Satu - Hari Sial!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jamgan lupa untuk vote dan komen semuanya 😘😘

Keadaan jalan yang ramai oleh macet, membuat Thalita menjadi sedikit panik lantaran diburu oleh waktu. Berulang kali ia tampak menatap jam tangannya sebelum beralih menatap mobil yang perlahan mulai maju sedikit demi sedikit. Ia hampir saja mengumpat kasar ketika melihat sebuah motor yang menyalip secara tiba-tiba, untungnya tidak jadi ia lakukan karena ponselnya berbunyi untuk kesekian kalinya, padahal tadi ia sudah mengabaikan panggilan itu, tapi sepertinya si penelpon tidak menyerah juga. Akhirnya dengan perasaan yang gondok, Thalita lantas merogoh tasnya untuk mencari ponselnya dan menjawab panggilan masuk di ponselnya, yang ternyata dari Shilla.

"Halo!" jawab Thalita dengan nada yang tidak santai.

"Ya ampun. Santai kali, Ta." ucap Shilla dengan nada yang terdengar begitu menyebalkan di telinga Thalia. "Jangan marah marah terus, nanti cepat tua loh."

"Nggak usah banyak omong. Buruan mau ngapain lo nelpon gue?!" tanya Thalita kesal.

"Tuhkan gara-gara lo, gue sampai lupa ngasih tahu lo." Shilla terkekeh pelan, terdengar begitu senang karena telah membuat Thalita kesal.

Thalita lantas memutar matanya malas. "Ngasih tahu apaan sih, La?!"

"Mau ngasih tahu kalau Pak Bos yang baru bentar lagi datang. Lo udah di mana? Lama banget sampainya"

"Duh! Gimana dong, jalanannya macet parah, La. Mobil gue sampai nggak bisa gerak ini."

"Eh lo jangan panik gitu, Tha. Takutnya nanti lo nabrak kalo nyetir sambil panik gitu. Udah, coba lo tenang dulu ya." Shilla mencoba menengkan Thalita, tapi itu sama sekali tidak berhasil membuat Thalita tenang.

"Mana bisa tenang, La. Gue telat ini. Dan lo tahu sendiri kan kalau katanya Pak Bos kita yang baru ini orangnya perfeksionis banget dan nggak suka kalau ada karyawannya yang datang nggak tepat waktu." ucap Thalita sambil menjalankan mobilnya perlahan. Untungnya jalanan mulai sedikit lancar setelahnya, membuat Thalita bisa merasa sedikit tenang dan mulai menambah kecepatan mobilnya.

"Gue tahu lo telat, Tha. Tapi lo tetap harus nyetir dengan tenang. Jangan panik."

"Iya-iya! Bawel banget sih. Ini gue udah--" BRAAK!

Ucapan Thalita seketika terhenti ketika ia tiba-tiba menabrak mobil yang ada di depannya hingga membuat orang yang Thalita yakini sebagai pemilik mobil tersebut turun dari mobil. Rasanya Thalita ingin berteriak sekencang mungkin karena merasa begitu frustasi dengan situasi ini.

"Ya ampun! Kenapa gue sial banget sih hari ini?!" Keluh Thalita, bertepatan dengan ketukan pada kaca mobilnya.

"Halo, Tha. Lo baik-baik saja 'kan? Heh! Jangan diam aja."

"Turun!" si pengemudi mobil tersebut meminta Thalita untuk turun. Dan dari wajahnya, Thalita bisa menebak jika pengemudi mobil itu tampak marah.

Akhirnya dengan perasaan yang tidak menentu, Thalita lantas mengabaikan panggilan panik dari Shilla sebelum meminggirkan mobilnya dan bergegas keluar untuk menghampiri si pengemudi itu. Kedua matanya sontak membelalak ketika melihat betapa parahnya kerusakan mobil yang baru saja ia tabrak. Ya Allah! Berapa banyak itu biaya ganti ruginya?! Batin Thalita berteriak histeris.

"Lo bisa nyetir mobil nggak sih?! Lihat mobil gue jadi penyok gara-gara!"

"Maaf, Mas. Tadi saya benar-benar nggak sengaja." Thalita mencoba untuk bersikap tenang, meski dalam hati ia juga dibuat kesal ketika melihat betapa nyolotnya si pengemudi itu.

"Maaf-maaf! Lo pikir kata maaf bisa bikin mobil gue balik bener lagi? Pokoknya gue nggak mau tahu, lo harus ganti mobil gue sekarang."

"Iya saya bakal ganti kok, Mas tenang aja. Tapi saya nggak bisa ganti sekarang, karena saya lagi buru-buru. Gimana kalau saya tinggalin kartu nama--"

"Nggak bisa gitu lah! Pokoknya gue minta ganti ruginya sekarang! 20 juta."

Kedua mata Thalita seketika membelalak, hampir tak percaya dengan nominal yang baru saja disebutkan. "Hah? Kenapa bisa 20 juta? Kan ini cuma penyok dikit." protes Thalita, merasa tidak terima dengan ucapan si pengemudi itu. "Lagi pula ini bukan salah saya sepenuhnya ya, Mas juga salah karena ngerem mobil secara mendadak!"

"Wah! Jadi lo nggak mau ganti rugi ini?"

"Bukan nggak mau ganti rugi. Saya mau ganti rugi, tapi nggak segitu juga harganya."

"Udahlah! Bilang saja kalau lo pasti mau kabur 'kan?!"

Thalita memejamkan matanya sejenak, menahan perasaan marahnya yang sudah berada diubun-ubun. "Saya nggak akan kabur!" ucap Thalita dengan penuh penekanan ditiap ucapannya.

"Ya udah kalo gitu--"

"Bintang."

Ucapan si pengemudi itu terhenti ketika seseorang pria keluar dari dalam mobil dan mendekat ke arah mereka dengan langkah tegap. Dengan tatapan dinginnya, pria tersebut menatap Thalita sejenak sebelum beralih menatap ke pengemudi tadi.

"Bisa nggak kita selesaikan nanti saja? Saya perlu ke kantor secepatnya."

Si pengemudi yang bernama Bintang itu menampilkan ekspresi wajah yang tidak terima. "Nggak bisa gitu dong, Ka. Ini mobil gue penyok, kalau sampai bokap gue tahu, bisa mampus gue!"

"Tadi 'kan dia udah nawarin buat ninggalin kartu namanya. jadi nggak mungkin dia kabur."

"Tapi--"

"Saya yang bakal ganti kalau sampai dia kabur."

Akhirnya setelah pertimbangan panjang, Bintang pun setuju untuk menyelesaikan permasalahan ganti rugi itu nanti. Meski masih merasa kesal, Thalita tak lupa mengucapkan terima kasih pada Bintang tadi bergegas menjalankan mobilnya ke arah kantor. Kali ini dengan penuh kehati-hatian karena Thalita tidak ingin kejadian tadi terulang lagi.

***

Dengan langkah yang terburu-buru, Thalita bergegas berjalan memasuki kantor sambil sesekali melirik jam tangannya dan tak lupa menyapa beberapa seniornya dengan senyuman ramah. Untungnya setelah itu Thalita bisa sampai ke meja kerjanya meski sedikit terlambat.

"Astaga, Tha! Lo dari mana aja sih? Gue telpon--"

Thalita mengacungkan jari telunjuknya, menyuruh Shilla untuk diam karena Thalita masih mencoba menenangkan dirinya sejenak. "Bentar."

Shilla pun menurut, membiarkan Thalita untuk menengkan dirinya. Dan setelah merasa Thalita sudah agak tenang, barulah Shilla kembali bertanya. "Lo dari mana aja? Tadi kenapa telponnya tiba-tiba mati?"

"Tadi gue nabrak."

"Hah?! Kok bisa?!"

"Nanti aja ceritanya, soalnya gue masih males buat bahasnya." ucap Thalita sambil menghela nafas panjang. "Oh iya, Pak Boss udah dateng belum?"

"Untungnya sih belum, Tha. Katanya sih Pak Bos masih kejebak macet." ucap Shilla lalu menggeser kursi kerjanya mendekat ke arah Thalita. "Eh, lo tahu nggak? Katanya Pak Bos kita yang baru ini ganteng banget loh!"

"Inget! Lo udah punya Andre, Shill!"

Shilla seketika berdecak, kesal karena respon Thalita itu. "Nggak asih banget sih lo!"

Thalita mencibir. Tapi sedetik kemudian ia tersentak kaget ketika Shilla menepuk bahunya keras. "Aduh! Lo kenapa sih, Shill?" Thalita mengaduh kesakitan.

Sementara Shilla hanya bisa menatap Thalita dengan pandangan kesal tanpa mengatakan apa-apa lalu menunjuk ke depan.

Meski masih sedikit kesal, Thalita lantas mengikuti arah tunjuk Shilla sebelum akhirnya membelalakan matanya terkejut. "Lo?!" Tunjuknya pada orang yang berdiri di depannya itu. "Tadi 'kan udah sepakat kalau kita bakal bahas masalah mobilnya nanti, kenapa sekarang ngikutin gue samap sini?" tanya Thalita heran dan mengabaikan Shilla yang menarik ujung kemejanya.

"Nggak usah kepedean deh! Gue ke sini cuma mau nganter teman gue," Bintang menunjuk seseorang yang berdiri di belakangnya.

Mendapati jawaban tersebut tentu saja membuat Thalita merasa malu setengah mati. Ia yang tadinya kesal, mendadak diam ketika Bintang mulai berbalik pergi mengikuti langkah pria yang tadi bersamanya. Sementara Thalita hanya bisa kembali duduk dengan perasaan malu yang membuatnya ingin menghilang saat itu juga..

"Thalita! Lo gila, ya?" Shilla meremas kedua bahu Thalita dan mengguncang-guncangnya pelan. "Bisa-bisanya lo bersikap nggak sopan di depan Pak Bos kita yang baru!"

"HAH?!" Thalita langsung menoleh, menatap Shilla dengan pandangan tak percaya. "Jadi yang barusan ngomong sama gue tadi--"

"Ck! Bukan yang itu, tapi yang satu lagi." ucap Shilla gemas.

Namun respon Thalita justru jauh dari yang diharapkan oleh Shilla, yang ada Thalita malah bernafas lega sambil mengelus dada. "Ya ampun, untung aja bukan dia!" ucap Thalita lalu memilih fokus dengan pekerjaannya, mengabaikan Shilla yang tengah bertingkah seperti ingin mencekik Thalita.

To be continue...

Regards
Senin, 8 Agustus 2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro