18. Permohonan Terakhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepanjang perjalanan, Liora tak lagi mengucapkan sepatah kata pun dan Daniel sendiri sengaja mempertahankan keheningan tersebut. Benaknya memutar ingatan ketika pertama kali bertemu Liora. Saat pertama kali jatuh cinta pada Liora, Jerome memperkenalkan wanita itu sebagai kekasih.

Sepupunya itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Dan ia selalu berhenti, tapi entah kenapa Liora tidak seperti wanita lain yang berhasil menarik perhatiannya. Ataupun Carissa.

Sebelumnya, hubungannya dan Carissa adalah karena wanita itu yang mendekatinya lebih dulu. Jerome kekasih yang penuh perhatian dan dermawan. Memanjakan Carissa dan Liora dengan segala hal. Tetapi pria itu hampir tak punya waktu untuk sang kekasih.

Ia memang berselingkuh dengan Carissa, tetapi apa yang dirasakannya untuk wanita itu tidak sebesar dengan apa yang dimilikinya untuk Liora.

Semakin ia menjalin hubungan dengan Liora, ia merasa tak bisa membiarkan wanita itu menjadi milik Jerome. Itulah sebabnya ia sengaja membongkar perselingkuhan mereka di hari pertunangan Liora dan Jerome. Ia memasukkan obat ke minuman Liora dan meniduri wanita itu.

Daniel tahu akibat kelicikannya memberikan dampak yang buruk pada hidup wanita itu. Tetapi dengan Liora, ia tak pernah hanya ingin bersenang-senang. Ia menginginkan lebih dan lebih. Hingga detik ini, bahkan semakin menguat.

Semakin hari keinginan tersebut semakin menguat. Entah dengan cara yang buruk atau baik, ia tak akan membiarkan Liora lepas dari genggamannya untuk yang kesekian kalinya.

Kecepatan mobil mulai berkurang, Liora mengangkat wajah dan mengedarkan pandangan keluar dari mobil. Ia tak mengenali tempat ini, mobil memasuki jalanan cukup panjang dengan pohon besar di kedua sisi. Menuju ke halaman yang luas tak jauh dari pintu gerbang. Hingga mobil berhenti di depan teras rumah bertingkat tiga.

Hanya satu yang Liora yakin ketika Daniel melangkah turun. Xiu ada di tempat ini. Tanpa disuruh, ia melompat turun dan berkata, "Aku ingin melihat Xiu."

Daniel yang tengah melihat dua mobil terparkir di samping carport segera teralihkan. Menatap permohonan di kedua mata Liora. Ia mengangguk singkat, dan tepat pada saat itu seorang pelayan melangkah keluar dari dalam rumah dan mendekat ke arahnya.

"Ada apa?" Daniel merasa ada yang janggal dengan raut ketakutan pelayan tersebut.

"Tuan Saito dan nona Carissa ...."

"Tak hanya anak, sekarang kau bahkan membawa wanita ini ke rumah ini?" Carissa melangkah keluar. Menatap Liora dengan tatapan mencemooh dan kemarahan di kedua matanya. "Berapa banyak kebohongan yang kau sembunyikan dari kami, hah?"

Liora terperangah dengan keberadaan Carissa di rumah ini. Tetapi mengingat wanita itu adalah tunangan Daniel, keterkejutannya segera berlalu. Dan sekarang yang ia khawatirkan adalah Xiu. Jika wanita itu tahu tentang Xiu ...

"Cukup, Carissa. Kita bicara di dalam." Daniel mengambil alih cecaran Carissa.

"Dia menyembunyikan anakmu? Sekarang kau pikir bagaimana kita menghadapi ...."

"Anakku adalah urusanku dan Liora," tegas Daniel yang segera membuat Carissa menutup mulut. "Tidak ada sangkut pautnya dengan apa pun yang ada di antara kita."

Bibir Carissa menipis, menahan bantahan yang nyaris disemburkannya. Tentu saja ia kesal menemukan tunangannya ternyata memiliki anak yang masih hidup, yang disembunyikan mantan istri sang tunangan. Membuat ketidak sukaannya pada Liora semakin dalam. Tak hanya Jerome, bahkan Daniel pun seolah tak berkutik ketika berhubungan dengan Liora.

"Kalau begitu, kau bisa menjelaskan sendiri semuanya pada kakekmu, kan?"

Daniel terdiam, melirik ke arah Liora yang benar-benar kehilangan kata untuk menghadapi situasi mereka. Mendesah dalam hati, kepalanya mulai memutar otak untuk memikirkan jalan keluar untuknya, Liora dan Xiu. Kakeknya jelas akan menolak Xiu karena anak itu lahir di luar pernikahannya.

***

Namun, Xiu bukan sepenuhnya lahir di luar pernikahan. Sang kakek meletakkan hasil tes DNA di meja, bukti yang tak bisa disangkalnya.

"Saya dan Liora pernah menikah ketika dia hamil. Carissa yang menjadi saksi pernikahan kami." Daniel menatap ke arah Carissa.

Carissa terlihat kesal tentu saja, tetapi tatapan Daniel jelas tak memberinya pilihan selain mengangguk.

Sebaliknya, Liora tampak menentang keras pernyataan tersebut. Jika Xiu dinyatakan anak dalam pernikahannya dan Daniel, maka ada hak asuh yang perlu mereka bicarakan dan sudah pasti dirinya akan kalah. Tuan Saito jelas membencinya begitu mengetahui dirinya adalah ibu kandung Xiu, yang mau tak mau harus diakui sebagai cucu oleh pria tua tersebut.

Tapi lagi-lagi ia sama tak berkutiknya seperti Carissa ketika Daniel menatapnya penuh ancaman dan ia pun memutuskan untuk menutup mulut.

Dan itu adalah keputusan terburuk yang pernah ia lakukan dalam diamnya. Begitu tuan Saito bertitah, "Dapatkan hak asuhmu dan selesaikan semuanya sebelum hari pernikahanmu tiba. Jika tidak, kakek yang akan turun tangan."

Tuan Saito berhenti sejenak. Menatap ke arah Liora yang mematung dan berkata, "Jangan mencoba memanfaatkan anakmu untuk mengancam Daniel. Anak itu akan jauh lebih baik berada dalam lingkungan kami."

Liora seperti tersambar petir. Tercengang dengan keras hingga bibirnya membeku meski ada jutaan penolakan yang ingin ia semburkan. Menatap kepergian tuan Saito dalam kebekuannya. "Tidak!" teriaknya melompat ke arah Daniel yang duduk di sisi Carissa. "Kau berjanji akan membicarakan ini, Daniel."

"Kau benar-benar sudah gila, Liora!" jerit Carissa yang sedikit terdorong ketika Daniel berusaha menangkap pukulan Liora. Wanita itu bangkit berdiri dan menyambar tasnya di meja lalu berkata pada Daniel. "Sebaiknya kau selesaikan masalah ini, Daniel. Kau tahu kakek tak suka direpotkan oleh wanita murahan sepertinya."

Tangan Liora begitu gatal ingin melayangkan tamparan di wajah Carissa sebagai balasan atas kata-kata penghinaan wanita itu. Carissalah yang murahan! Tetapi masalah Xiu jelas lebih genting dari sekedar memberi pelajaran Carissa.

"Aku tak akan menyerahkan Xiu padamu. Langkahi mayatku lebih dulu sebelum berpikir akan merebutnya dariku, Daniel!" Liora meronta, berusaha melepaskan kedua tangannya dari genggaman Daniel.

"Cukup, Liora." Suara Daniel lebih keras dan tegas. Begitu pun tatapan pria itu yang menajam. Bangkit berdiri dengan tangan Liora yang masih berada dalam genggamannya.

"Kau pikir aku akan membiarkan Xiu mendapatkan wanita licik sepertinya sebagai ibunya? Jangan harap, Daniel. Sampai mati aku tak akan membiarkan dia merawat anakku!"

Daniel mendesah dengan gusar. Semua rencananya kacau begitu sang kakek mengetahui tentang keberadaan Xiu. Sebelumnya ia dan Liora sudah sepakat untuk berbagi peran dalam hidup Xiu. Membiarkan Xiu tinggal bersama Liora, dan membiarkan dirinya datang untuk melihat putrinya kapan pun ia ingin. Tak ada lagi permainan petak umpet dan kucing-kucingan seperti ini.

Dan semua kesepakatan mereka hancur seketika begitu sang kakek bertitah harus mendapatkan hak asuh Xiu sepenuhnya.

"Tenangkan dirimu, Liora. Kau pikir kau saja yang berada dalam posisi sulit ini?"

"Kaulah yang membuat kita semua berada dalam posisi sulit ini. Jika kau tidak datang ke hidup kami, jika kau tidak memaksa mencari tahu tentang Xiu ...."

"Kau pikir aku bisa berpura-pura seolah Xiu tak ada dengan semua bukti itu?"

"Seharusnya kau tak perlu mencari tahunya!"

"Dan itu semua hanya akan memuaskan keegoisanmu," sergah Daniel menyentakkan tangan Liora hingga tubuh wanita itu jatuh ke sofa dan terisak. "Semua akan menjadi lebih rumit jika kakekku yang turun tangan. Sebaiknya kau mengalah, Liora. Setidaknya aku akan memberimu kesempatan untuk ...."

"Tidak!" tentang Liora lantang. Bangkit berdiri dengan air mata yang merebak memenuhi seluruh wajahnya.

"Kau tahu kau berhadapan dengan siapa, Liora? Aku tak bisa membantumu lebih dari ini," putus Daniel. "Sebaiknya kita bicarakan masalah ini setelah kau lebih tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang sementara kau akan merebut anakku dari..."

"Hanya ini pilihan yang tersisa, Liora. Tidakkah kau memahami situasi kita hah?"

"Aku tak memahaminya dan aku tak ingin memahaminya!"

Daniel mendesah dengan kesal. "Kalau begitu, sebaiknya kau terima kenyataan ini. Aku yakin kau sudah terbiasa kecewa, kan. Anggap saja ini balasan untuk kebohongan besar yang sudah kau lakukan padaku. Anak kita terbunuh dalam kecelakaan itu."

Tangisan Liora terhenti. Kata-kata Daniel benar-benar merampas udara dari paru-parunya.

"Sekarang kau tahu apa yang kurasakan saat itu, kan?"

Liora menggelengkan kepalanya dengan pilu. Dengan uraian air mata yang jatuh semakin deras membanjiri wajahnya. Tidak. Ia melompat berdiri, berlari mengejar Daniel yang sudah berbalik dan meninggalkannya.

"Kumohon, Daniel. Aku tidak bisa melakukan ini." Liora berhasil menghentikan langkah Daniel dengan menangkap lengan pria itu. Tangisannya semakin histeris, kepanikan benar-benar membuatnya tak bisa berpikir dengan jernih. Membiarkan nalurinya sebagai seorang ibu melakukan apa yang perlu dilakukan di saat genting seperti ini. Apa pun akan ia lakukan, asalkan tidak dipisahkan dari Xiu.

Saat Daniel mengatakan akan membiarkan dirinya menemui Xiu, itu artinya pria itu akan merebut Xiu darinya. Semua janji Daniel adalah kebohongan. Ia tidak akan jatuh ke dalam kebohongan pria itu untuk yang kesekian kalinya.

Daniel mendesah panjang. Jelas semuanya tak akan menjadi mudah. Liora bukan seseorang yang mudah menyerah.

"Aku akan melakukan apa pun. Apa pun. Hanya jangan pisahkan aku darinya, Daniel. Kumohon."

"Terlambat, Liora."

Tubuh Liora melemah. Jatuh terduduk di lantai dengan lemas dan kedua lengan yang memeluk kaki Daniel. "Kumohon. Aku mohon padamu," isaknya dengan tangisan yang pilu. "Aku minta maaf. Untuk semuanya. Aku bersalah dan aku minta maaf atas kebohongan itu."

Mata Daniel terpejam. Menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. Lalu tertunduk dan menatap punggung Liora yang bergerak naik turun dengan pilu.

Sungguh, tangis permohonan wanita itu tak pernah tak berhasil menyentuh hatinya. Pelukan lengan Liora juga terlalu kuat dan tak akan melepaskannya sebelum mendapatkan apa yang diinginkan. Meski ia bisa dengan mudah menendang wanita itu untuk membebaskan kedua kakinya. Dan jelas ia bukan pria seberengsek itu.

Mendesah dengan kasar, Daniel pun berkata, "Apa benar kau akan melakukan apa pun untuk Xiu?" Suaranya datar dan rendah, tetapi berhasil menghentikan isak tangis Liora.

Liora terdiam, kepalanya bergerak naik dengan perlahan. Menatap wajah Daniel yang menjulang di atasnya dengan air mata yang masih memenuhi kelopak mata. Lalu memberikan satu anggukan sebagai jawaban. Bibirnya yang pucat bergerak pelan dan melepaskan satu kata tersingkat, yang akan merubah segalanya. "Apapun," ulangnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro