24. Ice Prince

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

May, 2014.

"Oppa, ayolah. Sekali saja, hm?" Aku beberapa kali mengedipkan kelopak mataku dengan imut.

Dia tetap diam. Dan hanya menatapku dengan tatapan datar seperti biasanya. Matanya memerhatikanku di balik kacamata minusnya.

Saat ini, aku berada di salah satu apotek terbesar di tempatku. Ya, Kyuhyun bekerja di sini. Untuk sementara. Dan kalian tahu? Aku nekat datang ke tempat kerjanya setelah jam terakhir sekolahku selesai. Aku masih mengenakan seragam sekolah lengkap. Dan aku pergi ke tempat yang tempatnya tidak bisa dibilang dekat dari sekolahku dan tidak bisa dikatakan jauh dari sekolahku—kecuali jika jaraknya di ukur dari rumahku—.

Dia adalah kakak kelasku di sekolah. Dia baru saja lulus tahun ini. Tidak, maksudku baru akan lulus. Karena itu, dia bekerja part-time di apotek ini untuk mengisi waktu luang selama libur, katanya.

"Oppa." Kali ini aku menarik ujung lengan t-shirt-nya. "Ayolah, apa susahnya, sih?"

Kyuhyun tetap diam. Lagi-lagi menatapku dengan tatapan seperti itu. "Aku malu."

Dua kata itu berhasil menusuk jantungku dengan telak. Menampar kesadaranku. Dan detik itu juga rasanya aku ingin menangis, tapi aku menahannya. Aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi, aku juga tidak ingin terlihat baik-baik saja.

Aku menekuk wajahku. Aku ingin dia tahu jika perkataannya melukai harga diriku. Astaga, aku tidak percaya! Bagaimana mungkin aku bisa menyukai laki-laki yang lebih mirip Manusia Eskimo ini?

"Sudahlah. Sebaiknya kau pulang."

HAH?

Apa dia baru saja mengusirku?
Baru saja kubuka mulutku untuk bertanya, Kyuhyun sudah lebih dulu berbicara.

"Hari sudah sore. Dan aku rasa sebentar lagi akan turun hujan. Kau lihat?" Dia menunjuk langit yang memang sejak aku datang sudah mendung. "Kau akan kehujanan jika berlama-lama di sini. Dan aku yakin, kau akan dimarahi oleh ayahmu jika pulang terlambat. Bukankah begitu?" Kyuhyun menatapku. Tidak ada tatapan dingin. Entahlah. Aku tak bisa menebak ekspresi Kyuhyun saat ini.

"Ayo kuantar sampai halte bus. Maaf, aku tidak bisa mengantarmu pulang. Jadwalku sampai nanti malam."

"Hm."

Aku merengut. Kami berjalan bersama menuju halte yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apotek. Ah, sebenarnya aku berjalan lebih dulu dari Kyuhyun. Dia mengikutiku dari belakang. Diam-diam, aku mengerang frustrasi.

Dasar pria dingin yang tidak peka!

Aku duduk di bangku halte. Dan Kyuhyun berdiri tiga langkah di depanku dengan punggungnya yang bersandar di besi penyangga halte. Aku tetap menekuk wajahku.

Tak sampai lima menit, sebuah bus berhenti di depanku.

"Busnya sudah datang." Kyuhyun memberitahuku.

"Sudah tahu!" jawabku ketus. Aku berjalan melewati Kyuhyun tanpa sedikit pun menoleh kearahnya.

Aku mendengar Kyuhyun mengatakan "hati-hati" saat aku melewatinya tadi. Aku tidak ingin munafik, aku senang. Tapi, tetap saja, tujuan utamaku nekat datang kemari tidak terpenuhi.

Saat kakiku hampir menyentuh lantai bus, pundakku ditahan oleh seseorang.

Kyuhyun?

Aku melirik dan rupanya benar. Kyuhyun menahanku. Tapi, untuk apa?

Kyuhyun mendekatkan wajahnya tepat di telinga kananku, aku merinding dibuatnya. Embusan napasnya menggelitik kulitku.

"Saranghae, Ae."

Aku melebarkan mataku. Detak jantungku menjadi tidak normal. Aliran darahku pun tak beraturan, berdesir sangat cepat. Saat aku membalikkan tubuhku ke belakang, Kyuhyun mendorong tubuhku untuk masuk dan pintu bus tertutup otomatis. Aku melihat Kyuhyun tengah menatapku dengan tatapan datar seperti biasanya.

Tapi, tunggu!

Aku menyipitkan mataku. Dan aku semakin yakin jika wajah Kyuhyun saat ini ... memerah?

Aku mengerjap. Sebelum akhirnya bus itu melaju menjauhi halte. Aku langsung mencari kursi yang kosong. Kebetulan masih ada kursi kosong dekat jendela.

Aku menatap layar ponselku. Ada satu pesan masuk di sana. Kubuka kata sandi ponselku dan mengecek pesan yang masuk.

From : Ice Prince.
Sudah, ya? Keinginanmu terpenuhi.

Aku tersenyum masam. Iya, sih. Keinginanku terpenuhi. Kyuhyun jarang sekali mengucapkan kalimat semacam 'aku menyukaimu' secara langsung. Lebih sering lewat pesan atau telpon. Itulah alasanku nekat datang ke tempat kerjanya.

To : Ice Prince.
Kau sungguh-sungguh mengatakannya, Oppa? Aku tahu kau terpaksa.

From : Ice Prince.
Aku bersungguh-sungguh. Aku sengaja tidak mengatakannya ketika kau masih di sini secara langsung dan hanya mengatakannya saat kau akan pulang. Sudah ku bilang, 'kan? Aku malu. Aku tidak ingin kau melihat wajahku yang memerah.

Wow! Wow! Wow!

Sebuah keajaiban! Seorang Cho Kyuhyun membalas pesanku dengan sangat panjang. Biasanya dia hanya membalas sekenanya. Singkat, padat, dan jelas.

To : Ice Prince.
Tapi tadi itu lucu, Oppa. Maksudku.. wajah memerahmu. Hahaha... Tapi.. terimakasih, Oppa ^^ Aku harap, kau benar-benar tidak terpaksa mengatakannya :)

From : Ice Prince.
Sama-sama. :)

Wah!

Satu keajaiban lagi. Dia menggunakan emoticon senyum!

Aku menarik bibirku membentuk sebuah senyuman. Hmm ... kekasih jelmaan Manusia Eskimo sepertinya tidak buruk. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro