Beri judul pada bagian cerita

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hestek-abaikan judul

SIAPKAN INTERNET!! ADA YOUTUBE!!!

Selamat (omedetou) ulang tahun (tanjoubi)

Selamat ulang tahun
(Tanjoubi omedeto gozaimasu)

#flashback on

Beberapa hari sebelumnya...

"Devis, bagaimana jika kau mencoba menginap di rumah Deva?" tanya Manda pada putranya yang sedang membaca sesuatu.

"Mengapa tiba-tiba?" tanya Devis sambil melihat ibunya bingung.

"Sudah, kau belum pernah menginap di sana bukan? Cepat kemasi barang-barangmu," paksa Manda dengan wajah ceria.

"Baik... lah?" kata Devis sambil beranjak dari tempatnya.

#flashback Off

"Tetapi mengapa ibu memintaku kemari?" tanya Devis pada dirinya sendiri.

"Kau belum sadar?" tanya Deva sambil menyantap sarapan di depannya.

"Apa?" tanya Devis bingung.

Deva beranjak dari tempatnya dan kembali dengan membawa sebuah kalender kecil yang berada di meja tamu. "Lihat tanggal berapa ini?"

Devis melihat sederetan angka di depannya, "lalu?" tanya Devis bingung.

"Ini adalah ulang tahun kita. Sadarkah kau?" tanya Deva datar lalu kembali menyantap sarapannya.

"Eh, oh iya. Aku melupakannya. Lalu? Apa hubungannya dengan ulang tahun kita?" tanya Devis kembali bingung.

"Tidak adakah pesta kejutan untuk orang yang berulang tahun di sana?" tanya Deva kesal.

Devis menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Oke, jadi kemungkinan besar kita akan di kejutkan dengan pesta ulang tahun yang mereka semua adakan," kata Deva.

"Mereka? Siapa saja?"

"Ayah, ibu, ibuku, Riky, kak Leo, Edward, Shafira, Chloe dan lainnya itu."

"Apa kau yakin itu akan terjadi?" tanya Devis ragu.

"Entahlah, hanya itu yang terbayang di kepalaku. Apakah kau berpikir ada kemungkinan lainnya?"

"Aku tidak tau..."

"Baiklah, berarti memang itu. Lalu kita akan melakukan apa sekarang?"

"Aku tidak boleh melatih sihir?"

"Tidak boleh! Kau ingin membuat rumahku hancur hah?! Kalau mau berlatih di dunia sana!"

"Kau tau sendiri aku diusir ke sini!"

"Nasib!"

Devis terdiam mendengar perkataan Deva yang membuatnya tertusuk langsung menembus dadanya.

Deva yang tidak peduli dengan saudara kembarnya mengambil piring kosong di depannya dan Devis, membawa kedua piring itu ke dapur dan mencucinya.

"Tidak adakah yang menyenangkan di sini?" tanya Devis malas.

"Ya bermain game," kata Deva sambil terus mencuci piring.

"Kalau begitu ayo kita bermain game!" seru Devis semangat.

"Siapa takut?" tanya Deva dengan senyum sinis.

Akhirnya mereka berdua bermain berdua di sebuah komputer yang dihubungkan dengan joystick. Mereka menghabiskan waktu mereka sampai tak sadar bahwa waktu telah terlewat dengan cepatnya.

Tiba-tiba ketukan terdengar. Bukan pintu yang berada di lantai satu, tetapi pintu yang berada di atasnya. Kedua saudara kembar itu saling bertatapan akhirnya Deva beranjak dari tempatnya yang di susul oleh Devis dari belakang.

Bersamaan dengan terbukanya pintu, suara terompet dan kertas kecil menerjang sepasang saudara kembar itu. Kedua kembaran itu yang jarang sekali kaget hanya menutup mata mereka untuk menghalangi kertas yang masuk.

"Selamat ulang tahun!" seru orang-orang yang berada dibalik pintu itu ceria.

Kedua ibu saling membawa kue yang sama dan menampilkan senyum lebar mereka. Deva menatap Devis dengan pandangan yang seperti mengatakan "betul kan?" dibalas anggukan pasrah oleh saudara kembarnya.

Tiba-tiba saja bel pintu rumah terdengar nyaring. Deva dan Devis saling bertatapan lalu berbalik bersamaan tetapi tangan Devis ditahan oleh Manda yang sedang tersenyum penuh arti.

"Biar Deva saja yang membukakan pintu," katanya.

Kedua saudara kembar itu saling bertatapan bingung lalu mengangguk serempak. Deva berbalik dan berjalan menuju pintu keluar tanpa memikirkan apapun.

Saat ia membuka pintu, suatu kini menghalangi pandangannya. Setelah sekian detik, sesuatu itu disingkirkan dan terlihatlah Hayate sedang tersenyum gugup padanya.

"Seramat... urang tahun...." kata Hayate gugup.

Deva menunjukkan salah satu jarinya dengan wajah bingung. Hayate terkaget sejenak lalu merogoh sakunya dan menunjukan cincinnya yang berwarna merah.

Deva meletakkan telapak tangannya di atas tangan Hayate yang memegang cincinnya. Setelah Deva menyingkirkan tangannya, terlihat cincin yang berwarna hijau milik Deva. Hayate mengangkat wajahnya, menatap Deva dengan ekspresi bingung.

"Arigatou," kata Deva sambil tersenyum manis.

Hayate terdiam lalu menyembunyikan wajahnya di balik hadiah yang ia bawa.

Deva yang (nggak peka) kebingungan dan mencoba menjauhkan hadiah yang ada di depannya untuk melihat wajah Hayate. Yang bersembunyi tetap memegang pendiriannya untuk menahan tangannya.

Tiba-tiba terdengar tawa kecil di belakang Deva. Saat keduanya menoleh, terlihat mereka semua sedang berbaris sambil tertawa melihat kedua pasangan itu.

"Deva, ayo kita mulai pestanya," kata ibu angkat Deva.

"Pesta?" tanya Deva bingung.

Detik itu juga Hayate berkomitmen untuk belajar bahasa Indonesia sedikit demi sedikit.

....

Setelah itu, pesta berlangsung tanpa ada dekorasi. Tetapi cukup tawa kebahagiaan yang menghiasi ruangan itu. Para orang tua mengungkapkan aib dari anak-anaknya, sedangkan para anak sedang berbincang dan kadang menjaili satu sama lain.

Sebuah pesta sederhana yang tidak akan dilupakan oleh kedua saudara kembar itu. Karena mereka yang seharusnya tak bersatu kini dapat bertemu satu sama lain.

Dari hati terkecil mereka bersyukur karena adanya para antagonis itu.

"Perhatian!" Hans berdiri ditengah mereka yang sedang terduduk dalam beberapa kelompok yang saling berhubungan.

Wajah seriusnya membuat semuanya terbungkam. Mata Hans menatap mereka yang lebih muda daripadanya dengan berbagai perasaan bercampur menjadi satu.

"Ada suatu hal yang harus aku, maaf kami katakan kepada kalian," kata Hans yang mencoba membuat wajahnya sedatar mungkin.

Deva dan Devis tak sengaja saling berlirikkan lalu pandangan mereka kembali kepada ayah mereka.

"Kalian yang dari bumi harus berhenti mendatangi dunia sihir."

Perkataan Hans yang ia lakukan dalam satu tarikan nafas membuat para jiwa muda itu tertegun.

"Apa....-"

"Katakan saja...-" Deva memotong perkataan Edward sambil menunduk. Setelah beberapa detik menggantungkan kata-katanya ia kembali mengangkat wajahnya dan menunjukan senyum miringnya, "Dunia sihir tak lagi membutuhkan kami."

"Tidak. Itu bukan...-"

"Kenapa ayah terlalu jujur?" potong Devis yang sedikit memiringkan tubuhnya ke arah Deva.

Hans menatap kedua anak kembarnya dengan tatapan bingung. Keduanya saling tersenyum miring walaupun begitu mata mereka tersirat sedikit kesedihan dengan kedua alis yang tertekuk keatas.

"Padahal itu dapat membuat kami berhenti datang ke dunia sihir loooh," kata Deva sambil menaikkan bahunya acuh.

"Itu benar, dengan begitu masa depan kami tidak akan hancur." Devis menggerakkan jari telunjuknya seakan-akan menasehati seseorang.

Teman-teman dari kembaran itu saling bertatapan seperti saling melempar jawaban mereka.

"Kalian..." Manda menatap kedua anak kembarnya dengan tatapan terkejut.

Deva dan Devis saling mengangguk bersamaan. "Kami tahu," ujar mereka berdua serempak.

Para jiwa muda itu saling tersenyum dengan pandangan yang berbeda-beda. Melihat itu yang sebelumnya merasa khawatir kini tersenyum lega.

Itulah,

perayaan ulang tahun yang berkesan.

Sekaligus,

perpisahan yang tak terelakkan.

Senyuman, candaan, tawa, kemarahan, dapat bercampur dalam waktu yang sama. Semua itu dihias dengan air mata yang terus berurai. Tak peduli dengan sesuatu yang mengalir di wajah mereka, saling ejek tetap dilakukan.


Satu per satu memori kini melewati pikiran mereka masing-masing. Saling menertawai dan mengejek mereka yang lama, mereka yang tidak dapat kembali ke masa lalu.

Menyalahkan waktu yang berlalu begitu cepat tak akan merubah apapun.

Menyalahkan kecerobohan tidak akan merubah masa depan.

Walaupun kembali, tidak pasti momen yang sama akan terus terulang.

Sebuah pertemuan pasti akan ada perpisahan, karena itu nikmati dengan baik saat kalian dapat merasakannya.

Pelukan erat tak dapat dihindari, banyak kata-kata yang diucapkan dari setiap mulut mereka untuk menghibur. Entah untuk teman-temannya atau dirinya sendiri.

Sampai detik terakhir mereka masih tetap memaksakan diri untuk tetap tersenyum, tertawa dan bercanda.

Tetapi disaat mereka sendiri,

air mata yang tertahan kini tumpah.

Pilihan terkahir mereka adalah menunggu.

.
.
.
.
.

TISU TISU!!
HUEEEEEEEEEEEE!!!!! HUEEEEEEEEEE!!!

Kalo aja earphoneku nggak rusak sebelah pasti aku bakalan nangis pas nulis bagian akhir-akhir. (;´ຶДຶ ')

Harus tarik nafas baru bisa lanjutin 〒▽〒

TUNGGU!!!

BELOM EPILOG!!

Ya walaupun saya mulainya tanpa prolog... Tapikan nggak harus ada prolog untuk pakai epilog toh? #taboked

Baiklah, habis ini saya akan membuat yang lucu-lucu! Tapi kapan up-nya masih nggak tau.

Oke sebagai tambahan, coba kalian kasi pertanyaan untuk para tokoh. Boleh pilih:

Alya

Devis

Deva

Hayate

Edward

Shafira

Chloe

Katryson

Leo

Pak Ifan

Alice

Mamah angkat Deva

Riky

Manda

Hans

Aoi

Rafa

Nancy (walau nggak muncul di book 2)

Rika (walau nggak muncul di book 2)

Loly

Dan tokoh lain yang belom tersebut.

Silahkan bertanya~

Btw numpang promosi, kan aku ada bikin cerita kolaborasi sama temen nih jadi.... Dibaca ya kalau berminat.

suichii3099
Judulnya: A Chance For A Gay

DIJAMIN!!! Sedih... (╥_╥)

Yang tau ceritanya Parfaitchan
Judulnya "my Bloody Prince" atau "One and Only Friend/ Lover", nah saya kolaborasi sama dia.

Boleh nggak ya promod sampe sini? Ah sudahlah, yang penting saja jamin kalau "A Chance For A Gay" itu bakalan.... sedih. Aduh aku masih nggak tega.

Oke, aku sangat-sangat BERTERIMAKASIH yang sudah meluangkan waktunya secara cuma-cuma di chapie-chapie terkahir ini membaca tulisan saya yang panjang kali lebar.

-(05/11/2017)-
[lagi-lagi mendekati tengah malam]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro