5. CerSaPen

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cerita Sangat Pendek. Itu maksudnya. Maap deh ya klamaan X9. Baca aja deh dari pada mau dengerin ceramah si arthor yang nggak ada tamatnya XD.
.
.
.
Masakan Hayate.
(Hari yang masih sama dengan cerita yang sebelumnya). Malam harinya.

"Baik kita berhenti di sini." Kata Leo.

"Ah... capek..." kata Chloe.

"Akan aku buat mantra pelindung. Yang lainnya siapkan tenda masing-masing," Kata Leo.

"Baik."

"Oke."

"Ya."

"Siap."

Deva dkk langsung menyiapkan tempat mereka sendiri, Leo berdiri di tengah sambil merapalkan mantra sambil mengangkat salah satu tangannya ke atas. Setelah itu Deva membuat kayu dari sihirnya untuk api unggun dan tempat duduk. Hayate yang memberikan api untuk api unggunnya.
.
Setelah selesai...

"Baiklah... kalian ingin memakan apa?" Tanya Deva sambil berdecak pingang.

"Ah, biar aku saja yang memasak," kata Hayate sambil mendekati Deva.

"Heh?! Hayate bisa masak?" Tanya Chloe tak percaya.

"En... bisa beberapa masakan yang gampang saja sih," kata Hayate seperti salting.

"Wah... di kebut tuh Edward," kata Deva sambil tersenyum jail ke arah Edward.

"Apa maksudmu?!" Tanya Edward kesal.

"Tidak kok~," kata Deva sambil tersenyum sinis ke arah yang berlawanan dengan Edward.

"Sudahlah, Hayate coba kau masak. Aku penasaran dengan masakanmu," Kata Shafira.

Edward terlihat tak suka.

"Sudahlah... aku bisa mengajarimu memasak kalau kau mau," bisik Deva.

Edward masih memandang Deva tak suka, bahkan lebih sinis.

"Weh... serem~," kata Deva sambil menyingkir.

Beberapa menit kemudian.

"Hm... baunya enak," kata Rose.

"Itu benar," Kata Devis.

"Sudah jadi," Kata Hayate.

"Apa yang kau masak?" Tanya Chloe sambil mendekat dan diikuti Shafira.

"Kare," Kata Hayate sambil tersenyum.

"Wow... aku selalu penasaran dengan makanan yang satu ini," Kata Deva juga sambil mendekat.

"Loh? Apakah di negaramu tak dijual di negaramu?" Tanya Edward.

"Ada sih... tapi..."

"Tapi apa?" Tanya Chloe.

"Ibuku tak mau.....-" Kata Deva sambil menunduk.

(Aku juga.... aku nggak tau di kota lain ada di jual nggak?)

"..-Padahal aku penasaran!" Seru Deva kesal.

(Iya... gimana rasanya ya?)

"Sudahlah, kau bisa mencobanya sekarang," Hibur Hayate sambil menyodorkan sepiring nasi dengan kare di atasnya.

"Terimakasih!" kata Deva sambil menerima dan tersenyum senang.

"Sama-sama," kata Hayate sambil tersenyum juga.

Semuanya mengambil nasi kare yang sudah Hayate siapkan.

"Enak!" Seru Chloe.

"Iya ini enak banget!" Seru Rose.

"Aku juga setuju!" Kata Shafira.

"Aku baru pertama kali merasakan ini dan tidak sia-sia. Lain kali beritahu aku resepnya!" Kata Deva semangat.

"Terimakasih. Baiklah Deva, lain kali akan aku ajarkan," kata Hayate sambil tersenyum senang.

"Takku sangka ini enak..." kata Devis sambil tetap memakan makanannya.

"Takku sangka? Ada apa dengan kata-kata itu?" Tanya Deva bingung.

"Di dunia sihir hanya perempuan yang ditugaskan memasak," Jelas Eric yang terlihat juga menikmati makanannya

"Iya itu benar, karena itu kau harus lebih feminime nona Andrean," kata Leo tajam lalu kembali menikmati makannya.

"Huh aku benci perbandingan seperti itu," Kata Deva kesal.

"Tapi kau harus nona Andrean!" Paksa Leo.

"Sekali lagi kau berbicara seperti itu akan kau lilit kau pakai akar berduri," ancam Deva dengan aura hitam di sekitarnya.

"Maaf..." kata Leo yang menciut.

Eric dan Rose melihat itu dengan gugup.

"Abaikan saja, mereka sering seperti itu," Kata Katryson di sebelah Eric dengan santainya.

"Oh baiklah..."

Edward? Entahlah, dia diam aja tuh...

Setelah itu hening~
.
.
Setelah mereka selesai makan, mereka membereskan peralatan makan mereka sendiri lalu langsung pergi ke tenda mereka untuk beristirahat. Tetapi masih ada satu tenda yang terlihat ada nyala lampu.
.
.
.
Doubel D berlatih.

Pagi ini Deva dan Devis berlatih lagi di sembarang arah lagi. Kali ini mereka menggunakan senjata mereka.

Devis membuat tanaman rambat mengikat Deva. Tetapi Deva mengibaskan kipasnya dan memotong tanaman itu dengan angin.

Deva mengibaskan lagi kipasnya ke arah Devis yang langsung menusukan pedangnya ke tanah dan terciptalah pohon yang tumbuh dengan cepat. Lalu Devis melompat dan mengarahkan pedangnya ke Deva. Deva yang melihat itu melindungi dirinya dengan kipasnya. Setelah pedang Devis mengenai kipas Deva, Deva langsung menendang Devis tetapi Devis telah melompat dulu ke belakang Deva dengan cepat.

"He... kau bisa mengatasinya dengan cepat," Kata Deva sambil tersenyum.

"Entahlah, instingku mulai kuat. Mungkin tertular kau. Apalagi kau tidak hanya mengandalkan sihir maupun senjata," Kata Devis juga tersenyum.

"Yup, untung saja aku bisa karate," Kata Deva sambil terkekeh.

"Hahahaha, sepertinya aku juga harus belajar darimu. Sepertinya kita kembali saja. Mungkin sudah ada yang bangun," Kata Devis sambil berjalan ke arah tenda-tenda mereka.

"KYA!"

"Ada apa Deva?!" Tanya Devis kaget.

"Ki-ki-ki...-" kata Deva gagap sambil menujuk pedang di sebelahnya.

"Ki? Apa maksudmu? Lalu kenapa ada pedang di sebelahmu?" Tanya Devis berturut-turut.

"Ki-KIPASNYA JADI PEDANG!" Sorak Deva gembira.

"HAH?! Yang benar saja..."

"Benar! 100% benar!" Kata Deva sambil mendekati Devis.

Devis menatap Deva tak percaya.

Deva menghembuskan nafas pasrah lalu menjelaskan apa yang ia lakukan. Deva lalu melakukan apa yang tadi ia jelaskan ke Devis dan wala~ kipas itu menjadi pedang lagi.

Devis menatap Deva tak percaya.

"Berarti pedangmu juga bisa jadi kipas," kata Deva.

"Aku tidak mau terimakasih. Ayo kita kembali," kata Devis sambil berbalik.

Deva terkekeh geli, lalu mengekori Devis dari belakang. Tak lupa senjatanya.
.
.
.
Putri duyung pembawa kematian (saya lupa dijuluki apa).

Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Saat di perjalanan mereka berjalan di tepi laut.

"Capek..." kata Chloe sambil duduk di tempat.

"Hm? Kita baru berjalan 5 jam kok." Kata Leo sambil melihat jam sakunya.

"BARU?!" Histeris para cewek ke Leo.

"Itu pembunuhan namanya!" Seru Deva kesal.

"Itu benar!" Kata Shafira kesal.

"Kakiku hampir mau copot!" Seru Rose kesal.

"Baiklah-baiklah,kita akan beristirahat di sini," kata Katryson pasrah.

"Mohon di maklumi, nenek Leo memang keras kepala," kata Devis.

"Hei!"

Devis hanya menjulurkan lidahnya.

Para cewek duduk sambil bersandar di pohon-pohon agar mendapat kesejukan. Sedangkan para cowok berbeda-beda. Edward di minta untuk mengambil air untuk persediaan, sedangkan yang lainnya mengambil buah-buahan agar langsung di makan (v-_- ).
.
.
"Pst, tampan," bisik seseorang.

Edward langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata ada gadis yang muncul dari air.

Edward melihat sekelilingnya. "Aku?" Tanya Edward.

"Iya kau tampan," kata gadis itu.

"Kau... putri duyung?" Tanya Edward bingung sambil agak mendekat.

"Benar aku duyung," kata gadis itu tersenyum yang membuat Edward tersipu.

Karena jarak Edward dan gadis itu bisa terbilang dekat, tangan gadis itu menyentuh pipi Edward. Mata Edward menjadi sedikit gelap.

"Kau mau ikut denganku?" Tanya gadis itu dengan nada menggoda.

Tiba-tiba ada langkah kaki yang sedang berlari mendekati mereka berdua dan langsung menendang wajah Edward.

Gadis itu terkaget. Orang yang menendang Edward membuka penutup kepalanya. Orang itu mempunyai rambut hitam dan potongan rambutnya hampir seperti Edward tetapi sedikit lebih pendek. Orang itu langsung menunduk mendekati gadis itu.

"Maaf, mengagetkanmu," kata orang itu sambil tersenyum lembut.

Rupanya gadis itu malah yang tersipu.

"Tak masalah untukku kalau itu kau," kata gadis itu dengan nada menggoda.

Gadis itu meletakkan tangannya di pipi orang itu dengan lembut.

"Maukah kau ikut denganku?" Tanya gadis itu.

Orang itu tersenyum lembut.

"MEMANGNYA AKU MAU?!" Teriak orang itu sambil meninju wajah gadis itu.

"Ugh... kau... kenapa..." tanya gadis itu sambil menutup hidungnya yang di pukul itu.

"Kenapa? Gampang saja," kata orang itu sambil menurunkan resleting jaketnya yang di tutup sampai atas. "Aku cewek, bukan cowok." Kata orang itu sambil tersenyum sinis.

Gadis itu kaget dengan menahan amarahnya.

"Deva!!!" Panggil Chloe.

"Edward!" Shafira langsung mendekati Edwars yang tergeletak begitu saja.

Katryson mendekati Edward.

"Tenanglah, dia belum diapa-apakan," Kata orang itu mendekat lalu membisikan sesuatu sambil menarik rambutnya.

Ternyata orang itu adalah Deva.

"Kau..." kata gadis itu geram.

"Kenapa? Mau aku lilit dengan rumput laut sampai kau tak bisa bernafas?" Tanya Deva datar.

"Kenapa kau menyelamatkan dia?!" Tanya gadis itu sambil menunjuk Edwars yang masih belum sadar.

"Oi! Duyung jadi-jadian! Emang masalah kalo aku mau nyelametin teman sendiri? Ah, pergilah!" Kata Deva yang entah mengapa jadi emosi.

Baru saja gadis itu ingin membuka mulut, Deva sudah menatap gadis itu dengan tajam bagai ada aura hitam seperti ingin membunuhnya. Gadis itu langsung masuk ke dalam air dan tak muncul lagi.

"Ugh..."

"Edward!"

Edward mulai membuka matanya pelan. Terlihat Shafira melihatnya senang sambil menangis.

"Apa yang...-"

"Aku pergi sebentar," kata Deva sambil berjalan masuk ke hutan lagi.

"Mau ke mana?" Tanya Chloe.

"Mencari udara segar," kata deva sambil tersenyum singkat.

Deva berjalan masuk ke dalam hutan. Mereka semua terdiam, hanya melihat Deva masuk.

"Kejarlah kalau kau mau," kata Devis sambil mendorong hayate pelan dengan sikunya.

"Baiklah, aku akan menyusul Deva," Kata Hayate sambil berlari pelan ke dalam hutan.

"Apa yang telah terjadi?" Tanya Edward.

"Kau di selamatkan oleh Deva," Kata Leo.

"Diselamatkan?" Tanya Edward.

"Iya," Kata Katryson.

Katryson mulai menceritakan dari awal yang ia lihat sampai tadi Edward tersadar. Edward hanya mendengarkan dengan wajah agak terkejut.
.
Sementara itu Hayate masih mencari Deva. Seingatnya Deva berlari ke arah ini.

"Bo!"

"Waa!"

"Ehehehe..." tawa Deva yang sedang bergantung terbalik di atas pohon.

"Deva, aku mencarimu," Kata Hayate sambil menenangkan dirinya.

"Benarkah? Sini, di sini pemandangannya bagus," Kata Deva sambil berputar untuk duduk di batang pohon.

Hayate pasrah sambil memanjat pohon di ranting yang sama.

"Apakah ini akan kuat?" Tanya Hayate.

"Tentu saja!" Kata Deva sambil tersenyum dan bergeser agar Hayate bisa duduk di sampingnya.

Setelah mereka berdua duduk berdampingan mereka diam sambil melihat pemandangan di depan mereka. Memang bukan pemandangan sunset ato sunrise, tapi mereka merasa damai.

"De...-"

"Kenapa aku marah ya?" Tanya Deva.

"Eh?"

"Kenapa aku tadi cepat sekali marah?" Tanya Deva tanpa mengalihkan pandangannya.

"Bukankah kau yang bilang karena kau ingin melindungi kami?" Tanya Hayate balik.

"Ya... aku merasa kesal...-"

"Itu bagus," kata Hayate sambil tersenyum kecil.

"Maksudmu?" Tanya Deva.

"Karena kau masih peduli dengan kami," kata Hayate sambil tersenyum lembut.

"Hehe... Hayate, kau silau," kata Deva sambil tertawa kecil.

"Aku, silau?" Tanya Hayate bingung.

"Ya, kau silau sekali," kata Deva sambil meletakkan kepalanya ke bahu Hayate dan tersenyum.

Pertamanya Hayate kaget, tapi dia akhirnya memilih kembali melihat ke depan.
.
Dari kejauhan...

"Di panggil tidak?" Tanya Chloe.

"Rasanya menganggu..." kata Shafira.

"Iya, benar..." kata Edward.

"Enaknya masa muda..." kata Leo.

"(Kasian yang belum ada pasangan...)" pikir Devis dan Katryson sambil melihat Leo.
.
.
.
Orang si pengunci sihir.

Saat mereka dalam perjalanan, mereka melewati hutan yang lebih lebat. Tiba-tiba saja ada kabut tebal yang membuat mereka tak bisa melihat apa-apa. Deva tak bergerak di tempatnya dan dia merasakan firasat buruk.

"Halo?! Semuanya? Chloe? Shafira?" Tanya Deva sambil melihat sekelilingnya.

Bruk bruk bruk bruk bruk bruk.

"Edward? Hayate?" Panggil Deva.

Karena Deva memanggil sambil berjalan mundur, ia tak sengaja menubruk sesuatu. Saat Deva menoleh.

"Devis!"

"Deva! Tadi kau dengar suara itu?" Tanya Devis.

"Iya, bunyi orang-orang terjatuh," kata Deva.

Tanpa aba-aba mereka langsung memakai kekuatan yin dan yang mereka.

Deva mengibaskan kipasnya sekali putaran dan hasinya kabut itu langsung menghilang tetapi tak ada siapapun di sana selain mereka berdua.

"Apa yang telah terjadi?" Tanya Devis.

"Entahlah," Kata Deva sambil melihat sekelilingnya.

Tiba-tiba ada monster yang datang dari atas pohon. Memang hanya muncul, tetapi terlihat berkali-kali lipat lebih banyak.

"Nah Devis, kau sudah siap?" Tanya Deva.

"Sangat siap," Kata Devis sambil mengambil senjatanya.
.
.
Sementara itu sisanya, di bawa ke tempat yang agak jauh dari tempat mereka tadi. Ternyata mereka di buat tak sadar, jadi mereka dengan mudah di bawa.

"Hehehe... dapat di tangkap dengan mudah," Kata seorang wanita dengan rambut merah yang senada dengan bajunya.

"Kau benar, Redina," Kata cowok yang tubuhnya bisa di bilang sangat besar karena gemuk.

"Ugh... apa yang...-" tanya Leo yang baru sadar.

"Oh kau sudah sadar?" Tanya cewek yang di panggil Redina itu.

Satu per satu mereka mulai siuman.

"Siapa kalian?!" Tanya Edward.

"Yang pastinya bukan lawan yang seimbang untuk kalian," Kata Redina dengan senyum sinis.

"Kau...!" Geram Edward.

"Di mana Devis dan Deva?!" Tanya Katryson kaget.

"Hah? Oh kedua kembar itu?" Tanya Redina.

"Eum... tapi bos, ada yang kembar juga di sana," Kata cowok gemuk itu sambil menunjuk Rose dan Eric.

"Diam kau Domdol!" Perintah Redina kasar.

"Maaf..." kata Domdol sambil menunduk.

"Katakan di mana mereka atau...-"

"Atau apa hah?" Tanya Redina sambil tersenyum sinis.

"Ada apa Katryson?" Tanya Leo.

"Aku... tak bisa mengeluarkan sihirku..." kata Katryson tak percaya.

"Hah?!"

Akhirnya semua mencoba mengeluarkan sihir mereka dan hasilnya nihil. Mereka sama sekali tak bisa mengeluarkan sihir mereka.

"Hehehehe... HAHAHAHAHAHAHA..." Redina langsung tertawa dengan keras.

Semua yang melihat Redina tertawa keras langsung bingung dengan wajah kesal.

"Aku senang sekali melihat wajah kekecewaan kalian," Kata Redina dengan wajah yang ingin di remukkan oleh mereka.

"Apakah kau yang...-"

"Benar, akulah yang mengunci saluran sihir kalian," kata Redina.

"Hah? Kami dari bumi, bukan dari dunia ini," Kata Hayate bingung.

"Tetap saja, kalian semua mempunyai saluran sihir di tubuh kalian," Kata Redina sambil menunjuk orang-orang yang ia tangkap.

"Kenapa kau melakukan ini?! Apa salah kami?" Tanya Chloe sambil berdiri.

"Salah? Em... kalian tak ada salah sih, tapi kalau menangkap kalia aku akan di berikan bonus," Kata Redina sambil tersenyum sinis.

"Kau!!!" Chloe mendekatinya dengan geram.

"Chloe!" Panggil Shafira kaget.

Tiba-tiba saja Redina ada di belakang Chloe dengan sabit di tangannya yang sedikit lagi mengenai leher Chloe.

"Chloe!" Panggil Katryson.

"Kau terlalu cepat kalau ingin mengalahkanku, kau tau?" Tanya Redina dengan senyum sinis yang masih tertempel.

Chloe langsung berbalik ke belakang ingin menunjukkan Redina. Tetapi Redina dengan cepat berpindah ke depan Chloe dan mendorong Chloe ke jurang dengan sabitnya.

"Chloe!" Panggil Katryson sambil berlari ke arah Chloe terjatuh.

Untung saja Chloe tak benar-benar terjatuh. Ada pohon kecil yang baru tumbuh di jurang itu. Katryson mengulurkan tangannya sambil tersenyum lega Chloe tak benar-benar terjatuh. Baru saja Chloe berpegangan pada satu lengan Katryson, pohon kecil yang tadi jadi pengangan terjatuh begitu saja.

"KYAAA!"

"Tenanglah Chloe!" Kata Katryson mengeratkan pegangannya.

Baru yang lain ingin mendekati Katryson dan Chloe, mereka merasa kaki dan tangan mereka terikat.

"Ei, ei, ei, kalian tak boleh beranjak dari sana. Kalian hanya boleh melihat pertunjukan yang dramatis ini," kata Redina sambil tersenyum sinis.

"Kau curang!"

"Curang? Ini namanya cerdas," kata Redina sambil tersenyum senang.

Chloe berusaha naik dengan bantuan Katryson tetapi ia tak bisa. Chloe tetap berusaha naik tapi sia-sia.

"Aku tak.."

"Ayo, coba lagi!" Seru Katryson memberi semangat sambil dia juga berusaha.

"Hahahaha... teruslah mencoba. tapi lebih baik kalian mati saja," kata Redina sambil tertawa sinis.

Katryson dan Chloe hampir tak dapat bertahan. Bahkan tangan Chloe sedikit turun.

"Aku tak tahan..."

"Bertahanlah! Aku tak akan melepaskan genggaman ini!" Kata Katryson yang terus berusaha agar Chloe tak terjatuh.

Chloe terdiam sambil melihat Katryson.
.
.
.
Bersambung wkwkwkwkwk.
Soalnya klo terlalu banyak keyboardnya macet dan bikin nyebelin.
Jadi di bikin bersambung biar seru XP.
Aku usahkan yang selanjutnya lebih cepet lagi ya.
Don't forget to voment.
bye = ̄ω ̄=

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro