23. What's This? Are You Sure?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

From : Kyubby♥
Berdandanlah yang cantik malam ini. Aku akan menjemputmu jam tujuh malam. Aku mencintaimu, Ae-chan. Always♥

Hyun Ae tersenyum malu. Ia kembali membaca pesan masuk yang dikirim Kyuhyun tiga jam yang lalu. Tidak biasanya Kyuhyun bersikap manis seperti ini. Namun, hal ini berhasil menimbulkan rona merah jambu di pipi Hyun Ae.

“Sepertinya Kyuhyun telah melakukan sesuatu hingga membuatmu seperti ini.” Suara datar seorang wanita menusuk gendang telinganya.

Hyun Ae berbalik. Menatap wanita yang saat ini duduk di hadapannya yang terhalang sebuah meja. Hyun Ae memasukkan ponselnya ke saku jas kebesarannya yang berwarna putih. Dia juga meletakan stetoskop di atas meja yang sedari tadi menggantung indah di lehernya.

“Bisakah kau mengetuk pintu sebelum masuk, Nona Han?” Hyun Ae memutar bola matanya.

Song Yi hanya mengangkat kedua bahunya. Tidak peduli. Gadis dingin itu justru menatap manik hazel Hyun Ae dengan serius. Hyun Ae mengernyit. Menatap Song Yi dengan kedua netra yang mengisyaratkan ‘Apa?’

“Aku harus menyampaikan pesan dari Dokter Kim untukmu.”

“Dokter Kim?” Hyun Ae berpikir sejenak. “Maksudmu ... Jong Woon Oppa?”

Dan ... lagi. Song Yi hanya menatapnya datar. Oh, Hyun Ae bisa frustrasi jika berlama-lama dengan gadis yang memiliki mimik wajah sedingin es di Samudera Atlantik ini. Hyun Ae tidak terbiasa berhadapan dengan jelmaan Manusia Eskimo seperti Song Yi.

Yak! Aku bertanya padamu, Han Song Yi.” Hyun Ae benar-benar gemas pada rekan sejawatnya.

“Intinya, Dokter Kim memintaku untuk menyampaikan pesan darinya untukmu. Kau diminta untuk menemaninya melakukan operasi besar nanti malam,” jelas Song Yi, masih dengan mimik datar yang menjadi ciri khasnya.

Mata Hyun Ae membulat sempurna. Giginya gemeletuk. Ia menggeram tertahan lalu memejamkan kelopak matanya. Lantas mendesah kesal.

Malam ini? Yang benar saja!

Hyun Ae membuka kelopak matanya. Manik hazel-nya menatap mata Song Yi yang masih tidak berubah ekspresi. Datar dan dingin.

“Bisakah kau menggantikanku, hm?” Hyun Ae memasang wajah memelas. Berharap temannya ini mengerti.

“Tidak.”

“Ayolah, Nona Han.” Hyun Ae meraih kedua tangan Song Yi dan menggenggamnya erat. “Kyuhyun akan mengajakku keluar nanti malam.”

“Kau harus profesional, Choi Hyun Ae. Jangan mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan. Aku yakin, kekasihmu akan mengerti.”

Hyun Ae melepaskan genggamannya di tangan Song Yi dengan kasar. Bibirnya ditekan lurus, menandakan dirinya sedang kesal. Kemudian mengerucutkan bibir mungilnya seraya berucap, “Menyebalkan! Tidak asyik!”

Disaat Song Yi akan menceramahi Hyun Ae lagi, pintu ruangan Hyun Ae terbuka. Baik Hyun Ae maupun Song Yi, keduanya sama-sama menoleh ke arah pintu. Di sana, di ambang pintu, seorang pria berdiri dengan balutan jas putih persis seperti yang dikenakan Hyun Ae dan Song Yi.

Mata Hyun Ae berbinar ketika melihat siapa yang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu—lagi—. Pria itu berjalan ke arah Hyun Ae dan Song Yi. Dia terlihat canggung.

“Tepat waktu!” Hyun Ae bersorak riang. Kedua telapak tangannya bertepuk heboh.

Pria itu mengaitkan kedua alisnya. Ia tidak mengerti situasi di ruangan ini. “Apa maksudmu, Ae?”

“Jong Woon Oppa, ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

Pria itu—Kim Jong Woon—menatap Hyun Ae dan Song Yi bergantian. “Apa kau sudah menerima pesan dari Dokter Ha—”

“Sudah,” sahut Hyun Ae dengan cepat.

“Baguslah.” Jong Woon menghela napas lega. Diliriknya Dokter dingin yang anehnya menjadi salah satu dokter favorit di sini. “Jadi ....”

“Jadi, aku meminta maaf karena aku tidak bisa mendampingimu malam ini. Dan aku menyarankan Dokter Han sebagai penggantiku. Karena kemampuannya lebih dari aku.”

Mata sipit Jong Woon membulat sempurna dan Song Yi menatap Hyun Ae dengan tatapan membunuh. Hyun Ae mengabaikan tatapan Song Yi.

“Kenapa?” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Jong Woon. Pria itu berdeham. “Maksudku ... berikan alasan yang masuk akal.”

Hyun Ae tersenyum. Ia yakin jika Jong Woon akan luluh dengan bujukannya. Di samping itu, Hyun Ae tahu jika Jong Woon diam-diam memendam rasa pada Song Yi. Pun sebaliknya.

“Begini. Aku dapat pesan masuk dari Kyuhyun. Dia akan menjemputku malam ini. Jadi ....”

“Jadi?” Jong Woon seakan paham kemana arah pembicaraan Hyun Ae.

Hyun Ae tersenyum lebar. Ia melirik arloji silver yang melingkar di pergelangan tangannya. Tangannya meraih sebuah tas di atas mejanya. Ia menepuk pelan pundak Jong Woon. Kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Jong Woon tersenyum simpul sebelum akhirnya gadis pecinta anime itu pergi meninggalkan Jong Woon dan Song Yi di dalam ruangannya.

Ayolah, Oppa. Izinkan aku, hm? Aku tahu kau begitu menyukai Song Yi. Bukankah ini kesempatanmu untuk bersama Song Yi? Kau bisa menghabiskan waktu dengan Song Yi dan aku bisa menghabiskan waktu dengan Kyuhyun. Adil, ‘kan?

***

06.30 PM at Hyun Ae's Home.

Hyun Ae mematut dirinya di hadapan cermin sejak setengah jam yang lalu. Ia terus memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri, lalu mengganti pakaian yang menempel di tubuh mungilnya dengan pakaian yang lain.

Hyun Ae memilih mengenakan rok berwarna merah dengan motif kotak-kotak yang dipadukan dengan coat berwarna merah. Kaki jenjangnya dibungkus oleh stocking hitam berbentuk celana dan sepatu khas musim dingin berwarna abu-abu. Karena memang saat ini memasuki pertengahan musim dingin dan di luar sana sedang turun salju.

Hyun Ae membiarkan rambutnya tergerai. Ia duduk di depan meja rias. Hyun Ae menatap pantulannya di cermin. Kyuhyun memintanya untuk tampil cantik. Maka dari itu dia akan berusaha tampil cantik tanpa terlihat berlebihan. Hyun Ae mulai mengaplikasikan bedak ke seluruh wajah dan lehernya. Sangat tipis. Karena Hyun Ae sendiri tidak begitu menyukai make up yang terlalu tebal.

Selanjutnya, Hyun Ae memoleskan lipstick berwarna soft pink ke bibir cherry-nya. Tangannya mengambil parfum yang ada di atas meja rias. Parfum dengan aroma choco cake. Entah apa nama parfumnya. Yang pasti, parfum Hyun Ae merupakan parfum favorit Kyuhyun. Benar-benar menggambarkan kepribadian Hyun Ae, kata Kyuhyun.

Ting!

Hyun Ae beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ranjang miliknya. Tangannya meraih ponsel yang ada di atas ranjang. Jemari lentiknya mengetik kata sandi, lantas menekan ikon LINE. Satu pesan masuk.

From : Kyubby♥
Ae-chan, aku sudah di ruang tamu bersama ibumu. Cepatlah kemari. Aku merindukanmu. Kiss kiss :* :*

Jujur saja, Hyun Ae merinding membaca kalimat terakhir dari pesan Kyuhyun. Sekali lagi, bukannya Hyun Ae tidak senang Kyuhyun bersikap manis seperti ini, hanya saja hari ini Kyuhyun benar-benar out of character.

“Tidak biasanya,” Hyun Ae bergumam sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.

Manik hazel Hyun Ae menangkap Kyuhyun tengah duduk bersama ibunya di sofa ruang tamu. Hyun Ae menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Ia berjalan mendekati Kyuhyun.

Kyuhyun melihat Hyun Ae berjalan kemari. Fokus matanya terkunci, hanya menatap Hyun Ae. Gadisnya benar-benar cantik.

“Maaf membuatmu menunggu, Bby.”

Kyuhyun tersenyum. “Tidak apa-apa.” Pria itu berdiri dan membungkukan tubuhnya di hadapan Ibu Hyun Ae, “Kami berangkat dulu.”

“Ibu, aku pergi dulu.” Hyun Ae mencium kedua pipi ibunya.

“Hati-hati di jalan.”

Hyun Ae dan Kyuhyun mengangguk. Kyuhyun menggenggam tangan Hyun Ae dan berjalan menuju halaman rumah Hyun Ae, tempat di mana mobilnya diparkirkan.

Kyuhyun membukakan pintu mobil untuk Hyun Ae. Gadis itu tersenyum, lalu masuk ke mobil dan duduk di bangku penumpang bagian depan. Kyuhyun berjalan memutari mobilnya dan masuk ke mobil.

Kyuhyun mendekati Hyun Ae. Mata tajamnya beradu pandang dengan manik hazel Hyun Ae yang jernih. Hidungnya mencium aroma choco cake menguar dari tubuh Hyun Ae. Kyuhyun memejamkan kelopak matanya, berusaha menikmati aroma tubuh Hyun Ae, sedangkan Hyun Ae beberapa kali berkedip. Jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Napasnya terdengar tidak normal. Sudah dipastikan jika saat ini wajahnya merah padam. Ia gugup! Ia malu!

Niat Hyun Ae menciptakan jarak di antara dirinya dan Kyuhyun, justru pergerakannya membuat tubuh mereka semakin dekat. Wajah keduanya hanya berjarak tujuh sentimeter dan mata Kyuhyun masih terpejam.

“B-Bby,” cicit Hyun Ae dengan perasaan tak karuan.

“Hm?” Kyuhyun bergumam dengan mata yang masih terpejam. Namun, tangan kirinya bergerak membelai wajah mulus Hyun Ae.

Kelopak mata Kyuhyun terbuka sempurna. Hyun Ae terlonjak kaget. Jantungnya semakin berdetak tak karuan ketika Kyuhyun menatapnya dengan intens. Hyun Ae bisa menghirup aroma mint dari leher Kyuhyun. Bukan. Dari seluruh tubuh Kyuhyun.

Cuph!

Kyuhyun mengecup bibir Hyun Ae. Awalnya hanya menempel, kemudian Kyuhyun menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir tipis Hyun Ae. Gadis itu membalas perlakuan Kyuhyun. Mata mereka terpejam. Menikmati sesi ciuman mereka.

Hanya satu menit. Setelah itu Kyuhyun melepas pagutan mereka. Ibu jarinya mengusap bibir Hyun Ae yang meninggalkan sisa-sisa ciuman. Kyuhyun merapikan rambut Hyun Ae yang sedikit berantakan, lalu mengusap kening Hyun Ae. Kyuhyun mengambil sabuk pengaman dan memasangkannya di tubuh Hyun Ae.

“Aku tidak ingin calon ibu dari anak-anakku terluka. Aku akan pastikan kau selalu aman dan selamat. Aku akan melindungimu.”

Perkataan Kyuhyun membuat Hyun Ae terharu. Kyuhyun memang jarang bersikap manis, tapi sekali Kyuhyun melakukan hal manis walaupun hanya hal kecil, itu akan berhasil membuat Hyun Ae semakin mencintai sosok di hadapannya.

“Ayo kita pergi. Puncaknya bukan di sini.” Kyuhyun terkekeh. Ia kembali duduk di bangku kemudi. Memasang sabuk pengaman untuk dirinya sendiri lalu mengemudikan mobilnya menjauhi rumah Hyun Ae. Mengarahkan mobil mewah berwarna hitam mengkilat itu membelah jalanan Seoul di malam hari.

***

Mereka sampai di tepian Sungai Han. Hyun Ae menatap sekelilingnya lalu mengernyit bingung. Kyuhyun memakai setelan formal, tapi kenapa membawa dirinya ke sungai?
Ingin bunuh diri? Oh, jangan becanda!

“Bukan di sini.” Kyuhyun bersuara, seakan paham apa yang ada di pikiran kekasihnya. “Tunggu sebentar.”

Kyuhyun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu mobil di mana Hyun Ae duduk. Kyuhyun membuka pintu itu, sedikit membungkuk. Tangannya terulur ke arah Hyun Ae. “Ayo turun.”

Lagi-lagi, Hyun Ae tersipu malu. Ia tersenyum lalu mengangguk. Tangannya menyambut tangan Kyuhyun. Kyuhyun langsung mengunci mobilnya setelah Hyun Ae keluar dari dalam mobil. Kyuhyun menggenggam jemari Hyun Ae lalu menuntunnya ke sebuah kapal pesiar yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Kita akan naik ini?” Hyun Ae menunjuk kapal pesiar itu dengan dagunya.

“Iya.” Kyuhyun tersenyum. Ia semakin mengeratkan genggamannya.

Mereka masuk ke kapal pesiar dan disambut oleh seorang pelayan pria. “Silakan ke arah sini.” Pelayan itu menuntun Kyuhyun dan Hyun Ae ke sebuah meja bundar dengan dua kursi yang saling berhadapan. Letak meja itu dekat kaca transparan yang memisahkan bagian dalam dan bagian luar kapal.

Saat pelayan pria yang cukup tampan—menurut Hyun Ae—hendak menggeser kursi untuk Hyun Ae, Kyuhyun buru-buru mencegahnya.

“Tidak perlu,” ucap Kyuhyun datar.

Pelayan itu mengangguk paham. “Appetizer-nya akan datang dalam waktu lima belas menit. Mohon menunggu.”

“Ya.”

Pelayan itu membungkuk sebelum akhirnya pergi meninggalkan pasangan kekasih yang sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Cukup lama, ‘kan? Tentu.

Kyuhyun langsung menarik kursi untuk Hyun Ae. “Silakan, Tuan Putri.”

Hyun Ae mengangguk. Ingin sekali rasanya menyembunyikan wajahnya yang memerah karena sejak tadi, tidak, sejak pagi Kyuhyun bertingkah lebih manis dari hari-hari sebelumnya. Ia mendudukkan bokongnya di atas kursi. Kyuhyun mengambil kain berwarna putih yang dibentuk sedemikian rupa di atas meja dan meletakannya di atas paha Hyun Ae. Hyun Ae benar-benar merasa seperti Tuan Putri sungguhan malam ini.

Kyuhyun duduk di hadapannya, terhalang meja. Kyuhyun melakukan hal yang sama untuk dirinya sendiri—meletakan kain putih di atas pahanya—.

“Bby, kenapa hanya ada kita di sini?” Hyun Ae mengedarkan pandangannya lalu berakhir menatap Kyuhyun. Matanya menyipit, menatap Kyuhyun curiga.

“Apa?” tanya Kyuhyun dengan raut wajah polos.

“Kau menyewa kapal ini, Bby?”

Kyuhyun menggeleng. “Tidak.”

“Lalu?”

“Ini kapal milikku. Salah satu proyek perusahaanku. Kau masih ingat proyek transportasi air yang aku ceritakan satu tahun yang lalu?”

Hyun Ae mengangguk.

“Kapal ini salah satunya. Perusahaanku membuat sepuluh kapal pesiar yang disebar ke Benua Asia, Eropa, dan Amerika. Dan di Korea Selatan sendiri, aku hanya menempatkan satu kapal pesiar,” jelas Kyuhyun pada gadisnya.

Hyun Ae mengangguk paham sekaligus kagum pada sosok kekasihnya. Diusianya yang terbilang masih muda, Kyuhyun memimpin perusahaan ayahnya dan berhasil menggarap proyek sebesar ini.

“Kau adalah orang pertama yang aku ajak masuk ke sini, Ae-chan.”

Fakta yang membuat Hyun Ae semakin merasa istimewa. Kyuhyun benar-benar tahu cara memanjakan dan menjadikan Hyun Ae sebagai prioritas utama di hidup pria itu.

“Ae-chan, apa kau ingat pertemuan pertama kita?" Kyuhyun menopang pipi kanannya dengan tangan kanan yang ia letakan di atas meja. Matanya tak lepas memandang Hyun Ae. Seakan gadis itu akan hilang jika Kyuhyun tidak menatapnya.

“Pertemuan pertama?”

Kyuhyun mengangguk.

“Tentu saja aku ingat.” Wajah Hyun Ae berubah murung. “Pertemuan pertama kita tidak romantis. Tidak manis. Dan tidak elit.” Hyun Ae mengerucutkan bibirnya, tanda kesal.

Kyuhyun tertawa. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, ke hadapan Hyun Ae.

Cuph!

“Jangan cemberut seperti itu, Sayang.” Kyuhyun tertawa renyah melihat wajah merona Hyun Ae.

“Be-Berhenti menciumku, Bby! Lipstick-nya nanti luntur.” Hyun Ae memalingkan wajahnya.

“Tidak apa-apa.” Kyuhyun menyentuh tangan Hyun Ae yang berada di atas meja. “Lipstick-mu tidak berpengaruh. Di mataku, kau akan tetap terlihat cantik dan menggemaskan.”

Ba-Baka!” Hyun Ae mengumpat dalam bahasa Jepang. Hyun Ae melirik tangan Kyuhyun yang masih setia berada di atas punggung tangannya. “Walaupun pertemuan pertama kita tidak romantis, tidak manis, dan tidak elit, itu tetap menjadi kejadian terpenting dalam hidupku.”

Kali ini, Kyuhyun yang dibuat merona. Pria itu salah tingkah mendengar ucapan kekasihnya. “Kau pandai sekali membuatku salah tingkah, Ae-chan.”

Hyun Ae tersenyum lebar. “Aku belajar darimu, Bby.”

Kyuhyun terkekeh. “Dasar!”

“Indah sekali!”

Kyuhyun mengikuti arah pandang Hyun Ae. Di luar sana, terlihat lampu-lampu dengan berbagai warna menghiasi kawasan sekitar Sungai Han. Walaupun malam ini turun salju, tidak menyurutkan keindahan Ibukota Korea Selatan.

“Ae-chan.”

Hyun Ae mengalihkan pandangannya. Manik hazel-nya menatap mata tajam milik Kyuhyun. “Ada apa, Bby?”

Kyuhyun sudah membuka mulutnya, bersiap untuk mengeluarkan isi hatinya. Namun, kata-kata itu berhenti di pangkal tenggorokan. Kyuhyun menelan kembali kata-katanya.

“Tidak jadi.” Kyuhyun tertawa hambar. Kau bodoh, Cho Kyuhyun!

Hyun Ae mengangkat satu alis. “Kau kenapa? Aneh.”

Sebenarnya, Kyuhyun cukup kesal dengan kata “aneh” yang dilontarkan oleh bibir mungil Hyun Ae. Tapi sayangnya, Kyuhyun tidak ingin merusak kebersamaannya dengan Hyun Ae malam ini.

“Malam ini akan menjadi kejadian penting kedua dalam hidup kita,” Kyuhyun berbicara lirih.

“Huh? Apa yang kau bilang, Bby?”

Kyuhyun menggeleng. Dan Hyun Ae mengangguk, tidak ingin memaksa Kyuhyun. Sebenarnya Hyun Ae samar-samar mendengar apa yang Kyuhyun katakan, namun tidak jelas.

Tiga puluh detik kemudian, seorang pelayan wanita berjalan ke arah mereka dengan mendorong sebuah troli makanan. Ia memindahkan appetizer dari troli ke atas meja, lalu membungkuk sejenak sebelum akhirnya pergi.

Dan sekarang di hadapan Kyuhyun dan Hyun Ae sudah tersaji dua porsi Canape. Canape adalah open sandwich yang dipotong kecil-kecil.

Mereka menikmati hidangan penggugah selera itu dalam diam. Sesekali Kyuhyun memerhatikan Hyun Ae yang makan dengan tenang, namun terlihat lahap. Kyuhyun tersenyum melihat Hyun Ae selesai memakan Canape.

“Ke-kenapa kau melihatku seperti itu, Bby?” Hyun Ae terlihat salah tingkah. “Bu-Bukannya aku ingin tahu, hanya saja—”

“Kau cantik.”

Blush!

Pipi Hyun Ae memerah untuk kesekian kalinya. Gadis itu membuang muka setelah mengelap sisa makanan yang ada di bibirnya. Kyuhyun sama sekali tidak tersinggung karena dia memahami jika kekasihnya adalah seorang Tsundere.

Dan pelayan pun datang membersihkan meja mereka lalu meletakan main course di atas meja. Makanan utama mereka adalah Tenderloin. Jenis steak yang memiliki tekstur lebih lembut dibandingkan Sirloin.

Lagi. Mereka menikmati Tenderloin dengan keheningan yang menyelimuti mereka. Baik Hyun Ae maupun Kyuhyun, mereka tidak menyisakan sedikit pun makanan di piring masing-masing. Mungkin efek lapar?

Tangan Hyun Ae terhenti membersihkan sisa steak di sudut bibirnya karena kini kegiatan itu digantikan oleh Kyuhyun. Ibu jari Kyuhyun menyeka ujung bibir Hyun Ae kemudian menjilatnya. Hyun Ae membulatkan kedua matanya. Pipinya memanas—lagi—.

“K-Kau—”

Kyuhyun tersenyum melihat respon Hyun Ae. Baru saja Kyuhyun membuka mulutnya, pelayan datang kembali dengan membawa dua porsi Donburmaes krim khas Turki—sebagai dessert mereka.

Kyuhyun tersenyum penuh arti ketika Hyun Ae mulai menyendokkan Donburma ke dalam mulutnya.

Inilah saatnya, batin Kyuhyun bersorak.

Kyuhyun menatap Hyun Ae dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Cemas, takut, senang? Semuanya menjadi satu.

“Habiskan, Ae-chan.” Kyuhyun pun mulai memakan es krim itu secara perlahan. Seperti sengaja mengulur waktu.

Hyun Ae mengangguk antusias dengan mulut penuh dengan Donburma. “Tentu saja!” Kemudian mengerjap polos. “Ah, maksudku... bukannya aku senang atau apa, hanya saja es krim ini sayang jika tidak dihabiskan.” Hyun Ae merapikan beberapa helai anak rambut yang sedikit mengganggu pandangannya.

Kyuhyun ingin tertawa, tapi ia tahan. “Iya. Iya.”

Hyun Ae terus memasukan es krim ke dalam mulutnya. Hingga....

Hyun Ae mengernyit bingung. Seperti telah memakan sesuatu yang keras dan berlubang. Kyuhyun yang melihat itu sedikit memajukan kursinya.

Mungkinkah?

Perlahan, Hyun Ae memasukkan ibu jari dan jari telunjuknya ke dalam mulut untuk mengetahui benda apa yang nyaris ditelannya tanpa ia sadari jika Kyuhyun tengah mengawasinya.

Mata Hyun Ae melebar. “Cincin?” Ia lantas menatap Kyuhyun, meminta penjelasan.

Kyuhyun tersenyum lalu menggenggam tangan kiri Hyun Ae yang berada di atas meja. “Ae-chan, aku berjanji padamu. Mulai detik ini, aku akan selalu berada di sisimu. Aku akan selalu membuatmu tersenyum.”

“Bby.”

Saat itu juga, terdengar alunan musik dari piano mengalun indah menyapu pendengaran Hyun Ae. Semakin memperkuat kesan romantis untuk dirinya dan juga Kyuhyun.

“Aku berjanji tidak akan membuatmu menangis. Dan aku berjanji tidak akan pernah mengucapkan kalimat ‘selamat tinggal’.” Kyuhyun menghela napas. “Kau adalah gadis yang berhasil membuatku nyaman. Kau adalah gadis yang berhasil mencuri perhatianku, dan mencuri hatiku. Kau ... laiknya oksigen untukku. Kau bagaikan Morfin, selalu membuatku kecanduan untuk selalu menatap wajahmu, untuk selalu berada di dekatmu. Kau seperti Dopamine di hidupku, selalu membuatku senang. Dan kau ... adalah gadis yang kupilih untuk mendampingiku. Aku memilihmu untuk menjadi wanita yang melahirkan anak-anakku. Dan menjadi Ratu di Istanaku.”

“B-Bby, a-apa ma-maksudnya?” Hyun Ae gelagapan. Wajahnya memerah dan pipinya semakin memanas.

Kyuhyun bangkit dari duduknya. Ia sudah berdiri di samping Hyun Ae, mengambil cincin dari Hyun Ae. Lalu dua detik kemudian, sesuatu yang tidak disangka oleh Hyun Ae terjadi.

Kyuhyun berlutut!

Pria itu berlutut di hadapannya dengan tangan kirinya meraih tangan kiri Hyun Ae dan tangan kanannya memegang cincin. “Choi Hyun Ae, maukah kau menikah denganku?”

Jantung Hyun Ae berdegup sangat cepat. Deru nafasnya memburu. Manik hazel-nya berkaca-kaca. Ia menatap Kyuhyun dengan perasaan haru. Ia bahagia. Sangat.

“Tapi, aku tidak bisa memasak.”

“Maukah kau menikah denganku?”

“Aku tidak pandai mengurus rumah.”

“Maukah kau menikah denganku?”

“Aku egois. Aku kekanakan. Aku manja.”

“Maukah kau menikah denganku?”

“A-Aku bukannya—” Hyun Ae memejamkan matanya sehingga airmata itu lolos melewati pipinya. Ia kembali membuka matanya.

Kali ini saja, Choi Hyun Ae! Hyun Ae menyugesti dirinya.

“Aku mau, Cho Kyuhyun. Aku mau menikah denganmu. Aku mau menjadi ibu dari anak-anakmu. Aku mau menjadi istri yang berbakti hanya kepadamu. Dan aku mau menjadi Ratu satu-satunya di Istanamu. Menghabiskan waktu bersamamu dan menua hanya denganmu. Aku ... Choi Hyun Ae, menerima lamaranmu.”

Sungguh luar biasa senangnya Kyuhyun saat ini. Kyuhyun tersenyum. Ia menangis. Menangis bahagia. Kyuhyun langsung menyematkan cincin yang ia pegang ke jari manis tangan kiri Hyun Ae.

Hyun Ae tak kalah gembira. Akhirnya, penantiannya selama ini tidak sia-sia. Menjalin hubungan asmara dengan Kyuhyun selama lima tahun. Melewati suka-duka bersama Kyuhyun. Melewati banyak masalah, rintangan, dan cobaan. Akhirnya ... malam ini Kyuhyun melamarnya. Memintanya untuk menjadi istrinya.

Kyuhyun mengajak Hyun Ae untuk berdiri. Dikecupnya punggung tangan Hyun Ae. Kyuhyun menatap Hyun Ae lamat-lamat.

“Aku mencintaimu, Ae-chan. Dulu, sekarang, dan selamanya. Aku akan tetap mencintaimu.” []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro