu jam. Waktu yang sangat singkat bagiku sampai aku ragu bisa menyelesaikan lukisanku tersebut. Dan benar, ternyata cukup banyak orang yang tidak dapat menyelesaikan lukisannya. Karena itulah kami diberi tugas untuk menyelesaikan lukisan yang kami buat tersebut di rumah.

Disaat semua orang mulai meninggalkan ruangan ini dan bergegas pulang, Lelaki itu masih duduk tenang di tempatnya sambil memegang kuas dan menyapunya di kanfas miliknya. Sengaja aku mendekatinya, dan tentu saja ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Mengingat bahwa siswa tingkat 12 yang mengikuti ekskul ini hanya aku dan dia.
                                                                        "Kau tidak pulang?" tanyaku kepada Rey.

Rey mendongakkan kepalanya sekejap utuk melihat siapa yang berbicara kepadanya. lalu melanjutkan kegiatannya, “tidak, aku sedang memberi polesan terakhir untuk lukisanku."

Aku berjalan ke belakangnya hanya untuk melihat lukisan yang dia buat. Dan yang aku lihat saat ini sebuah lukisan ikan koi yang nampak hidup. Indah sekali, dan Rey menyelesaikannya hanya dalam waktu satu jam. Sungguh menakjubkan.

"Jika kau dapat melukis sebagus ini, mengapa kau baru bergabung di ekskul ini Rey?"

"Kurasa aku tidak perlu menjelaskannya kepadamu," sahutnya sambil tersenyum. Rey segera membereskan barang-barangnya dan meninggalkan tempat ini. Namun sebelum itu, ia berbalik ke belakang. "Um, siapa namamu?"

"Freya, panggil saja aku Frey."

"Baiklah, senang bertemu denganmu Frey! Aku duluan ya?"
Aku hanya mengangguk. Namun, ia tidak melihatnya. Entah mengapa aku merasa penasaran dengan lelaki itu.

Keesokan harinya, saat jam istirahat aku melihat Rey tengah berada di ruang kesenian. Ia duduk di depan kanfas sambil menyapukan kuas di atas kanfas tersebut. Karena penasaran, aku pun menghampirinya.

"Sedang apa kau disini?" tanyaku tiba-tiba sehingga membuat dia tersentak, layaknya seseorang yang ketahuan menyontek saat ujian.

Rey menghela nafas, "ternyata kau, aku kira siapa tadi. "

"Kau belum menjawab pertanyaanku," ujarku sinis.

"Apa yang aku lakukan sekarang itu tidak menjawab pertanyaanmu?"
Aku memalingkan wajahku, mencoba untuk tidak menatap matanya.

"Kau sedang melukis, dengan lukisan yang sama indahnya," gumamku pelan.

"Huh?" Rey mengerutkan dahinya, itu pasti karena ucapanku yang tidak terdengar olehnya.

Jujur saja, lukisan yang dia hasilkan sangatlah Indah, sangat alami, dan tampak hidup. Aku merasa seperti melihat objek yang asli dan bukanlah sebuah lukisan. Sungguh aku ingin sekali menghasilkan lukisan seperti itu juga.

"Rey, tolong ajari aku. Agar aku bisa melukis sepertimu!"
Rey tersentak setelah mendengar permintaanku. Siapapun juga pasti akan merasa terkejut saat mendengar permintaanku yang tiba-tiba ini. Apalagi baru kemarin kami saling kenal.
                                                                       
"Kenapa harus aku?" tanyanya heran.

"Entahlah, aku merasa tenang saat melihat lukisanmu. Aku ingin bisa melukis sepertimu. Dan aku sudah memutuskan impianku untuk menjadi seorang seniman suatu saat nanti. Bukan hanya melukis, namun aku juga ingin membuat beberapa karya seni. Karena itulah, aku ingin kau membantuku mengejar impianku. Atau mungkin, kau juga memiliki mimpi yang sama denganku?"

"Hem… aku juga ingin menjadi seorang seniman. Tapi—"

Aku menyela ucapan Rey, “kalau begitu, mari kita kejar mimpi itu bersama. Berjanjilah! “
Dan Rey menyetujui janji yang kubuat begitu saja. Sejak hari itu, kami sering menghabiskan waktu bersama, dan tentu saja dia mengajariku melukis sepertinya.

Waktu itu aku tidak tahu, bahwa salah satu dari kami akan mengingkari janji itu. Saat waktu ujian sudah dekat, kami tidak pernah bertemu. Dia menghilang begitu saja seperti angin yang berhembus sesaat. Meskipun begitu, aku tetap melanjutkan hari-hariku seperti biasanya.

Tepat sehari setelah ujian, aku mendengar sesuatu yang tak ingin kudengar. Aku mengetahui sesuatu yang tak ingin kuketahui. Aku bahkan tak ingin menerima kenyataan bahwa Rey sudah meninggalkanku lebih dulu. Akhirnya aku mengetahui semuanya, alasan mengapa dia bergabung ke ekskul seni rupa, alasan mengapa dia mau membantuku begitu saja, dan alasan mengapa aku jarang melihatnya waktu itu. Jika saja aku tahu bahwa hal ini akan terjadi, aku tidak akan pernah membuat janji itu. Janji yang sia-sia itu seharusnya dia tidak menyetujuinya. Saat ini aku baru sadar bahwa aku telah menyukai lelaki itu. Rey, orang pertama yang telah memberiku sebuah kebahagiaan dan orang pertama yang memberiku sebuah kesedihan. Namun aku tidak pernah menyesal pernah mengenal Rey.

Dan sekarang aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku juga tetap harus mengejar impianku meskipun tanpamu. Aku tidak bisa menjadi seorang seniman, karena aku telah kehilangan kemampuan melukisku. Aku telah kehilangan semangat untuk melukis ataupun menggambar. Karena itulah, aku akan mengandalkan kemampuan akademikku untuk melanjutkan pendidikanku.

Setelah mengingat masa lalu itu, aku juga ingat bahwa aku ahli dalam mata pelajaran kimia. Dulu aku pernah mendapat nilai seratus saat ulangan dan tidak pernah mendapat nilai dibawah sembilan puluh pada saat ujian. Dan mungkin aku akan melanjutkan pendidikanku dengan mengambil jurusan farmasi nanti. Mungkin itu yang terbaik bagiku dan keluargaku. Mengingat bahwa orangtuaku tidak menyukai hal-hal berbau seni. Karena itulah, untuk menjaga nama baik keluarga dan untuk masa depanku. Aku akan memilih jalan itu. Keputusanku sudah bulat, meski agak sedikit terpaksa.

"Kau tahu Rey. Pada akhirnya tidak ada salah satu dari kita yang memenuhi janji tersebut. Mungkin kau kecewa akan keputusanku saat ini. Namun inilah yang terbaik untuk semuanya. Maafkan aku Rey," gumamku seorang diri.
                                                                        Aku sempat berharap agar dia kembali, meskipun aku tahu bahwa itu hanyalah sesuatu yang semu. Namun sekarang aku tahu bahwa ia selalu ada disini, dihatiku. Dan aku tidak perlu merasa khawatir. Tentang impianku yang ingin kukejar saat ini, aku akan membicarakannya dengan ayah, ibu, dan kakak nanti. Dan aku akan menekuninya sampai membuat orang lain bahagia.

                                                                       Tamat

A/N

Aku tidak menyangka akan menemukan cerita ini. Karena ya cerita ini lebih lama dari pada cerita yang sebelumnya.

Aku kira benar-benar sudah hilang ternyata ketemu lagi. Huhu...// menangis bahagia.

Gimana menurut kalian? Klise banget ya?:v

Dear diriku di masa lalu aku memaafkan tulisanmu yang masih amatir ini. Yah meskipun aku yang sekarang juga belum bisa berubah//slap!

Oke sampai disini dulu ya~

Sampai jumpa lagi :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro