⏺️ 28 ⏺️

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“Kau yakin mengajakku masuk?” Hee Young was-was.

Yong Jin menepuk pundak sahabatnya. Senyumnya tulus menghibur. “Sangat yakin. Di dalam lebih banyak anak-anak. Kau aman bersama jiwa-jiwa suci itu.”

Mau tak mau Hee Young tertawa. Analogi Yong Jin tentang jiwa suci membawa pengaruh positif di hatinya. Pandangannya menyapu parkiran luas di Aquaplanet Ilsan. Bus-bus dengan corak lucu lebih banyak berderet dibandingkan mobil pribadi.

“Oke, kita masuk,” putus Hee Young setuju.

“Jangan lupa matikan ponselmu. Detoks informasi.” YongYong Jin menyentuh lengan sahabatnya lembut.

“Bagaimana jika Shou mencariku?”

“Tenang saja, aku sudah mengirim pesan ke Seonbaenim lokasi penjemputan.” Yong Jin melambaikan ponselnya sendiri.

Hee Young mengangguk memberi persetujuan. Dia mengikuti Yong Jin yang sudah lebih dulu keluar mobil menuju pintu masuk taman rekreasi populer di Ilsan.

Benar perkataan lelaki itu. Para pengunjung hari ini didominasi oleh bocah-bocah berusia tak lebih dari sepuluh tahun. Ada segelintir orang dewasa, tapi mereka sepertinya tak peduli siapa dirinya.

Hee Young merasa cukup aman melepas tudung mantel. Meski dia masih bertahan dengan masker wajah. Menyusuri akuarium raksasa berisi hewan laut membuat batinnya tenang. Warna biru yang menenteramkan perlahan-lahan meredakan saraf-sarafnya yang tegang.

“Yong Jin?”

“Apa?” Lelaki di sebelahnya tak menoleh. Netra gelap itu begitu terfokus melihat pergerakan segerombolan ikan kecil yang mengikuti navigasi beberapa ekor hiu.

“Sampai sekarang aku masih penasaran siapa yang merekam kejadian hari itu.”

Butuh keberanian ekstra besar untuk membuka topik sensitif itu. Yong Jin tampaknya mengerti akan kondisi mental sahabatnya. Dia membimbing gadis itu melewati lorong kubah raksasa di zona air tawar. Ikan hiu berenang anggun di atas mereka. Lalu keduanya keluar dari lorong dan duduk di bangku undakan, tepat di depan akuarium raksasa. Tampilan artistiknya menyerupai layar bioskop dengan bangku-bangku kayu panjang.

Yong Jin menarik Hee Young ke undakan bangku paling belakang. Tempat tersembunyi yang memberi akses privasi tinggi. Meski lelaki itu harus tak perlu melakukannya. Karena ruang itu kosong melompong tanpa kehadiran satu pengunjung pun.

Enam tahun keduanya tak pernah membicarakan peristiwa itu secara mendalam. Yong Jin hanya terus berada di sisinya tanpa bertanya, dan Hee Young merasa nyaman dengan kebisuan sang sahabat.

“Kau masih mengingat hal itu?” tanya Yong Jin lirih.

“Aku hidup bersama kenangan pahit itu.” Suara Hee Young getir.

Pemerkosaan. Satu kata dengan berjuta akibat berantai yang harus dilakoninya selama enam tahun. Hee Young menelan ludah susah-payah. Perutnya tegang oleh sensasi mencekam saat mengurai ingatan di hari terkelam dalam eksistensi hidupnya.

Waktu itu dia masih sangat muda, polos, dan tak terlalu pandai bergaul. Tipikal anak di pojokan yang membosankan. Namun, hari-harinya yang datar mendadak jadi berwarna oleh kehadiran kakak kelas baru. Seorang pemuda biasa-biasa saja dari daerah Busan yang mengikuti orang tuanya pindah ke Seoul.

Bagi siswi lain tak ada yang menarik dari seorang Kim Seo Joon. Sosok remaja berkacamata minus dengan skor ketampanan standar, dan hobi mengisolasi diri di perpustakaan. Namun, bagi Hee Young remaja, Seo Joon adalah dewa Yunaninya. Karakter tampan dan gagah yang diam-diam memenuhi seluruh ruang di hati.

Dan itu kesalahan fatalnya. Pepatah jangan nilai orang dari penampilan berlaku pada Seo Joon. Dia membungkus sifat serigalanya dengan kedok anak lugu dan culun. Entah dari mana lelaki itu tahu dia menyukainya. Suatu hari Seo Joon memintanya datang ke atap sekolah dan mengatakan dia pun memiliki perasaan yang sama.

Mereka mulai berpacaran. Itu kesalahan keduanya. Lelaki itu mengajaknya ke klub malam dan mencecokinya dengan alkohol. Saat terbangun, dia sudah berada di kamar Seo Joon dalam kondisi telanjang bulat dan dipenuhi bekas sperma. Jejak darah mengering menyatakan keperawannya telah terenggut.

Tragedi dimulai. Hanya berselang seminggu, beberapa video tentangnya beredar luas di sekolah. Itu rekaman yang sangat menjijikkan dan menjungkirbalikkan kehidupannya. Meski membela diri dengan sanggahan telah diperkosa, tapi tingkah liarnya di video karena pengaruh alkohol dan obat perangsang menunjukkan hal sebaliknya.

Berbagai adegan tak senonoh terpampang jelas. Tak hanya bersama Seo Joon, tapi ada satu orang lain dalam video itu. Ironisnya, orang yang merekam sangat  lihai mengambil sudut pengambilan gambar. Membuat hanya wajahnya yang terekspos total, sementara dua pemerkosanya tak bisa terlacak identitasnya.

Tak ada yang percaya salah satunya adalah Seo Joon. Perempuan itu tersenyum pahit. Teringat bagaimana pedihnya dia membela diri, tapi orang-orang malah menuduhnya memfitnah sang pacar.

Hanya keberuntungan semata pihak sekolah tak mengeluarkannya. Dan neraka pun dimulai untuk Hee Young. Tangannya terkepal kencang mengingat label pelacur mulai tersemat di belakang namanya. Teman sekelasnya menjauhi. Banyak orang mulai melecehkannya dengan kata-kata mesum.

Air mata Hee Young mulai merebak. “Hatiku sakit, Yong Jin.” Dia mengusap kasar netranya dengan punggung tangan. “Aku hampir bunuh diri karena tak kuat dirundung seperti itu.”

“Beruntung kau tak melakukannya.” Yong Jin merangkul bahu mungil di sebelahnya. Telapaknya mengelus teratur lengan ramping yang terbungkus mantel.

“Ya, aku harus berterima kasih padamu. Kau penolong mentalku saat siksaan itu terjadi.”

Yong Jin menatapnya dalam diam. Bibirnya terkatup rapat. Dia hanya duduk membisu sambil memeluk sahabatnya.

“Kudengar Seo Joon telah meninggal,” kata Hee Young dalam nada datar.

Ada kilasan emosi di suara perempuan itu. Lelaki itu hanya mengangguk singkat.

“Ya, kecelakaan mobil tepat di hari kelulusan.”

Hee Young menggigil. “Dia sudah mati, tapi masih memberiku kenangan memalukan itu.”

“Hee Young ....”

“Dan Dong Wan.” Perempuan itu mendongak. “Kenapa sepupuku itu justru masih menikmati hidupnya di bawah penderitaanku?”


~~oOo~~


Butuh usaha keras melacak identitas para pemerkosanya. Seo Joon masih berkilah bahwa dia tak terlibat. Tak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang di video adalah dirinya.

Berbulan-bulan berjuang seorang diri, dia berhasil melemparkan tanda bahwa pelakunya adalah Kim Seo Joon, kekasihnya sendiri. Tato dan tanda lahir di bagian tersembunyi lelaki itu, yang diperoleh Hee Young susah-payah, akhirnya membuat Seo Joon tak berkutik.

Namun, semuanya jadi tidak berguna karena pengaruh orang tua lelaki itu. Pihak sekolah mendiamkan meski Hee Young memberikan laporan dan serangkaian bukti.

“Mereka mengancamku,” gusar Hee Young. “Keluarga-keluarga berengsek itu membungkamku, Yong Jin.”

“Dan kau menerimanya.” Lelaki itu mengingatkan.

“Bagaimana tidak?” Hee Young menarik diri dari pelukan Yong Jin. Dia mengembuskan napas kasar. “Siapa yang tidak putus asa jika ada keluarga yang mengancam akan menghancurkanku lebih dalam lagi?”

Hee Young mengertakkan gigi. “Orang tua Seo Joon memberiku ultimatum. Aku meneruskan omong kosong tentang anaknya dan mereka akan menuntutku ke meja hijau. Karena pencemaran nama baik! Kau tahu itu, Yong Jin? Pencemaran nama baik!” Suara perempuan itu meninggi.

Yong Jin hanya terdiam. Hee Young menahan isak tangis. Napasnya terdengar berat.

“Buktiku akan kalah di pengadilan karena video sialan itu menempatkanku sebagai pihak yang agresif.”

Hee Young masih mengingat dengan jelas bahkan setelah enam tahun berlalu. Obat sialan yang terus diminumkan Seo Joon membuatnya jadi binal. Gadis muda dalam video terus meracau meminta dipuaskan. Hasrat yang sangat gamblang ditunjukkan Hee Young membuat semua orang tak percaya dia telah diperkosa.

Kecuali Yong Jin.

Hee Young menarik napas panjang. “Dan sekarang kau bekerja untuk Dong Wan.”

“Hanya sebatas pekerjaan, Hee Young. Eomma memaksaku menerimanya. Upahnya besar.”

Hee Young bersedekap. “Sampai kapan kau akan bersembunyi di bawah ketiak ibumu?”

“Hee Young, kenapa kau sekasar itu?” Yong Jin terkejut.

Hee Young memejamkan mata, merasa lelah luar biasa. “Ibumu tak pernah berhenti memusuhiku,” keluh Hee Young. “Apalagi sejak video itu beredar.”

Yong Jin terdiam cukup lama sebelum berkata. “Sebenarnya Pamanmu datang ke rumahku setelah skandal video itu merebak.”

Hee Young terhenyak kaget. “Paman?”

“Tak hanya dirimu yang diancam, Hee Young. Aku dan Eomma pun sama.” Yong Jin memperbaiki posisi duduknya. Tak ada nada amarah di suaranya. Bahkan lelaki itu cenderung berkata dengan santai. “Pamanmu menganggap keluargaku tak cukup pantas bergaul dengan keluarganya. Orang tuaku tak bisa bilang apa-apa karena kemampuan keuangan kami memang di bawah keluarga pamanmu.”

“Apa?” Hee Young terkejut. “Kenapa kau tak menceritakannya padaku?”

“Kau sudah tertekan dengan perisakan teman-teman di sekolah,” aku lelaki itu. “Apalagi kau juga diteror pamanmu sendiri, kan?”

Hee Young terdiam. Lelaki di sampingnya benar. Perhatiannya kacau-balau selama periode sekolah. Hidup sebatang kara, polemik dengan keluarga paman yang menampungnya, intimidasi yang dilancarkan sepupunya sendiri, dan mendadak ibu Yong Jin berbalik memusuhinya dengan sengit. Semua terjadi di satu waktu hingga Hee Young nyaris memutuskan menyerah.

Bunuh diri adalah hal pertama yang muncul di benaknya. Dong Wan, sang sepupu yang turut memerkosanya masih melenggang santai. Paman dan Bibinya malah membela kelakuan si anak tunggal dan melemparkan kesalahan pada Hee Young. Tuduhan mereka sangat keji. Hee Young yang dianggap menggoda sepupunya sendiri.

“Kuharap setelah menikahi Shou, hidupku akan lebih tenang.” Hee Young mendesah panjang. Bahunya membungkuk lemas. “Dia menerimaku apa adanya. Kau tahu itu, Yong Jin? Shou tak mempermasalahkan masa laluku. Bahkan dia tak peduli jika aku bisa menjadi kehancuran kariernya.”

“Kau mencintainya?”

Hee Young mengangguk tanpa ragu. “Ya, aku mencintainya.”

“Dan kau yakin suamimu punya perasaan yang sama?”

“Kenapa kau bicara begitu?”

Yong Jin mengedikkan bahu. “Yah, banyak wanita yang rela melakukan apapun untuk suamimu. Wanita-wanita yang lebih segala-galanya darimu. Tak ada jaminan dia tak tergoda oleh kehadiran mereka.”

Hee Young mengernyit. “Kenapa bicaramu aneh begitu, sih? Selama ini kau selalu mendukungku, Yong Jin.”

“Dia sudah terlalu banyak menyakitimu, Hee Young.” Lelaki itu bangkit. “Aku yakin kasus kali ini adalah ulah Sora hingga membuatmu harus bersembunyi di sini. Dia membencimu karena merebut Shou darinya, juga mempermalukannya habis-habisan di muka publik.”

“Kau percaya Sora dan Shou berhubungan?” Hee Young menyipitkan mata.

“Mengapa tidak?” Lelaki itu bergeser mendekat. “Mereka sering bersama. Kau pikir segila apa Sora hingga berani membuat berita bohong jika tak ada sesuatu di antara mereka?”

Hee Young mengerjap cepat. Topik baru yang mencuat begitu saja membuat jantungnya bertalu-talu.
Yong Jin melanjutkan hasutannya. “Tak ada klarifikasi dari pihak suamimu. Dia hanya mendiamkannya saja, menunggu rumor itu mereda dengan sendirinya. Apa itu tindakan bijaksana untuk artis sekelas Kim Shou?”

“Yong Jin, apa maksud pembicaraan ini?” Hee Young mulai merasa tak nyaman. Firasatnya memperingatkan sesuatu. Otak  cerdasnya menemukan kejanggalan. Yong Jin seolah menggeser percakapan ke arah yang lain.

“Shou sudah meyakinkanku tak ada sesuatu terjadi di antara mereka.” Perempuan itu membela suaminya.

“Dan kau mempercayainya begitu saja?”

“Ya.” Angguk Hee Young mantap. “Aku percaya suamiku seratus persen.”

Yong Jin menatap dari bawah alis tebalnya. Ada sorot terluka di sepasang netra sahabatnya. Hee Young termangu memergoki ekspresi nelangsa yang ditunjukkan  lelaki di dekatnya.

“Kenapa kau bersikap kejam padaku, Hee Young?” Lelaki itu mendekat. Tangannya meraih bahu mungil perempuan di hadapannya. “Aku sudah mencintaimu sangat lama, tapi kau malah memilih pria lain yang baru kau kenal?”


~~oOo~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro