JALAN SPESIAL CROSSOVER KEEMPAT (Lucifer DxD): MENCARI DALANG YANG SEBENARNYA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lalu, bagaimana cara kita untuk menemukan orang berjubah itu?" tanya Huda.

"Jangan tanya aku. Aku tidak punya ide," balas Likyter.

"Kau kan ingin membantu, jadi pikirkanlah caranya."

"Kita kan sepakat untuk membantu baru beberapa detik yang lalu, jadi mana mungkin langsung dapat idenya."

"Aku tahu!" ujar Oki sambil mengangkat tangan sehingga semuanya memperhatikannya. "Bagaimana kalau kita buat poster pencarian orang hilang? Dengan begitu, kalau ada yang melihat orang berjubah itu maka akan menghubungi kita dan kita akan tahu di mana dia berada."

Setelah mengatakan itu, Oki langsung memberikan senyuman penuh rasa bangga dengan idenya itu. Tapi sayangnya, mereka semua tidak merespon dengan positif seperti 'ide yang bagus, Oki!' atau 'benar juga, kita gunakan ide itu!' seperti yang dibayangkan Oki. Malah, hanya tatapan datar penuh kesunyian yang terlihat.

Tapi, ada satu orang yang tidak seperti itu, yaitu Suzume. Dia menutup mulutnya dengan tubuh bergetar karena menahan tawa. Namun, hal itu tidak bertahan lama karena keinginan tawanya sudah tidak bisa ditahan.

"Hahahahahah!" tawa Suzume keras. "Mana mungkin kita melakukan itu! Kita bahkan tidak punya foto wajahnya, jadi tidak mungkin!" lanjutnya.

Oki yang mendengar itu langsung menundukkan kepala karena malu, bahkan wajahnya sampai merah padam.

"Aku punya ide!" terang Suzume setelah puas tertawa. "Kita tanyakan kepada orang-orang apakah mereka melihat orang berjubah coklat dengan bagian belakangnya robek-robek. Dengan begitu kita bisa menemukan orang berjubah itu!" lanjutnya dengan semangat.

Seperti Oki sebelumnya, Suzume langsung memberikan senyuman penuh rasa bangga ditambah pose melipat tangan sehingga menambah kesan rasa bangga yang tinggi akan memberikan ide. Namun nasibnya sama, semuanya, kecuali Oki yang masih menundukkan kepala, menatapnya dengan penuh keheningan dan tidak memperlihatkan respon positif.

"Suzume, orang berjubah bisa saja banyak. Misalnya saja iblis sepertiku yang memang itu pakaiannya, orang itu memang suka memakai jubah, dan lainnya," ucap Huda. "Idemu bisa digunakan, kalau saja kita mengetahui ciri umum yang dapat kita beritahu kepada orang-orang awam untuk menanyakan keberadaannya. Kita kan hanya mengetahui kalau dia memakai jubah coklat dan memiliki sayap sepertiku."

Suzume langsung menundukkan kepala karena malu, terlebih tadi dia sangat terlihat percaya diri akan idenya itu. Melihat itu, kali ini giliran Oki yang tertawa dengan keras.

"Hahahahah! Ternyata sakura layu bodoh juga!"

"Siapa yang kau sebut bodoh, maniak wortel yang tidak bisa berpikir?!"

"Tentu saja kau, sakura layu bodoh!"

"Ohhh, kau mengajak bertarung. Ayo, aku siap meladenimu, maniak wortel tak punya otak!"

"Ayo, siapa yang takut!"

Oki dan Suzume langsung mengeluarkan aura permusuhan dan saling bertatapan yang mengeluarkan kilat listrik yang saling mengadu. Walau akan terjadi pertempuran sekutu, Huda dan lainnya tidak terlihat seperti ingin meleraikan pertengkaran mereka.

"Apa kalian tidak akan menghentikan pertengkaran mereka?" tanya Likyter.

"Xixixixi, mereka sudah sering bertengkar, jadi tidak perlu repot-repot dipisahkan," jawab Sten.

"Memangnya mereka tidak bisa akrab?"

"Tentu saja. Mana mungkin saingan cinta bisa saling akrab, xixixixi."

"Anoo... bagaimana kalau kita berpencar untuk mencarinya?" ujar Haru mengajukan ide tiba-tiba sehingga menarik perhatian semuanya, kecuali Oki dan Suzume yang masih sibuk bertengkar. "Kita semua kan tahu seperti apa orang berjubah itu, jadi mungkin saja dengan mencari secara berpencar akan memudahkan untuk menemukannya. Selain itu, kalau orang berjubah itu membuat ulah, bisa jadi kebetulan kita berada di dekat kejadiannya."

"Walau ide itu tidak terlalu efektif, tapi itu lebih baik daripada tidak melakukan apapun," ujar Likyter. "Ide yang bagus, Haru," lanjutnya sambil mengelus kepala Haru yang masih ditutupi topi koboi.

Walau tidak dielus secara langsung ke kepala, tapi tetap saja membuat Haru senang. Bahkan, sekarang dia menundukkan kepala dengan senyuman penuh rasa senang dan pipi sedikit memerah.

"Kalau begitu, kita bagi kelompok terdiri dua orang. Hanamura dan Oki, kalian cari ke bagian barat!"

Oki dan Suzume yang tadinya bertengkar langsung berhenti setelah mendengar Huda memberikan tugas. Oki langsung berjalan mendekati Hanamura dengan semangat.

"Siap, Tuan!" ucap Oki dan Hanamura menerima perintah.

"Suzume dan Sten, kalian bagian selatan!"

"Siap!" jawab Suzume dan Sten.

"Likyter dan Haru, kalian bagian timur!"

Likyter menjawab dengan 'oke' sedangkan Haru mengangguk sebagai tanda menerima perintah Huda.

"Aku dan Bella bagian utara, tapi sebelum itu aku akan menemui Hito untuk meminta bantuannya."

"Kau yakin mereka akan membantu?" tanya Likyter ragu. "Terlebih dengan apa yang terjadi sebelumnya..."

"Entahlah, tapi setidaknya aku akan coba dulu. Lagipula, bukan hanya untuk meminta bantuan saja. Aku akan bicara dengannya agar tidak menyerangmu dan Haru."

"Baiklah, terserah kau saja. Kaulah pemimpinnya di sini."

"Kalau kalian menemui orang berjubah itu, beritahu kepada semuanya agar menyusul ke tempat kalian! Jangan lawan sendiri, karena kita tidak tahu kekuatannya. Tetap waspada juga!"

"Siap!" jawab semuanya serentak.

"Oh iya, Likyter. Ini," Huda menyodorkan sebuah handphone ke Likyter. "Simpan saja benda ini di sakumu. Kalau kau merasakan ada getaran di tempat benda ini berada, ambil dan lihat bagian layar, tepatnya bagian depan, yaitu yang berwarna hitam. Nanti ada tulisan panggilan dari Suzume atau lainnya, kemudian kau te-"

"Ah, kau tidak perlu menjelaskan cara menggunakan handphonemu. Aku sudah tahu cara menggunakannya. Karena di duniaku memang ada teknologi seperti ini. Jadi, kau perlu beritahu aku kode membukanya saja."

"Ohhh, keren juga. Padahal setahuku dari game dan cerita, duniamu itu tidak memiliki alat seperti ini. Bahkan teknologinya masih zaman dahulu."

"Yah, memang. Sudahlah, sebaiknya kita segera laksanakan tugas kita."

"Kalau begitu, ayo kita mulai!"

***

Huda dan Bella sekarang sudah ada di ruangan markas bernama ISH. Hito beserta pereege-nya ada di sana, ditambah Lili. Sebelumnya Huda sudah memberitahu apa saja yang ingin dia sampaikan, seperti permintaan bantuan mencari orang berjubah dan permohonan agar tidak menyerang Likyter dan Haru, serta penjelasan lanjut dari Likyter yang tidak sempat tersampaikan. Sekarang mereka sedang menunggu Hito yang sedang diam sambil menutup mata sebelum membeberkan keputusannya.

"Baiklah, kami tidak akan menyerang temanmu itu," ujar Hito. "Kami beri waktu dua hari. Kalau dalam dua hari atau sebelum dua hari itu ternyata keadaan semakin kacau, maka kami akan memburu temanmu itu. Untuk bantuan, kami tidak akan bantu mencari orang berjubah itu."

"Ke-Kenapa?!" kaget Huda. "Ini untuk menyelamatkan dunia ini, tapi kenapa kau tidak mau membantu?!"

"Pertama, seperti yang kau ceritakan tadi bahwa belum pasti orang berjubah itu adalah akar masalah pengancaman dunia ini akan hancur. Jadi, untuk apa memburu yang belum tentu adalah akar masalah, dengan kepastian kalau teman-temanmu lah yang jelas bisa menyebabkannya. Kedua, kalau kami ikutan mencari orang itu. Bagaimana dengan datenshi yang akan muncul nanti? Siapa yang akan mengurusnya kalau kita semua pergi?"

"Be-Begitu... maaf aku sudah berpikiran buruk terhadapmu."

"Tidak apa-apa. Selain itu, kami juga yang akan mengurus monster-monster yang muncul tiba-tiba akibat celah ruang dan dimensi."

"Terima kasih, Hito. Kalau begitu, kami pergi."

Huda dan Bella pun meninggalkan ruangan. Setelah itu, semua anggota pereege Hito langsung melihat ke Hito lagi, begitu juga dengan Lili.

"Seperti yang kukatankan tadi, sekarang kita berpatroli di kota. Aku akan membagi kelompok terdiri dari dua orang. Bunuh monster-monster yang kalian temui dan ingat jangan menyerang kedua teman dunia lain Huda!"

"Siap!" jawab semuanya serentak, dengan nada berbeda-beda.

Sementara itu, di tempat yang cukup jauh, di sekitar perumahan. Suzume dan Sten berjalan-jalan sambil melihat sekitar mencari orang berjubah yang dianggap sebagai musuh akar permasalahan ancaman hancurnya dunia ini.

Suzume berada di depan Sten. Dia terlihat sangat serius sekali untuk mencari sang musuh, buktinya tatapan tajam diarahkan ke berbagai arah. Orang-orang sekitar pasti akan mengira kalau Suzume sedang kesal dan mencari orang yang membuatnya kesal. Tapi, Sten memandangnya beda, tepatnya bagian alasan Suzume terlihat kesal.

"Hei, nona pedang. Kau terlihat marah, ada apa?" tanya Sten pura-pura tidak tahu.

"Tidak, aku tidak marah," jawab Suzume cepat masih melihat sekitar.

"Tapi kau terlihat menyeramkan dengan mata tajam itu. Apakah ada masalah?"

"Tidak, tidak ada masalah."

"Hmm... kupikir kau kesal karena Huda memilih bersama Bella dibanding denganmu. Yah, kurasa masalah seperti itu tidak akan membuatmu cemburu, kan?"

"Ke-Kenapa juga aku harus cemburu..."

"Memang, buat apa juga kau cemburu. Ngomong-ngomong, mereka terlihat cocok, ya. Seperti sepasang kekasih."

"STENNNNNN!" panggil Suzume yang kali ini memberikan tatapan tajam ke arah Sten dan mengeluarkan aura mengerikan.

"Xixixixi, aku akan cari ke sana!"

Sten dengan ekpresi penuh rasa puas karena berhasil menjahili dan tawa keras, berlari menjauh Suzume agar tidak terkena serangan kesalnya. Melihat itu, Suzume melupakan tujuannya dan langsung mengejar Sten agar kekesalannya berhasil dilampiaskan.

Di sisi lain, di taman. Oki dan Hanamura sedang melakukan pencarian juga. Mereka melihat sekeliling mereka dan memperhatikan orang-orang yang ada dengan sangat teliti, namun tidak terlalu sering karena bisa dianggap menjadi orang curiga. Sekali-kali mereka tidak menggerakkan kepala untuk mencari dan memilih bersikap seperti orang yang jalan-jalan di taman.

Tapi Oki tidak begitu, bisa dibilang keterbalikan dari Suzume yang terlihat serius. Ekpresinya begitu lesu, seolah tidak niat untuk melakukan tugasnya. Tentu hal itu perlahan menarik perhatian Hanamura, sehingga dia penasaran dan bertanya.

"Apakah ada masalah, Oki-san? Kau terlihat sangat lemas."

"Aku berpikir... kalau Tuan mulai menjauhiku..."

"Kenapa kau bisa berpikiran begitu?"

"Habisnya Tuan langsung memutuskan untuk bersama Bella, dibanding aku. Terlebih, tidak dirunding terlebih dulu... Tuan pasti tidak menyukaiku..."

"Kurasa Tuan melakukan itu bukan karena tidak menyukaimu. Lagipula, Tuan sangatlah sayang dan baik kepada kita semua. Kita kan keluarganya, mana mungkin Tuan tidak menyukai kita."

"Bu-Bukan itu..."

"Lagipula kau itu baik, selalu terlihat ceria, menyenangkan, dan cantik lagi. Jadi, Tuan tidak mungkin sampai tidak menyukaimu."

Oki yang tadinya ingin mengoreksi arti menyukai dari Hanamura, tapi langsung tidak jadi karena mendengar pernyataan laki-laki kacamata itu. Dia menundukkan kepalanya dengan wajah yang merah dan berhenti berjalan. Hanamura yang melihat itu ikut berhenti dan memasang wajah bingung karena Oki tiba-tiba berhenti.

Hendak Hanamura bertanya, tiba-tiba sebuah keributan terdengar di tengah taman sehingga niatnya tidak jadi. Mereka berdua pun langsung berlari ke arah keributan itu setelah saling mengangguk untuk kode agar ke sana.

Sesampainya di tempat, dapat dilihat orang-orang berlarian ke berbagai arah dengan panik dan penuh jerita. Di sana juga ada orang berjubah dengan sayap hitam putih di belakang punggungnya sedang berdiri sambil melemparkan beberapa bola kegelapan ke berbagai tempat. Sudah dapat dipastikan dialah dalang keributan itu.

"Oki-san, cepat hubungi yang lain agar datang kemari. Aku akan menahannya agar tidak menghancurkan lebih banyak lagi tempat dan melukai orang-orang!"

"Hm!"

Hanamura langsung berlari ke arah orang berjubah itu sambil memakan obat perubah wujud. Sedangkan Oki mengetik pesan kepada semuanya agar datang ke tempatnya. Setelah selesai, dia langsung berlari membantu Hanamura.

Di trotoar, beberapa saat sebelum kejadian, Likyter dan Haru berjalan sambil melihat sekitar untuk mencari orang berjubah. Tapi langkah mereka terhenti karena ada laki-laki berambut putih bersama gadis kecil berdiri menghalangi. Sebenarnya bukan karena itu saja, tapi karena Likyter merasakan aura yang tidak menyenangkan yang dipancarkan laki-laki itu sehingga dia memberikan isyarat tangan kepada Haru agar berhenti.

"Hei, serahkan loli itu kepadaku!" ujar laki-laki itu tiba-tiba dengan tatapan berbinar-binar.

"Hahh... Master kumat lagi," gumam gadis kecil di sebelahnya sambil menggelengkan kepala.

"Apa maksudmu?" tanya Likyter sambil menggerakkan tangannya untuk mengisyaratkan Haru agar mendekat.

"Tentu saja maksudnya, serahkan gadis itu kepadaku," jawab laki-laki berambut putih itu dengan ekpresi ramah.

"Apa maumu?"

"Sudah jelas, aku menginginkannya. Jadi, cepat serahkan."

"Mana mungkin aku menyerahkannya kepadamu. Haru bukan barang!"

Laki-laki berambut putih itu langsung memasang tatapan tajam. Likyter pun ikut memasang tatapan tajam. Pertarungan tatapan tajam pun terjadi, tapi tidak berlangsung lama karena laki-laki itu langsung sedikit tersentak dan kemudian memasang senyuman.

"Tadinya aku ingin, tapi kurasa tidak jadi," ujar laki-laki itu. "Sebagai sesama saudara satu jalur tidak boleh bertengkar."

"Hah, saudara satu jalur?" heran Likyter.

"Yah, kurasa sebaiknya aku segera pergi. Jaga dia baik-baik, jangan sampai melanggar aturan satu jalur kita, ya."

"Apa maksudmu dengan satu jalur?"

"Kalau begitu, selamat tinggal."

Tiba-tiba laki-laki berambut putih dan gadis kecil di dekatnya menghilang begitu saja, meninggalkan Likyter yang kebingungan dengan pernyataan tiba-tiba itu. Tentu saja Haru yang mendengar itu ikutan kebingungan.

"A-Apa kau mengenalnya, Likyter-san?"

"Aku kan baru datang ke dunia ini, jadi aku tidak kenal selain Huda dan lainnya. Selain itu, tidak mungkin aku bisa mengenal orang aneh sepertinya."

Di suasana kebingungan yang melanda mereka berdua, tiba-tiba dering handphone terdengar di saku celana Likyter. Langsung saja Likyter mengambil handphone milik Huda. Dapat dilihat di layar ada sebuah pesan masuk dari Oki.

"Orang berjubah itu ada di taman Kiniya, cepatlah kemari!" gumam Likyter membaca isi pesan. "Haru, ayo kita segera ke sana!" ujarnya sambil menyimpan handphone ke saku.

"Hm!"

Mereka langsung berlari menuju tempat yang dimaksud Oki. Begitulah yang ingin mereka lakukan. Tapi baru seperempat lari, mereka langsung berhenti.

"Taman Kiniya itu di mana?" tanya mereka bersamaan sambil bertatapan.

"Arghhh, kenapa aku sampai lupa kalau ini di dunia lain?! Ini pasti gara-gara orang aneh itu!"

"Likyter-san, sebaiknya kita hubungi Suzume-san atau Bella-san untuk menanyakan arah menuju taman Kiniya."

"Oh, kau benar juga!"

Likyter langsung mengambil handphone dan membuka kuncinya. Kemudian menekan kontak, lalu mencari no kontak Suzume atau Bella. Tapi tiba-tiba dia berhenti mencari no kontak dan melihat ke arah Haru.

"Haru, apa kau tahu kita ada di mana?"

"I-Itu... aku juga tidak tahu..."

"Lalu bagaimana caranya agar kita bisa ke sana? Tempatnya saja tidak tahu di mana!" tanya Likyter mulai panik.

"Oh iya, Likyter-san. Apakah di handphone Huda-san ada GPS?"

"Ohhh, benar juga! Kita bisa mengetahui di mana Oki dengan itu."

Likyter pun mencari apakah ada aplikasi GPS di handphone Huda. Setelah beberapa saat, dia menemukan ada aplikasi itu. Kemudian, Likyter mengaktifkan dan mencari lokasi Oki.

"Ini dia!" ujar Likyter senang. "Ayo, Haru!"

Saat mereka akan pergi menuju tempat Oki, tiba-tiba cahaya menyilaukan muncul di atas langit. Dari tempat cahaya itu, beberapa monster berjatuhan ke tengah jalan. Sehingga beberapa kendaraan tertindih atau terpaksa berhenti karena kaget dengan kemunculan monster-monster itu.

"Kenapa malah muncul di saat seperti ini...?" keluh Likyter setelah melihat hal itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro