꒰ 14 ꒱

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ʚ n o w  p l a y i n g ɞ

0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

C.H.R.I.S.Y.E - Diskoria, Laleilmanino, Eva Celia

ʚ ɞ

Hari ini aku pulang dengan senyuman lebar. Tante tentu saja penasaran meskipun aku sendiri tak tahu apa bedanya dengan hari-hari lain—seingatku aku jarang murung saat pulang sekolah. Mungkin insting karena dialah yang mengurusku selama enam belas tahun ini, dia lebih tahu aku daripada diriku sendiri.

Senyum itu tak kunjung luntur meski sudah lewat beberapa jam semenjak aku masuk rumah. Saat itu Tante Lulu bilang kalau sejak aku masuk rumah, ia curiga ada sesuatu yang kusimpan. Aku berusaha mengelak, tapi aku kurang jago dalam hal itu.

Tante menuduhku sedang kasmaran, aku kembali mengelak. Aku bilang aku terlibat sebuah obrolan asyik dengan teman-temanku tadi dan kami membuat group chat baru—bukan sepenuhnya kebohongan. Tante percaya-percaya saja, tapi kemudian mengajakku mengobrol banyak hal tentang sekolahku saat ini.

Kubilang kalau sekolahku masih belum terlalu sibuk karena pembagian rapor PTS baru dilaksanakan seminggu yang lalu.

"Ohh ...., nggak ada lomba-lomba lagi 'kan?" tanya Tante Lulu lagi. Hari ini Tante memang agak banyak tanya.

"Nggak kok, emang kenapa, Tan?" Aku balik bertanya.

"Oh, ya bagus," ucapnya pelan sembari menggonta-ganti saluran TV.

"Kok bagus?" Aku menoleh padanya.

"Abis mahal," jawabnya datar.

"Kemarin buat beli kostum baru, makanya mahal," timpalku, berusaha menghindari fakta bahwa aku memang merepotkan.

"Hmm ...," balasnya dengan mata terpana pada acara masak-masak kesukaannya.

Aku masih duduk di sofa yang sama dengannya, ikut menonton acara masak-masak itu.

Biaya sekolahku sebenarnya ditanggung orang tuaku. Tiap bulannya Ibu akan mengirimkan uang untuk kebutuhan sekolahku—seperti SPP dan yang lainnya—kepada Tante, ia juga mengirimkanku uang bulanan. Hanya saja kemarin Tante bayar uang kostumku pakai uangnya sendiri karena aku tak bilang dari jauh-jauh hari. Andai saja aku bilang dari jauh-jauh hari, pasti orang tuaku yang akan membayarnya.

Jika kalian bingung kenapa aku tinggal bersama om dan tanteku meskipun orang tuaku masih peduli padaku, begini ....

Tante punya adik, yaitu ibuku. Ibuku menikah dengan ayahku lima tahun setelah Tante Lulu dan Om Sigit menikah. Setahun kemudian kakak perempuanku lahir, sementara Tante dan Om belum kunjung dikaruniai momongan.

Singkat cerita dua tahun kemudian aku juga lahir. Karena sudah delapan tahun belum dapat momongan, Tante dan Om berniat 'meminjamku' sebagai anak pancingan. Dengan pertimbangan panjang, akhirnya orang tuaku menyerahkanku kepada Tante dan Om saat aku masih bayi.

Niatnya aku akan dikembalikan jika mereka sudah punya anak. Tapi karena mereka tak kunjung punya anak dan aku telanjur tumbuh besar bersama mereka, jadi aku tak mau kembali ke keluargaku. Karena ibuku juga kasihan pada kakaknya, makanya aku dibiarkan menetap bersama Tante dan Om.

Acara masak-masak yang kami tonton sedang iklan, hal itu mengingatkanku pada sesuatu, aku belum ganti baju.

"Tan, aku ke kamar ya." Aku mengangkat bokongku dari sofa dan melenggang menuju kamar yang tak jauh dari ruang keluarga.

Aku mengganti baju seragamku, lalu merebahkan tubuhku pada kasur. Aku mengembuskan napas panjang dan kemudian meraih ponselku yang ada di dekat kepalaku.

Hey, ada banyak notifikasi!

Akan kuceritakan kenapa aku pulang dengan wajah berseri.

Aku sudah berkata jujur tadi. Aku telah mengatakan sejelas-jelasnya, dan selengkap-lengkapnya dari awal sampai akhir.

Reaksi teman-temanku? Tak seheboh yang aku kira. Aku tak mendapatkan hujanan cie-cie seperti saat di kantin waktu itu. Justru, mereka serius memperhatikan dan suportif terhadapku.

Meski aku sudah lega, aku juga masih gugup hingga kini. Aku memikirkan kalau suatu saat salah satu temanku keceplosan di depan Abinaya. Aku ... masih belum ingin ia mengetahui kebenarannya. Aku tak ingin gara-gara hal itu hubungan kami merenggang. Reaksi orang terhadap suatu pengakuan tentang perasaan berbeda-beda, sayangnya ... kebanyakan yang kutahu malah memilih menjauh.

Rizella dan Kanya dengan sukarela menjelaskan bahwa Virgitta dan Abinaya belum pernah berpacaran. Meski begitu, Abinaya memang pernah suka pada Virgitta, Virgitta belum pernah memberi kepastian soal perasaannya, malah beberapa kali pacaran dengan cowok lain. Abinaya dan Virgitta memang dekat, mungkin semacam teman tapi mesra.

Meski perasaanku sempat ciut mengetahui fakta bahwa Abinaya pernah suka cewek itu dan bisa jadi masih sampai saat ini, mereka menghiburku dengan mengatakan bahwa aku adalah tipenya Abinaya. Aku nyaris melayang-layang di udara karena hal itu.

Lalu Rizella punya ide brilian, yaitu membuat grup "pergibahan" yang anggotanya kami berlima ditambah Abinaya dan Zaky. Dengan cara itu, aku bisa mendapatkan kontak Abinaya tanpa dicurigai atau harus beralasan punya kepentingan agar tidak dicurigai. Kalau kami satu grup, otomatis dia tak akan curiga tentang dari mana aku dapat kontaknya dan apa alasanku tiba-tiba chat. Dan karena masih terlalu gugup untuk membuat konversasi berdua dengannya di chat, kami bisa mengobrol bersama di grup bersama yang lainnya dulu sampai benar-benar akrab dan tak ada rasa canggung di antara kita.

Grup itu dinamakan "apa aja" untuk sementara ini sampai kami menemukan nama yang lebih bagus. Kali ini aku sedang terlibat konversasi seru di dalamnya, meski saat ini yang aktif cuma aku, Kanya, dan Zaky, Rizella dan Kayla muncul sebentar-sebentar, Abinaya baru muncul kalau disenggol—aku harus maklum karena dia mungkin latihan untuk minggu depan, dan Oliv belum tampak sama sekali—kemungkinan belajar.

Mari kita lihat sejauh mana grup obrolan kami bisa membantu proses ... ekhem ... PDKT-ku.

──⋆⑅˚ ʚ ɞ ˚⑅⋆──

Awalnya aku berniat menamatkan cerita ini dalam 16 chapter biar kayak drakor gitu /gak/

Tapi bakal lebih sih, 20 chapter maybe? Mereka baru mau PDKT loh ....

Oh iya, chapter ini memang tujuannya mengenalkan kehidupan rumah beserta keluarga Anais, scene yang nyeritain kelanjutan chapter sebelumnya memang sedikit.

Senin, 23 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro