JALAN SPESIAL CROSSOVER PENYELESAIAN (Lucifer DxD): BERTARUNG BERSAMA IBLIS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Para pengemudi kendaraan keluar dari kendaraannya dan berlari menjauh. Begitu juga dengan orang-orang sekitar setelah melihat ada monster bermunculan dari langit. Monster-monster yang terdiri dari goblin, serigala, kelelawar besar, dan kobold memilih menghancurkan kendaraan daripada menyerang orang-orang yang berlarian, jadi Likyter tidak terlalu kesulitan melawan monster-monster itu nantinya karena harus melindungi orang-orang.

"Haru, kau sembunyi di gang itu saja. Aku akan mengatasi mereka," ujar Likyter.

"Aku mengerti."

Saat hendak Haru melangkah, tiba-tiba suasana sekitar berubah yang menandakan sebuah penghalang aktif di sekitar mereka. Likyter paham kenapa ini bisa terjadi, jadi dia menyuruh Haru untuk kembali kepadanya dan tidak pergi ke mana-mana.

Jauh di depan Likyter, pereege Hito bersama Hito dan Lili muncul. Melihat itu, Likyter meningkatkan kewaspadaan dan bersiap untuk menahan serangan atau menyerang mereka. Sedangkan Haru dengan ketakutan semakin menempel di belakang Likyter.

"Serang!" perintah Hito.

Mendengar perintah itu, semua pereege Hito melesat untuk meluncurkan serangan. Likyter mencabut pedangnya dan Haru menggenggam erat ujung baju Likyter sambil menutup mata. Tapi, serangan itu terarah bukan ke Likyter dan Haru, melainkan ke monster-monster. Tentu saja melihat itu Likyter sedikit terkejut, tapi tidak lama kemudian sebuah senyuman kecil terukir di wajahnya.

"Jadi negosiasinya berhasil, ya. Baguslah," gumam Likyter senang sambil menurunkan kewaspadaannya.

Hito dan Lili berjalan menghampiri Likyter dan Haru. Melihat itu, Likyter tidak kembali berwaspada karena yakin mereka tidak akan menyerang. Namun Haru masih sedikit takut, jadi matanya yang tadi tertutup sekarang menyorot mereka dengan waspada.

"Terima kasih," ucap Likyter.

"Tidak perlu berterima kasih, ini hanya bagian dari negosiasi," balas Hito. "Sebaiknya kau segera pergi menyusul mereka, sepertinya mereka butuh bantuanmu. Kami akan mengurus monster-monster ini."

"Biar aku antar kalian. Jadi, di mana mereka?" tawar Lili.

"Tidak perlu. Aku bisa menemukan mereka dengan ini," terang Likyter sambil menunjukkan handphone Huda yang sudah membuka aplikasi GPS. "Kalian lakukan saja pekerjaan yang sesuai dengan negosiasinya. Biarkan kami yang bekerja. Ayo, Haru!"

Likyter dan Haru pun berlari melewati mereka berdua. Kemudian, Lili dan Hito ikut bergabung untuk memburu para monster itu. Pertarungan besar-besaran pun terjadi di tengah kota yang sudah dilapisi oleh penghalang sehingga tidak ada satu pun orang awam yang ada di sini.

Sementara itu, di tempat Oki dan Hanamura. Mereka berdua sekarang sudah dipenuh luka dan pakaian kotor, karena menghadapi musuh di depannya yaitu orang berjubah yang memiliki sayap hitam putih. Namun, di pihak musuh tidak ada luka sedikit pun dan bahkan jubahnya terlihat baik-baik saja, kecuali bagian belakang yang robek akibat sayapnya.

"Oki-san, sebaiknya kau mundur. Biar aku yang menghadapinya," ujar Hanamura.

"Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan kau sendiri menghadapinya," balas Oki.

Sang musuh tidak ingin mendengar obrolan mereka lebih lanjut, jadi dia mengeluarkan beberapa bola kegelapan untuk dilemparkan kepada mereka. Tapi, niatnya gagal karena tiba-tiba beberapa panah angin menyerangnya sehingga dia harus meloncat ke belakang untuk menghindar.

"Maaf kami terlambat."

Suzume dan Sten berlari menuju tempat Oki dan Hanamura yang langsung menjatuhkan diri agar duduk. Setelah sampai, Sten langsung menghadap musuh sambil mengacungkan tongkatnya. Sedangkan Suzume menghampiri Oki.

"Hei, bukankah Gichu berpesan agar kalian tidak boleh langsung menghadapinya sebelum kita berkumpul. Kenapa kalian malah menyerangnya?" tanya Suzume.

"Mana mungkin kami tidak menyerangnya. Kalau tidak diserang, maka orang-orang yang berada di sini akan dalam bahaya."

"Benar kata Oki-san. Bukannya kami tidak memenuhi perintah Tuan, tapi kami terpaksa melanggarnya," sambung Hanamura.

"Yah, kurasa kalau alasannya begitu, Gichu lebih suka kalian melanggarnya daripada mengikuti perintahnya." Suzume pun berdiri dan menghadap ke arah sang musuh. "Kalian istirahat dulu, biar kami yang mengulurkan waktu sampai Gichu dan lainnya datang. Setelah itu, kalian bantu lagi."

Suzume pun berjalan menghampiri Sten yang masih memasang kuda-kuda untuk menyerang. Dia langsung mengeluarkan pedang emasnya setelah sampai di samping Sten, lalu memasang kuda-kuda.

"Xixixi, tadi kau cukup keren juga," ucap Sten dengan nada mengejek. "Selain itu, tidak disangka kau mengkhawatirkan Oki."

"Memangnya salah kalau aku begitu?!" kesal Suzume.

"Tidak salah, hanya saja terasa aneh kau mengkhawatirkan dia."

"Sudahlah, jangan banyak bicara. Kita harus menghadapi orang itu."

"Xixixixi, ini menarik. Rasanya dia memiliki kekuatan yang sama dengan Huda. Aku jadi benar-benar semangat menghadapinya!"

"Tenangkan dirimu. Kita tidak boleh lengah, tetap fokus."

Orang bejubah itu mengangkat tangan kanannya ke depan. Lalu, muncul sekumpulan cahaya di depan telapak tangan kanannya yang dibuka. Sten langsung bersiap dengan sihirnya, sedangkan Suzume maju untuk menyerang.

Lalu, di suatu perempatan. Likyter berlari bersama Haru dengan dipandu map di aplikasi GPS handphone Huda, menuju tempat Oki dan Hanamura. Karena terlalu fokus dengan handphone, Likyter tidak sengaja menabrak seseorang saat berbelok. Likyter dan orang yang ditabrak itu langsung jatuh.

"Ma-Maaf, apa kau baik-baik sa..." ucap Likyter yang terpotong karena menyadari sosok yang ditabraknya. "Oh, Huda."

"Likyter, yah."

Mereka berdua pun berdiri. Lalu, Haru menyusul dari belakang Likyter. Begitu juga dengan Bella yang bersama Huda.

"Likyter-san, kau baik-baik saja?" tanya Haru.

"Tidak apa-apa."

"Huda-kun, kau baik-baik saja?" tanya Bella.

"Iya, aku baik-baik saja. Likyter, kau sudah mendapatkan pesan dari Oki?"

"Sudah. Sekarang kami sedang menuju tempat itu dengan dibantu GPS handphonemu."

"Kalau begitu, ayo kita pergi bersama!"

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju tempat Oki, dengan Huda sebagai pemimpinnya. Menurut Huda, jaraknya masih cukup jauh dan akan sampai sekitar dua puluh menit. Tapi, dia mengetahui jalan pintas agar sampainya tidak terlalu lama.

Seperti yang dikatakan Huda, mereka pun sampai di tempat dengan sekitar delapan menit. Di sana mereka melihat lima sosok yang tidak asing. Empatnya adalah anggota pereege Huda, yang sedang dalam keadaan terluka dan kelelahan. Satunya adalah sosok berjubah yang kondisinya cukup buruk dengan beberapa robekan di bagian jubah sehingga beberapa luka dapat terlihat di beberapa bagian tubuhnya. Namun, bagian hoddie yang menutup wajahnya masih terpasang.

Likyter dan lainnya langsung menghampiri mereka. Likyter berdiri menghadap musuh, Huda dan sisanya menghampiri Suzume dan lainnya. Suzume yang menyadari kedatangan Huda dan lainnya, langsung berbicara kepada Huda.

"Ma-Maaf, Gichu. Kami malah melawannya sebelum semua berkumpul."

"Tidak masalah. Aku mengerti kenapa kalian melakukan itu. Sekarang kalian istirahat saja, biarkan kami yang mengurusnya," ujar Huda. "Bella, tolong sembuhkan mereka. Haru, tolong bantu Bella."

Bella dan Huda mengangguk mengerti dan kemudian melakukan tugas mereka. Huda pun hendak pergi menuju tempat Likyter, tapi dihentikan oleh perkataan Sten yang memberikan suatu informasi.

"Dia memiliki kekuatan sepertimu," terang Sten singkat.

"Terima kasih atas informasinya."

Sekarang Huda sudah ada di samping Likyter. Mereka langsung mengeluarkan senjata masing-masing, ditambah Huda mengeluarkan sayap hitam putihnya.

"Apa kita perlu membawanya menjauh dari sini?" tanya Likyter.

"Ide yang bagus. Akan berbahaya kalau kita bertarung di dekat mereka," balas Huda.

Dengan cepat Likyter meloncat untuk meluncurkan serangan menggunakan pedangnya. Orang berjubah itu meloncat ke belakang untuk menghindar. Serangan berlanjut, beberapa panah cahaya yang diluncurkan oleh Huda melesat ke arah musuh dari atas sehingga memaksanya meloncat ke belakang lagi. Serangan beruntun terus berlanjut, sehingga musuh menjauh dari tempat Oki dan lainnya berada tanpa disadari.

Setelah jauh, Likyter dan Huda menghentikan serangan beruntun mereka. Sehingga membuat kesempatan sang musuh untuk membalas serangan. Dia menembakkan banyak bulu hitam putihnya, yang terlapisi oleh cahaya dan kegelapan. Langsung saja ditahan oleh kegelapan Likyter yang diubah menjadi tembok besar, di depan Likyter dan Huda.

Setelah menahan semua serangan, kegelapan itu kembali ke dalam tubuh Likyter. Sehingga musuh dapat melihat sosok Likyter yang iris matanya berubah menjadi bening dan sosok Huda yang sudah tidak ada di sampingnya. Ternyata dia sudah terbang melesat ke samping musuh, bersiap untuk menebasnya. Musuh menyadari sehingga sempat menahan pedang Huda dengan pedangnya.

Di saat mereka beradu pedang, Likyter menembakkan bola kegelapan yang cukup besar ke arah musuh. Musuh pun meloncat ke belakang untuk menghindari bola kegelapan itu. Di saat musuh masih melayang, Huda melemparkan tombak cahaya dengan cepat. Musuh memposisikan pedangnya sebagai perisai setelah melihat tombak cahaya melesat ke arahnya. Karena dia masih melayang dan tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan, jadi dia terdorong oleh tombak cahaya itu.

Likyter sudah berdiri di belakang musuh yang masih terdorong tombak cahaya. Ayunan pedang secara horizontal dilakukan oleh Likyter setelah musuh berada di depannya. Luka sayatan besar didapatkan musuh setelah melewati Likyter, lalu terjatuh terguling-guling karena tombak cahaya Huda menghilang.

"Apakah dia sudah kalah?" tanya Huda yang menghampiri Likyter.

"Sepertinya belum," balas Likyter. "Seharusnya tubuhnya terpotong, tapi karena dia sempat membengkukkan badan ke samping jadinya hanya sisi perutnya saja yang terkena."

"Tapi sepertinya dia sudah mati," ucap Huda melihat musuh tergeletak bersimbah darah tidak bergerak sedikit pun.

"Kuharap begitu."

Ternyata perkiraan Huda salah, karena sekarang musuh perlahan berdiri dengan darah masih mengalir keluar. Setelah berdiri sedikit membungkuk karena rasa sakit di sisi perutnya, musuh itu melepaskan jubahnya. Dia tidak memakai pakaian dan hanya memakai celana pendek hitam. Likyter dan Huda langsung terkejut melihatnya. Bukan karena penampilan telanjang musuh, tapi wajahnya yang sekarang terlihat jelas.

"Huda, apakah kau punya kembaran?" tanya Likyter.

"Tidak," jawab Huda singkat.

"Atau mungkin ada musuhmu yang disebut datenshi memiliki wajah sepertimu?"

"Kurasa tidak ada."

"Apakah Huda dari dunia lain?" gumam Likyter berhipotesis.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Huda kepada musuh dengan nada tinggi.

Sayangnya sang musuh tidak memberikan jawaban kepada Huda. Malah dia mengeluarkan aura hitam putih yang besar sekali. Lalu, perlahan luka di sisi perutnya menutup dan akhirnya kembali seperti semula.

"Kemampuan yang menyebalkan," komentar Likyter melihat musuhnya bisa beregenerasi.

Huda dan Likyter kembali memasang kuda-kuda bersiap menyerang. Sang musuh pun mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah. Tapi setelah itu dia hanya berdiri diam saja, menatap Likyter dan Huda dengan datar.

"Dia tidak menyerang?"

"Kalau begitu, kita yang serang duluan!"

Huda pun menembakkan beberapa panah cahaya, disusul Likyter yang menembakkan bola kegelapan cukup besar. Walau banyak serangan yang menghampiri, sang musuh tidak terlihat ingin menghindari atau bahkan bersiap untuk menangkis semua serangan itu.

*DHURR

Ledakan pun terjadi setelah semua serangan itu mengenai sang musuh, menciptakan kepulan asap yang tebal sekali.

"Apa ber-"

Kalimat Huda terpotong karena dia menyadari sang musuh sudah ada di depannya, bersiap mengayunkan pedangnya. Karena kecepatan musuh yang muncul di depan Huda sangat cepat, bahkan terlihat seperti tiba-tiba muncul di depan, Huda tidak bisa melakukan apapun selain menahan laju pedang itu dengan pedangnya. Berhasil ditahan, namun karena kekuatan musuh sangat besar jadinya Huda terpental cepat ke belakang.

(Cepatnya,) komentar Likyter dalam hati, karena dia baru sadar musuh sudah berada di sampingnya.

Sang musuh lalu mengayunkan pedangnya ke arah Likyter. Berhasil ditahan, walau sempat terdorong ke belakang. Terjadilah adu kekuatan antara Likyter dan musuh yang mirip Huda, tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba Likyter meloncat ke belakang.

Tidak ingin melepaskan Likyter, sang musuh langsung melesat cepat dan sudah muncul di atas Likyter yang masih melayang. Lalu, dia mengayunkan pedangnya secara vertikal. Likyter hanya bisa memilih menahan serangan, sehingga dia terpental menabrak tanah dengan keras sampai menghancurkan tanah dan membuat kawah cukup besar.

Rencananya sang musuh akan kembali menyerang Likyter setelah mendarat, tapi terhenti karena beberapa tombak cahaya menyerangnya. Seperti sebelumnya, tidak ada pertanda sang musuh ingin menghindari atau menangkis serangan itu. Tombak-tombak cahaya itu berhasil mengenai sang musuh dan meledak.

Dari kepulan asap akibat ledakan itu, sang musuh melesat keluar untuk menyerang Huda. Kali ini, Huda sempat menyadarinya sehingga sempat untuk menghindar. Sang musuh langsung kembali melesat untuk menyerang. Sayangnya keberuntungan menghindar Huda tidak terjadi, jadi dia memilih untuk menahan pedang itu. Kali ini, Huda tidak terpental akibat menahan serangan musuh.

"Huda, dia bisa menghisap kekuatan!" teriak Likyter yang sudah keluar dari kawah. "Jangan sampai kau tersentuh olehnya, walau oleh pedangnya!"

Setelah mendengar itu, Huda langsung terbang menjauh. Sang musuh pun ikut terbang untuk mengejarnya dan meluncurkan serangan. Huda memutuskan untuk menghindari setiap serangan musuh, walau beberapa lebih bagus untuk ditahan. Itu semua karena apa yang diperingatkan Likyter memang benar, walau hanya disentuh dari pedang tapi musuh bisa menghisap kekuatan.

Likyter menghilangkan mode kekuatan kegelapannya. Kemudian, dia menembakkan sihir listrik dari tangan kanannya ke musuh. Sang musuh menyadarinya, jadi dia berhenti menyerang Huda dan berbalik untuk menahan listrik itu dengan menutup dirinya menggunakan sayap. Setelah berhasil tertahan, sang musuh membuka sayapnya dan mengepakkan sayapnya sehingga beberapa bulunya meluncur ke arah Likyter. Likyter langsung berlari ke depan dengan cepat untuk menghindari serangan itu.

Saat sang musuh fokus mengurus Likyter, Huda mengambil kesempatan itu dengan menembakkan beberapa tombak cahaya. Namun sayang, serangan itu sia-sia karena sang musuh langsung menyadarinya dan langsung membalas dengan menembakkan beberapa bola kegelapan. Kedua serangan itu pun saling beradu dan menciptakan beberapa ledakan sehingga kepulan asap tercipta cukup besar. Huda langsung mengepakkan sayapnya untuk menghilangkan asap itu, agar dia tahu musuh akan melesat ke arahnya atau tidak.

Ternyata, sang musuh tidak menyerang balik Huda. Melainkan dia melesat ke arah Likyter. Untungnya Likyter langsung menyadari itu, jadi dia sempat menahan pedang sang musuh. Tapi karena Likyter tidak dalam mode kekuatan kegelapan, kekuatannya tidak bisa menahan serangan musuh dan akhirnya terpental cukup jauh.

Huda kembali menyerang dengan menembakkan beberapa bola kegelapan untuk menarik perhatian agar tidak menyerang Likyter lagi. Sang musuh berhasil menahan serangan itu dengan sayapnya. Kemudian, sang musuh melesat untuk mengurus Huda.

"Likyter-san!"

Likyter langsung membuka matanya setelah mendengar panggilan itu. Kemudian, dia dengan bersusah payah bangun. Namun, karena rasa sakit yang luar biasa Likyter kembali ambruk terlentang di atas tanah.

"Kenapa kau ke sini, Haru?" tanya Likyter melihat Haru ada di sampingnya. "Di sini berbahaya..." lanjutnya sambil berusaha lagi untuk bangun.

Haru tidak menjawab, karena dia membantu Likyter untuk bangun. "Aku ingin membantumu!" jawabnya tegas setelah Likyter berhasil duduk.

Inginnya Likyter menyuruh Haru agar mundur, tapi karena melihat wajah Haru yang begitu penuh tekad membuatnya mengurunkan niat tersebut. "Baiklah. Kalau begitu tembak aku dengan bola apimu."

"Eh, ke-kenapa menyuruhku begitu?" kaget Haru kebingungan sehingga wajah seriusnya hilang, diganti dengan wajah kaget bingung.

"Aku butuh api untuk mengaktifkan kekuatanku yang lain."

"Ta-Tapi, kau tahu kan... Kalau tanpa tongkat, aku..."

Tiba-tiba Likyter menyimpan tangannya di atas kepala Haru yang menunduk karena murung, sehingga Haru menghentikan kalimatnya karena kaget dan menatap wajah Likyter.

"Haru, kau ingin membantuku, kan. Jadi, jangan ragu-ragu. Aku yakin, kau pasti bisa."

Sebuah senyuman tipis, namun menenangkan dapat dilihat Haru dari Likyter. Berkat itu, keraguannya hilang dan dia bertekad untuk mencobanya.

"Hm, aku akan mencobanya. Aku harus menembakkannya ke mana?"

"Terserah. Asal mengenaiku."

Haru pun mundur menjauhi Likyter. Kemudian, dia mengangkat kedua tangannya ke depan dan menutup matanya untuk mengkonsentrasikan agar Mana mengalir dan berkumpul di depan kedua telapak tangannya sehingga tercipta bola api besar. Memang Mana-nya berhasil keluar di depan telapak tangannya, tapi tidak menjadi bola api atau api.

Namun hal itu tidak membuat Haru menyerah. Dia terus mencobanya lagi dan lagi. Akibatnya, Haru langsung kelelahan karena Mana-nya keluar dengan banyak dan sayangnya bola api belum juga berhasil dibuatnya.

Sekarang Haru menekuk badannya, sambil memegang kedua lututnya dengan napas terengah-engah. "Aku... tidak boleh menyerah..." gumamnya tidak ingin menyerah. "Likyter-san membutuhkan bantuanku!" lanjutnya menyemangati diri.

Haru langsung menegakkan badannya dengan paksa. Kemudian, mengangkat kedua tangannya ke depan. Lalu, mengkonsentrasikan Mana-nya agar berkumpul di depan telapak tangan dan menjadi bola api.

Kali ini, ada api kecil keluar di depan telapak tangannya. Lalu, semakin membesar dan bergerak membentuk sebuah bola. Sampai akhirnya menjadi bola api yang cukup besar. Selanjutnya, Haru memilih langsung menembakkannya daripada menganggumi diri karena berhasil.

Bola api itu melesat dengan cukup cepat ke arah Likyter yang masih terduduk lemas. Likyter tidak terlihat ingin menghindarinya, malah mengukir senyuman senang di wajah karena Haru berhasil mengatasi kelemahannya yang dilakukannya.

*DHURR

Huda sekarang dalam kondisi kelelahan sekali, karena terus-menerus menghindari serangan musuh yang wajahnya mirip sekali dengan dirinya. Tapi, masih ada tenaga untuk terbang. Sedangkan sang musuh, terlihat baik-baik saja. Malah, rasanya energinya tidak berkurang sedikit pun walau terus-menerus meluncurkan serangan cepat dan mengayunkan pedang dengan kuat.

Sang musuh hendak melesat untuk menyerang Huda, tapi berkat bola api besar yang tiba-tiba datang ke arahnya niat itu diurunkan dan langsung menutupi diri dengan sayapnya. Huda terkejut melihat itu dan langsung melihat ke arah pelakunya, yang ada di bawah.

Rambut kaku berdiri, kedua tangannya disarungi api yang membentuk gauntle, kakinya dilapisi api membentuk zirah kaki, memakai blazer panjang terbuat dari api, dan ikat kepala api mengikat kepalanya. Itulah sosok yang dilihat Huda, yaitu pelaku penembak bola api.

"Li-Likyter...?" panggil Huda sedikit ragu sambil turun untuk mendarat di samping sosok itu.

Sosok itu pun menengok ke samping, sebuah iris mata merah gelap dengan wajah yang asing dapat dilihat Huda. "Yo, maaf membuatmu kerepotan mengurusnya sendiri. Tadi aku harus mengisi energi dulu."

"Kau Likyter, kan? Kenapa kau bi-"

"Ah, penjelasannya nanti saja," potong Likyter. "Bella ada di belakang, sebaiknya kau sembuhkan diri dulu. Lalu, kalau sudah selesai, kembali lagi dan bantu aku untuk membunuhnya."

Huda pun memutar badan untuk melihat ke belakang. Dapat dilihat Bella sedang menyembuhkan Haru yang terlentang kelelahan di atas tanah. "Baiklah. Aku akan kembali lagi." Huda pun mundur.

Sang musuh pun membuka sayapnya setelah berhasil menahan bola api Likyter. Kemudian, dia melesat untuk menyerang Likyter menggunakan pedangnya. Setelah cukup dekat, dia mengayunkan pedangnya secara vertikal.

*TRING

Pedang sang musuh berhasil ditahan oleh gauntle api tangan kiri Likyter. "Ternyata perkiraanku benar. Kau hanya bisa menyerap energi dari sihir kegelapan atau cahaya saja," ujar Likyter.

Sang musuh tidak mengatakan sesuatu yang membenarkan atau menyakal pernyataan itu. Bahkan, ekpresi kaget karena serangannya berhasil ditahan dengan mudah tidak dikeluarkannya. Melihat itu, Likyter sedikit kesal karena membuatnya seolah bicara sendiri.

"Akan kuhancurkan wajah menyebalkanmu itu!" kesal Likyter sambil meluncurkan pukulan tepat ke wajah musuh dengan tangan kanan.

Sang musuh terpental ke belakang dengan cukup cepat. Namun, dia mengepakkan sayapnya berkali-kali agar tidak terhempas jauh. Berhasil berhenti, sang musuh pun terbang diam untuk meluncurkan beberapa bola kegelapan dan tidak mempedulikan rasa sakit di wajahnya.

Likyter langsung meloncat ke arah sang musuh dan memukul bola-bola kegelapan yang menghadangnya. Semua bola kegelapan yang dipukulnya berhasil hancur, dan Likyter masih tetap melesat ke arah sang musuh.

Sang musuh pun melapisi pedangnya dengan cahaya, sehingga menjadi pedang cahaya yang sangat panjang dan besar. Sedangkan Likyter mengumpulkan api yang banyak di tangan kanan, agar menjadi gauntle yang sangat besar. Kemudian, setelah saling dekat. Sang musuh mengayunkan pedangnya dan Likyter meluncurkan pukulan.

Terjadilah adu kekuatan antara pedang cahaya sang musuh dan gauntle api Likyter. Namun, itu tidak berlangsung lama dengan dimenangkan Likyter. Pedang sang musuh terpental jauh dan membuat pertahanannya terbuka. Kesempatan itu diambil Likyter dengan meluncurkan pukulan ke bawah, tepat ke wajah.

Sang musuh pun terpental dan menabrak tanah dengan keras sekali. Sedangkan Likyter turun dan mendarat dengan mulus. Kemudian, muncul Huda yang sudah selesai diberikan sihir penyembuh.

"Huda, kita akhiri dengan serangan beruntun kita," ujar Likyter.

"Lalu, aku harus apa?"

"Begini..."

Sang musuh perlahan bangkit dan keluar dari kawah. Kondisinya begitu memperihatinkan, tubuh penuh luka dan beberapa bagian hangus terbakar. Namun, tidak ada tanda-tanda dia kesakitan dan kelelahan, bahkan ekpresi wajah yang sedikit hancurnya memperlihatkan ekpresi datar seolah kondisinya baik-baik saja.

Baru saja sang musuh keluar dari kawah itu, Likyter sudah ada di depannya dengan tangan kanan siap untuk diluncurkan memukul tepat ke wajah. Refleks sang musuh meluncurkan pukulan tangan kanan dengan cepat, sebelum wajahnya terkena pukulan Likyter. Langsung saja Likyter jongkok untuk menghindari pukulan itu. Kemudian, Likyter meluncurkan pukulan ke bawah dagunnya dengan keras dan cepat, sehingga sang musuh terbang ke atas cukup jauh.

Di saat sang musuh sudah ada di langit, Huda pun terbang melesat ke arahnya. Kemudian, dia melewati musuh sambil mengayunkan pedangnya. Lalu, kembali lagi melesat sambil mengayunkan pedang. Terus begitu, sampai membuat sang musuh mendapatkan beberapa luka sayatan panjang di berbagai tempat.

Huda pun berhenti dan membiarkan sang musuh meluncur ke bawah dengan posisi kepala terlebih dahulu. Likyter berdiri tepat di titik pendaratan sang musuh. Setelah sang musuh hampir mendarat dan mengenai kepala Likyter, Likyter langsung meloncat ke belakang dan menembakkan dua bola api besar. Dua bola api itu melesat, lalu melengkung sehingga berada di kedua sisi sang musuh, dan akhirnya mengenai tubuh sang musuh.

*DHURR

Sekarang sang musuh sudah tergeletak hangus di atas tanah. Dapat dipastikan, dirinya sudah tidak bernyawa lagi. Jadi, Huda pun mendarat di samping Likyter dan menghilangkan mode bertarungnya. Begitu juga dengan Likyter, dia menghilangkan semua atribut apinya.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Huda melihat Likyter berkeringat dengan ekpersi kelelah dan napasnya terengah-engah.

"Cukup baik," balas Likyter.

"Kalau begitu, sesuai janjimu. Jelaskan soal kekuatanmu."

"Anggap saja itu adalah kekuatan terpendamku."

"Singkat sekali. Tapi yah, aku paham. Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan mayat itu?"

"Nanti aku akan mengurusinya."

"Aku tidak akan membiarkan itu."

Huda dan Likyter sontak kaget mendengar kalimat yang tiba-tiba muncul itu, tepatnya dari orang yang tiba-tiba muncul di samping mayat sang musuh. Dia memakai pakaian berwarna hijau, celana abu panjang, rambut abu-abu pendek, dan sarung tangan pendek putih terpasang di tangan kiri. Likyter dan Huda pun meningkatkan kewaspadaan dan berancang-ancang untuk menyerang.

"Siapa kau?" tanya Likyter.

"Aku? Hmm... Anggap saja musuhmu."

"Jadi, kau temannya orang itu?"

"Tidak, tepatnya Tuan orang ini."

"Apa maksudmu?"

"Hmm... aku tidak akan menjawabnya. Karena tujuanku ke sini hanya untuk mengambil dia, bukan untuk memberikan penjelasan kepada kalian. Jadi, selamat tinggal."

Sosok pria itu pun melemparkan sebuah bola. Kemudian, bola itu meledak menciptakan sebuah cahaya yang menyilaukan. Huda dan Likyter langsung melindungi mata mereka dengan tangan. Setelah cahaya itu menghilang, sosok pria itu pun ikut menghilang beserta mayat sang musuh.

"Kabur, ya... Sepertinya dia dalang dari kekacauan ini," gumam Likyter.

"Apa ini artinya sekarang dunia ini aman?" tanya Huda.

"Entahlah..."

***

Keesokan hari, di pagi hari. Likyter, Haru, Huda dan pereege Huda beserta satu orang tambahan, yaitu Ken, berada di ruang klub pustakawan. Selain datang untuk menjemput Likyter dan Haru, dia memberikan penjelasan tentang musuh yang menganggung keseimbangan dunia Huda.

Ternyata memang benar bahwa sosok yang mirip dengan Huda adalah penyebab terganggunya keseimbangan dunia Huda dengan cepat. Jadi dapat dipastikan, kalau Likyter dan Haru bukan pelaku terror dunia dan sekarang kondisi dunia Huda baik-baik saja. Masalah pria yang mengaku sebagai tuannya, Ken akan menyelidikinya.

"Jadi, kalian akan pulang?" tanya Huda.

"Tentu saja. Kalau kami terus berada di sini, keseimbangan dunia ini akan terganggu," jawab Likyter. "Mungkin kalau sempat, aku akan mampir lagi."

"Haru-chan, baik-baik di sana, ya," ucap Bella.

"Hm, Bella-san dan lainnya juga jaga diri baik-baik," balas Haru.

"Sampai jumpa, Huda," ucap Likyter sambil menunjukkan kepalan tangan ke Huda. "Kalau kau kesulitan, mungkin aku akan datang untuk menolong."

"Aku kurang yakin kau akan langsung datang begitu saja," balas Huda sambil meninju pelan kepalan tangan Likyter. "Tapi, kurasa aku tidak akan menolaknya kalau memang begitu."

Setelah saling melakukan salam perpisahan, mereka bertiga pun menghilang.

"Sampai jumpa lagi, kawan," gumam Huda.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro