16. Ayah Biologis Xiu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Daniel benar-benar dibuat berang buka main. Setelah menemui Jerome di gedung perkantoran pria itu dan membuat pria itu tak berkutik akan bukti tersebut, Daniel bergegas ke rumah sakit. Hanya untuk menemukan Xiu yang sudah tidak ada di sana.

Pandangannya langsung menangkap Jenna yang mengenakan pakaian Liora, sudah jelas kalau pasangan kembar itu tahu dirinya mengetahui tentang Xiu.

"Di mana anakku, Jenna?" geram Daniel menghampiri Jenna yang berdiri di samping jendela. Terlihat seolah memang sudah menunggu kedatangannya.

"Anakmu?" dengus Jenna mengejek. "Apa kau pantas mengakuinya, Daniel?"

Daniel tak peduli. Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah menemukan Liora dan Xiu. Yang pasti sudah dalam pelarian. Ck, apakah hanya melarikan diri satu-satunya keahlian yang dimiliki wanita itu, hah?

"Katakan di mana Liora dan anakku, Jenna?"

Jenna sama sekali tak terpengaruh akan gertakan tersebut. Malah wanita itu mengangkat dagu dan dengan keberaniannya menantang Daniel. "Atau apa?"

Cukup sudah. Ia sudah tertipu mentah-mentah oleh Liora dan dipermainkan Jenna dan sepupunya. Kesabarannya benar-benar terlibas habis oleh kenyataan bahwa Xiu adalah darah dagingnya. Yang selama ini tak berhenti menyiksanya dengan rasa bersalah bahwa ia telah membunuh anaknya sendiri.

Tangan Daniel bergerak menangkap rahang Jenna, dengan kekuatan pria yang dimilikinya, tentu saja Jenna tak mampu menolaknya. "Katakan, Jenna," desisnya mendekatkan wajah mereka dan menambah tekanan dalam cengkeramannya.

Kedua mata Jenna sama sekali tak goyah. Keberaniannya malah semakin besar untuk melindungi sang kakak dan keponakannya dari pria berengsek di depannya ini. "Tidak akan pernah. Setelah semua yang kau lakukan pada Liora, aku akan menikmati menyaksikanmu menggila mencari mereka."

Daniel menggeram, cengkeramannya menguat. Jenna jelas kesakitan, tapi wanita itu memang sama keras kepalanya dengan Liora. Jenna menolak mengaduh. Kedua kembar ini memang saling melindungi dengan sangat baik dan sulit memecahnya. Tak heran jika akan mengorbankan nyawa untuk yang lain.

"Lepaskan istriku, Daniel." Derap langkah besar menghampiri ketegangan antara Jenna dan Daniel.

Jerome menyentakkan tangan Daniel dari wajah Jenna. Lengannya dengan sigap menangkap pinggang Jenna yang terhuyung ke belakang, lalu berdiri menghadap Daniel dengan tatapan siap baku hantam.

"Kalian menyembunyikan Xiu. Kau pikir aku akan diam saja, hah?" Mata Daniel melotot dengan amarah yang berkobar.

"Semua atas permintaan Liora. Dan jelas Liora memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya, kan? Untuk apa Xiu memiliki ayah brengsek seperti dirimu. Hidupnya jauh lebih baik tanpa mengetahui kau sebagai ayah kandungnya."

"Brengsek kau, Jerome." Daniel menggeram, kepalan tangannya melayang ke wajah Jerome, tetapi pukulan tersebut ditangkap dengan sigap oleh sang sepupu dan tubuhnya oleng ke samping.

Jerome mendecih. "Aku tak pernah ikut campur urusanmu dengannya, Daniel. Hubungan kami selesai setelah perselingkuhan itu terbongkar dan satu-satunya hal yang diinginkannya hanyalah menghilang dari hidupmu. Jika dia menginginkan pergi, sudah jelas dia tak ingin bersamamu lagi, kan. Jangan menuntut tanggung jawab akan ketidak becusanmu mempertahankan wanitamu pada kami. Aku menuruti keinginannya hanya karena Jenna yang juga melindunginya darimu."

Daniel terdiam, meski hatinya berteriak kencang menelaah kalimat Jerome.

"Setelah mengkhianatiku, memangnya apa yang diharapkannya pada pengkhianat sepertimu, hah? Dia sama sekali tak mengharapkanmu."

"Hubungan kami membaik setelah kehamilannya. Kami sepakat untuk memulainya."

Jerome mendengus keras. "Ya, seharusnya kau menggunakan kesempatan itu untuk memperbaikinya, kan? Jika dia memiliki arti lebih bagimu. Tapi ... kau mengulang ketololanmu."

Kerutan di kening Daniel semakin dalam. "Apa maksudmu?"

"Jangan berusaha membodoh, Daniel," sergah Jenna kemudian. "Kau pikir kami tak tahu apa yang kau lakukan dengan Carissa di belakang Jerome?"

Wajah Daniel seketika membeku. Ya, dia memang pernah berselingkuh dengan Carissa di belakang Jerome. Mereka berdua saling tahu tapi Jerome tak pernah peduli pada Carissa. Hubungan Jerome dan Carissa pun memburuk karena campur tangan kedua orang tua pria itu. Sejak awal mama Jerome memang licik. Tapi ... tak ada yang tahu tahu rahasia ini selain mereka bertiga.

"Dia pikir aku berselingkuh dengan Carissa di belakangnya?"

"Bukan yang dia pikir. Memang itulah yang terjadi, Daniel."

"Siapa yang mengatakan padanya?" Tatapan Daniel berpindah pada Jerome dengan tuduhan yang begitu jelas.

"Kau pikir itu akan memberiku sesuatu yang berguna? Jika bukan aku atau kau, tentu saja hanya satu orang, Daniel. Apa kau masih berusaha membodohi dirimu sendiri?" dengus Jerome mengejek.

Carissa. Kedua tangan Daniel mengepal wanita itu telah berani melakukan kelancangan ini. Tapi ia akan mengurus wanita itu nanti. Sekarang ia hanya ingin fokus pada Xiu dan Liora.

"Kami tak akan mengatakan apa pun." Kedua mata Jenna dipenuhi keyakinan yang begitu kuat. "Jadi pergilah. Dari hidup kami. Kau sudah memiliki kehidupan barumu. Anggap saja aku dan Liora tak pernah muncul di hidupmu."

Daniel menggeram. Ingin sekali berteriak demi meluapkan amarah yang menggelegar di dadanya. Tetapi keberadaan Jerome membuatnya menekan kuat-kuat keinginan tersebut. Ditambah ada dua pengawal Jerome yang sudah bersiap menangkap lengan dan kakinya jika ia mencoba bergerak maju sedikit pun.

"Pergilah, Daniel. Kau tahu tak akan mendapatkan apa pun di sini," desis Jerome dengan penuh peringatan yang keras.

Pandangan Daniel mengarah pada Jenna, cukup lama sebelum kemudian berpindah pada Jerome kembali dan menyeringai dengan licik. "Aku tak akan mendapatkan apa pun. Di sini."

Wajah Jenna seketika dipucati kepanikan.

"Dan saat aku mendapatkan putriku kembali, kupastikan kalian tak akan pernah melihatnya." Seringai Daniel naik lebih tinggi, sejalan dengan kepanikan Jenna yang memegang lengan sang suami. "Jika tak ingin kehilangan hal yang paling berharga milikmu, setidaknya kita harus menggenggamnya kuat-kuat, kan? Kita tak pernah tahu apa yang ada di depan sana."

Dan Jenna, jangan mengkhawatirkan Liora terlalu dalam. Aku tak akan menyentuh kakakmu jika dia bisa menjadi kooperatif. Aku hanya akan mengambil apa yang menjadi hakku."

***

Hotel ini adalah tempat terbaik yang bisa didapatkannya. Meski tidak luas, setidaknya cukup untuk mereka berdua bermalam dan bersih. Ia yakin Daniel pasti sudah mengetahui Xiu adalah putri pria itu dan mengerahkan seluruh kekuasaan baru pria itu untuk menemukan mereka berdua.

Ia tak berharap lebih, Daniel akan menemukannya. Cepat atau lambat. Jika pria itu berhasil menemukannya, satu-satunya hal yang diinginkan oleh pria itu adalah melihatnya menderita. Daniel tahu Xiu satu-satunya hal yang paling berharga yang dimilikinya, tentu saja pria itu tak akan berpikir dua kali untuk menyiksanya menggunakan Xiu.

Liora tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Daniel pada Xiu. Yang terburuk adalah pria itu merebut Xiu darinya dan tak akan membiarkan dirinya melihat putri kecilnya.

Mata Liora terpejam, memeluk putrinya yang berada dalam pelukannya erat-erat. Xiu baru saja sembuh, dan wajah mungil putrinya kini terlihat letih setelah keduanya melalui dua jam perjalanan darat. Ia terpaksa harus singgah di sebuah hotel yang bisa ditemukannya agar Xiu bisa istirahat. Besok pagi barulah ia melanjutkan perjalanan.

Jam di dinding sudah menunjukkan tengah malam, Liora berusaha memejamkan matanya agar bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan perjalanan. Entah ke mana mereka akan pergi, ia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Hanya itu rencana terbaik yang bisa direncanakan. Tanpa rencana.

Liora baru saja terlelap ketika terbangun karena rengekan Xiu. Dan betapa tercengangnya wanita itu menemukan tubuh Xiu yang kembali demam. Panik, Liora menggendong sang putri dan turun ke lobi. Tanpa mengenakan alas kaki naik ke dalam taksi yang sudah dipesannya menunggu di teras hotel. Membawanya ke rumah sakit terdekat.

Air mata meleleh ketika dokter segera menanganinya di ruang IGD. Tubuhnya jatuh terduduk di kursi tunggu. Lemah dan tak bertenaga. Seketika didera rasa bersalah karena dirinyalah keadaan Xiu kembali serius seperti ini.

"Ternyata memang ada alasan kenapa kau lebih dekat dan peduli dengan Xiu ketimbang Axel dan Alexa, bukan?"

Wajah basah Liora yang sudah pucat semakin memucat. Menoleh ke samping dengan perlahan dan menemukan Daniel yang berjalan mendekat dengan dua pengawal di sisi kanan dan kiri.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" Suara Liora tercekat dengan keras.

Daniel menyeringai, menatap ke arah pintu ruang IGD yang tertutup. "Jika kau tidak tahu apa yang kulakukan di sini, kau tak mungkin melarikan diri dengan membawa kabur anakku, Liora."

"Dia bukan anakmu." Meski mulutnya mengatakan demikian, kebohongan itu jelas terlihat di kedua mata Liora.

Daniel mendengus. "Kau masih tak pandai berbohong."

"Enyah saja kau dari hidup kami, Daniel. Kami tak membutuhkanmu."

"Kalau begitu aku akan membuatmu membutuhkanku, Liora. Tapi ..." Daniel berhenti sejenak, menatap kedua mata Liora dalam-dalam dan melanjutkan dengan penuh penekanan. "Sebelum kita membicarakan Xiu, kita akan bicara tentang kita berdua."

"Tidak ada apa pun yang perlu kita bicarakan, Daniel. Kau tahu itu."

Daniel maju, rahangnya menegas. Terlihat menekan amarahnya tetapi tatapannya masih menajam. Menangkap pergelangan tangan Liora dan menyeret wanita itu keluar dari area ruang IGD, melewati pintu keluar di belakang.

"Lepaskan, Daniel." Liora berusaha melepaskan genggaman tangan Daniel yang semakin menguat dan nyaris meremukkan tulang pergelangan tangannya. Tak hanya itu, seretan pria itu juga terlalu kuat untuk Liora tahan, membuat langkah wanita itu terseok, nyaris terpeleset kakinya yang tak mengenakan alas. "Kau ingin aku berteriak?!" ancamnya.

"Teriak saja. Kau tak akan tahu apa yang mampu kulakukan pada Xiu. Jangan mengujiku, Liora. Kesabaranku sudah semakin menipis oleh kebohonganmu."

Ancaman tersebut berhasil membungkan teriakan Lioran yang sudah ada di ujung lidah. Liora membiarkan tubuhnya diseret keluar dari pintu, hingga akhirnya berhenti di sudut sepi halaman belakang rumah sakit yang sunyi dan dengan pencahayaan yang minim.

Daniel menyentakkan pegangannya hingga membuat tubuh Liora terhuyung. "Tidak adakah yang perlu kau jelaskan padaku?"

"Kau bilang tidak ada apa pun yang perlu diungkit jika aku mengambil surat pengunduran diriku, Daniel."

"Sebelum aku tahu anakku masih hidup dan kau menyembunyikannya dariku," sambar Daniel tajam.

"Tak hanya pengecut, sekarang kau menjadi seorang pendusta begitu?"

"Pendusta kau bilang? Katakan itu pada dirimu sendiri."

"Xiu tidak ada hubungannya dengan kekacauan di antara kita berdua."

"Omong kosong. Dia anakku. Selama bertahun-tahun kau membuatku menjadi pembunuh anakku sendiri."

Liora mendengus lebih keras. "Kata-katamu terdengar seperti kau memiliki rasa bersalah, Daniel. Sayang sekali, aku sudah membuang hatiku ke tempat sampah. Aku tak akan terpengaruh dengan bualanmu."

Daniel kehilangan kata-kata, mendesah dengan gusar dengan campuran emosi yang bergejolak di dadanya. Kesungguhan dalam kata-kata Liora menunjukkan betapa sakit hatinya padanya. Wanita itu pernah punya hati, untuknya dan ia sangat sadar sudah menghancurkan kepercayaan Liora.

Tetapi perdebatan tentang ini tak akan berhenti sampai di sini. Tatapan Daniel menajam. "Baiklah kalau begitu, tak ada apa pun di antara kita yang perlu diselesaikan."

Liora bergeming. Membalas tatapan Daniel. Itu adalah kata-kata yang ingin didengarnya dari pria itu, tapi ... tak mungkin semuanya bisa selesai semudah ini, kan. Ia merasa ada yang janggal dengan ekspresi tajam di wajah Daniel yang menyiratkan sesuatu yang licik. "Apa yang kau inginkan?"

Daniel tak langsung menjawab. "Hakku. Sebagai ayah biologis Xiu."

Keinginan Daniel akan menjadi mimpi buruk untuk ketiga kalinya bagi Liora.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro