Dia Sebenarnya.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak lama, terlihatlah sebuah rumah yang bisa di katakan luas dengan berbahan dasar kayu. anak laki-laki yang bernama Son mulai membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk.

"Boleh kami bermalam di sini?" Tanya Leo.

"Tentu saja, bukankah sudahku bilang tadi?" Kata Son sambil tersenyum.

"Ayo masuk, aku buatkan makanan," kata Va dengan senyuman juga.

"Hei..."Son menatap Va seakan-akan berkata "ini rumahku".

"Hehehe peace Son," kata Va dengan peace di jarinya.

"Tunggulah di ruang makan, akan aku siapkan hidangannya," kata Va sambil masuk ke dalam rumah itu.

Semua yang berdiri di depan rumah Son masuk ke dalam satu per satu.

"Aku permisi dulu ya," kata Son sambil berjalan menuju suatu kamar.

"Baik," kata Leo.

Setelah beberapa menit makanan masih belum tersedia di atas meja makan.

"Wah rasanya kok lama ya? Aku sudah lapar," grutu Chloe sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja.

Tiba-tiba Va datang dari arah dapur sambil membawa piring dan meletakkan di atas meja di posisi semua yang sudah duduk.

"Loh... makanannya mana?" Tanya Shafira saat Va hanya membagikan piring tampa isi.

Edward, Shafira, Hayate, Chloe dan Leo refleks meliat Va yang tadinya menunduk tiba-tiba mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang pisau dan tangan kirinya yang sedang memegang garpu pelan, sambil tersenyum seram seakan-akan akan menyantap mereka.

"UWAAAAA!!!"

"KYAAA!!!"

"AAAA!!!"

Semua yang melihat Va ketakutan sampai tidak ada yang bisa bergerak.

"BWAHAHAHAHAHA!!" tiba-tiba Va langsung tertawa keras penuh kemenangan yang membuat semuanya melihat Va dengan bingung.

"Va tidak baik sama tamu loh," kata Son yang membawa nampan yang berisi makanan. Ia menemukannya di dapur, sedangkan di dapur sudah tidak ada orang.

"Hehehehe maaf-maaf aku hanya bercada," kata Va sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil tertawa.

"Maaf, jarang banget dia sejail ini... ini makanannya," kata Son sambil menaruh nampan makanan di atas meja dan semua pun menghela nafas lega.

Pada malam harinya Son berjalan melewati pintu keluar bagian belakang yang di lapisi kaca. Dia melihat Va sedang duduk di sana.

"Yang tadi itu teman-temanmu bukan?" Tanya Son sambil mendekati Va dan duduk di sebelahnya.

"Eh Son kau kagetin iya bener," kata Va.

"Kenapa kau tidak beri tahu saja?" Tanya Son.

"Kurasa belum waktunya," kata Va sambil menunduk.

"Kau Deva bukan?" Tanya sebuah suara dari belakang mereka.

"Oh nenek Leo ya itu benar," kata Deva dengan wajah datar.

"Siapa yang nenek?! Ngomong-ngomong aku cowok loh! Dan aku juga belum setua itu!" Protes Leo dengan suara yang agak ditekan agar nggak ganggu yang sedang tidur.

"Lalu nama lengkapmu siapa?" Tanya Leo melihat ke Son.

"Ah aku Katryson Silvai. Salam kenal," kata Katryson sopan.

"Aku Leo Eiswort,"

"Nggak ada yang nanya" kata Deva dingin tampa melihat Leo.

"(jahatnya!)"

"Va, kau tidak boleh begitukan sama pembimbingmu!" Tegur Katryson.

"Ehehehe woles-woles... maaf aku hanya bercanda wee," kata Deva sambil menunjukan lidahnya.

"(woles-woles? Kok nggak asing?...)"

"Itu bukan bercanda... tapi ngejek! Apa lagi 'woles-woles', apa itu?" Tanya Leo.

"Oh jadi nggak tau ya?? Begitu," kata Deva sambil memikirkan sesuatu dengan tampang serius.

"Selain itu, kapan kau akan mengatakan yang sesungguhnya kepada mereka?" Tanya Leo menganti topik.

"Hmm... kalau menurut sikap mereka dan perhitunganku..., besok!" kata Deva mantap.

"Sikap dan perhitungan? Memangnya ini perang? Pakai perhitungan segala," kata Leo bingung.

"Apa maksudmu?" Tanya Katryson melihat Deva bingung.

Deva hanya tersenyum licik dan berkata "lihat saja besok," yang membuat Katryson dan Leo saling bertatapan.

Esok paginya, saat semua sudah bangun dan entah kenapa berkumpul di ruang tengah.

"Aku akan pergi ke hutan untuk memetik buah dan mengurus sesuatu, ada yang mau ikut?" Tanya Deva di pintu luar bagian depan saat semuanya sudah bangun dan berkumpul di ruang tamu.

"Ikut!" Seru Chloe girang.

"Aku juga," kata Shafira yang tertarik.

"Boleh aku ikut?" Tanya Hayate.

"Aku juga mau!" Kata Edward.

"Hei! Bagaimana dengan perjalanannya?!" Tanya Leo protes.

"Ayolah santai sedikit, hari ini istirahat tidak apa-apa bukan?" Tanya Deva dengan mengedipkan mata sebelahnya.

"(oh...jadi ini rencananya...) 'hati-hati' saja dariku" kata Katryson pasrah.

"Oke!" Kata Deva lalu mulai berjalan keluar dan di ikuti beberapa temannya di belakangnya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di satu sisi hutan. Mereka sedikit berpencar untuk mencari buah-buahan.

"Va, apakah ini boleh?" Tanya Chloe sambil menyodorkan sebuah buah unik.

"Hm... boleh (bentuknya kayak sirsak, eh jangan-jangan bener sirsak... ntaran di cek deh...)" kata Deva sambil menyodorkan keranjang yang di bawanya.

"Kalau ini? Ini buahnya besar banget! Pasti cukup buat semuanya" kata Edward bangga sambil menunjukan sesuatu.

"Eh! Buah itu kau dapat dari mana?" Tanya Deva dengan wajah kaget.

"Eh kena-" omongan Edward terputus karena ada bayangan hitam yang menutupinya, refleks saja ia membalikkan badannya dan melihat apa yang ada di belakangnya."-pa..... HUAH!" Edward melempar buah yang ia pegang ke belakangnya dan berlari mendekati teman-temannya.

"Kau yang sudah mengambil buahku?" Tanya pohon penjaga hutan yang tadi berada di belakang Edward.

"Maaf itu ketidak sengajaan," kata Deva santai yang melangkah maju beberapa langkah.

"Itu tetap saja itu MEMBUATKU MARAH!!" Teriak pohon itu marah lalu mencoba memukul semua orang yang ada di sana dengan rantingnya.

Semua melompat dan berlari untuk menghindari ranting pohon itu.

"INGAT! JANGAN PAKAI KEKUATAN KALIAN!" Seru Deva mengingatkan.

"Lalu bagaimana?" Tanya Hayate. Karena lengah, ia tertangkap oleh ranting pohon itu.

"UWA...!"

"HAYATE!!" Seru edward, Chole dan Shafira barengan

Deva langsung melompat di atas ranting pohon itu. Pohon itu mulai ingin memukul Deva dengan ranting yang satu lagi, ternyata ia gagal karena rantingnya yang satu lagi tiba-tiba melemas

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya pohon itu kepada Deva

"Aku mengambil kekuatan dirantingmu yang satunya, dengan cara menanam pohon paku di sana" kata Deva

"Kalau begitu kenapa kau tidak bebaskan teman satunya?" Tanya pohon itu.

"Ayo bertransaksi!" Kata Deva sengan senyum mantap.

"Transaksi?"

"Iya! Wa-walaupun nggak megah-megah banget sih. Kau lepaskan temanku dan aku akan meminta maaf atas segala yang telah aku lakukan," kata Deva santai.

"Hmm... minta maaflah dulu," kata pohon itu dengan wajah yang kurang atau bisa dikatakan tidak meyakinkan.

"Baik" kata Deva lalu turun dari tempatnya berpijak.

"Pak penjaga hutan, aku sangat minta maaf atas semua kesalahan yang pernah aku buat padamu. Sekarang bolehkah kau melepaskannya?" Tanya Deva bak anak Tk.

"Baiklah... emangnya aku akan berbicara begitu bodoh!" kata pohon itu lalu mengencangkan lilitan rantingnya yang memegang Hayate.

"WAAA!" ringis Hayate.

"HAYATE!"

"Hah... kau mau pake sandra-sandraan? Penakut ya? Kalau mau pakai cara kasar bilang saja dari awal," kata Deva memasang senyum sinisnya.

"Hm?"

Tiba-tiba saja Deva sudah melompat di atas pohon itu dan Deva memanjangkan tanaman rambat yang sedang tumbuh di pohon-pohon sekelilingnya dan melilit pohon itu.

"Kau pikir mau melawanku dengan memakai tumbuhan yang ada di hutan ini hah?"

"Bukan begitu kok" kata Deva santai. Deva mengepalkan tangan kanannya dan membuat tanaman rabat itu mililit ranting yang memegang Hayate dengan keras. Dan membuat Hayate terlepas dari ranting pohon dan ranting nya juga putus. Hayate yang sudah dilepas langsung siap-siap mendarat.... dan...! Mulus....

"Pendaratan yang bagus," kata Deva yang tau-tau sudah berada di samping Hayate.

"Ya, kau juga. Serangan yang keren," kata Hayate yang pandangannya tidak bisa lepas dari pohon itu.

"Apakah kau sudah mau menyerah penjaga hutan? Yah... sebenarnya aku belum puas sih," kata Deva.

Tampa berkata apa-apa tiba-tiba saja ranting pohon itu tumbuh kembali dan menjadi utus seperti sedia kala.

"Wow... kerennn!!"seru Deva senang.

"Bagaimana ini????" Tanya Hayate yang mulai panik.

"Kau tunggu saja di sini, biar aku yang mengurus sisanya," kata Deva sambil tersenyum yang di balas oleh Hayate anggukan tandan mengerti.

Deva mulai memikirkan 1001 cara untuk mengalahkan pohon itu tanpa membuat efek yang fatal. Tiba-tiba saja pohon itu mengayunkan rantingnya yang utuh itu ke arah Hayate dan Deva. Dengan cepat Deva mendorong Hayate agar tidak mengenai ranting pohon itu dan langsung melompat agar tidak mengenainya. Akhirnya Deva memilih cara yang simpel.

Deva berdiri sejenak di pohon dekat penjaga hutan itu untuk mengambil ancang-ancang. Deva langsung melompat dengan keras ke arah penjaga hutan itu dan langsung menendangnya dan membuat pohon itu terjatuh. Deva mendarat dengan mulus sambil mengambil nafas. Tiba-tiba saja Deva membuat akar-akar di sekitar penjaga hutan itu memanjang dan membantu penjaga hutan itu berdiri tegak kembali.

"Kenapa kau menolongku dan tidak mau membunuhku?" Tanya pohon itu bingung.

"Karena aku kasian dengamu dan aku bukan tipe orang yang suka membunuh," kata Deva dengan wajah melas yang dibuat-buat. Pohon itu hanya melihat Deva dengan tatapan curiga. "Hahahahaha,kau sudah tau ya? Hehehe, aku hanya bercanda. Tapi aku beneran saat bilang aku bukan tipe orang pembunuh!"

"Lalu...?"

"Hah, aku tahu banget kaulah si penjaga hutan yang menjadi jembatan antara dua negara bukan? Kalau kau kubunuh nanti penyihir hitam bisa langsung menyerang negara putih dan pasti aku di hukum mati. Aku masih pengen idup tauk!" Kata Deva sambil memakai logatnya pada akhir kalimat.

"Hahahaha baiklah,siapa namamu dan asalmu?" Tanya pohon itu sambil tersenyum ramah.

"Deva, Deva andrean dan asalku dari bumi." Kata Deva yang membuat semua teman-temannya terngang.

"Ka-ka-kau DEVA?!?!?!" Teriak Edward.

"Oh kau masih di sana cowok cantik?" Tanya Deva yang lupa dengan teman-temannya.

"Jahatnya," kata Edward yang merasa kepalanya terkena batu besar.

"Kau beneran Deva," kata Chloe.

"Bukannya tadi aku sudah bilang dan kau sudah dengar?" Tanya Deva.

"Ta-tapi kau," Shafira tergagap-gagap.

"Oh itu kesalahan seseorang," kata Deva kesal lalu ia berbalik ke arah Hayate yang terpaku.

"Kau tidak apa-apa? Maaf mendorongmu terlalu keras," kata Deva dengan nada kawatih.

"Ah! Ak-aku tidak apa-apa kok... terimakasih," kata Hayate gugup.

"Sip! Baguslah..." kata Deva sambil tersenyum.

"Apa kalian tidak apa-apa? Kalian terlalu lama" kata Leo yang tiba-tiba muncul dari semak-semak.

"Yo kak Leo telat, bagian serunya sudah selesai" kata Deva sambil memonyongkan bibirnya.

"Itukan urusan kalian bukan urusanku," kata Leo cuek.

"Heeeh," kata Deva dengan tatapan tajam dan menusuk, yang membuat semuanya merinding.

"Kak... di-dia De-Deva loh..." kata Chloe sambil gemetar.

"Oh, iya aku sudah tau," kata Leo santai yang membuat semua kembail ternganga.

"Sudahlah ayo kita siap-siap melanjutkan pejalanan lagi," kata Leo sambil berbalik.

"Baik..." jawab semuanya serempak.

"Tuan penjaga hutan, kami permisi dulu" kata Shafira sopan.

"Wah... kau masih disini?!"

"Kau kejam sekali," kata pohon itu kepada Deva.

"Baiklah... kami pergi dulu," kata Hayate.

"Baiklah... hati-hati," kata pohon itu melambaikan rantingnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro