20. Pernikahan Kedua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Daniel mendorong pintu kamar, menghentikan pembicaraan Liora dan Jenna yang kini saling berpelukan. Kedua saudari kembar tersebut segera mengurai pelukan.

"Jerome menunggumu, Jenna," ucapnya setengah mengusir. Jenna membencinya, itu sudah pasti. Semakin lama menghabiskan waktu bersama Liora akan memberikan dampak yang buruk. Yang mungkin bisa membuat Liora berubah pikiran dan melakukan pelarian lainnya.

Jenna mendengus. "Kau mengusirku?" sengitnya kasar dengan pelototan mata bulatnya.

Daniel memasang senyum selebar mungkin yang dibuat-buat dengan mengedikkan bahu "Dia memang menunggumu."

Liora mengambilkan tas Jenna dan meletakkannya di pangkuan sang adik. Mengangguk singkat dan Jenna pun menutup mulut dengan paksa. Mencium Xiu dan sekali lagi memeluk sang kakak sebelum benar-benar beranjak ke arah pintu. Meninggalkan Daniel dan Liora yang membisu.

"Setelah apa yang kau lakukan padanya, sekarang kalian memang benar-benar saling melindungi, ya?" Pertama kalinya Daniel bersuara memecah keheningan tersebut. Bergerak duduk di sisi lain ranjang dan tertunduk menatap wajah Xiu yang terlelap.

Liora membuang wajahnya. "Setidaknya Jenna tidak terjebak dengan orang sepicik dirimu, Daniel."

Wajah Daniel mengeras dan terangkat dengan perlahan. "Aku bersikap lebih baik padamu. Selalu dan hanya padamu."

Liora mendengus mengejek. "Ya, kita sangat bersenang-senang. Saat itu. Sebelum kau menghancurkan duniaku." Ada sengitan yang tajam dalam kalimat terakhir Liora. Sebelum kemudian berdiri dan melangkah ke kamar mandi.

Daniel kembali menutup mulutnya, kata-kata Liora selalu mampu menamparnya dengan keras. Lama ia hanya tercenung menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Dan kembali tertunduk menatap wajah sanh putri.

Xiu sangat mirip dengan Liora. Cantik dan begitu indah. Tangannya bergerak menyentuh pipi putri mungilnya, masih tak percaya anak ini adalah darah dagingnya. Bagian dari dirinya.

Senyum kehangatan segera menyelimuti wajah Daniel. Sama seperti Liora yang akan melakukan segalanya untuk dekat dengan sang putri, ia pun tak ingin kehilangan malaikat kecilnya ini.

Di antara setumpuk masalah yang sudah ia berikan pada Liora, ia tak pernah menyesali kehadiran putrinya ini. Juga perasaan yang dimilikinya pada wanita itu.

***

Pernikahan Carissa dan Daniel berlangsung di pagi hari, begitu acara keluarga dari kedua belah pihak selesai mengucapkan selamat dan keduanya beristirahat di hotel sementara menunggu acara resepsi dia malam hari, Daniel pergi ke rumah Jerome untuk melangsungkan pernikahannya dengan Liora. Hanya Jerome dan Jenna yang menjadi saksi pernikahan keduanya. Pertukaran cincin dan ciuman yang ditolak Liora.

"Hanya pernikahan ini yang kita butuhkan." Liora menjauhkan wajahnya ketika keduanya dinyatakan sah sebagai suami istri.

Daniel menyeringai tipis meski dalam hati menahan kekesalannya. Kemudian ia megambil sertifikat pernikahan mereka dan memasukkannya ke dalam saku jasnya. "Kalau begitu aku akan menyimpan ini."

Liora baru menyadari surat nikah mereka ketika Daniel sudah meraih kedua benda itu dari meja tinggi di samping keduanya.

Seringai Daniel tersungging lebih tinggi. Dulu Liora yang menyimpan surat pernikahan mereka sehingga wanita itu bisa mendaftarkan gugatan perceraian mereka dengan mudah tanpa sepengetahuannya. Kali ini tentu saja ia tak akan membuat wanita itu bisa melarikan diri dengan mudah. Bahkan memikirkannya pun, sebaiknya tidak.

"Kalau begitu aku akan kembali ke hotel. Nanti sore sopir akan datang untuk menjemputmu dan Xiu." Daniel berbalik dan berjalan ke samping rumah Jerome untuk langsung naik mobil pria itu yang terparkir di halaman depan, sementara Liora dan Jenna masuk ke dalam rumah. Setelah menjadi saksi pernikahan, Jerome langsung masuk ke dalam rumah untuk melihat si kembar.

"Ini hanya tali yang mengekangmu secara resmi." Jenna menyodorkan segelas jus ke arah sang kakak. "Dan Daniel tahu itu."

Liora hanya mendesah berat. Mengambil mahkota bunga di kepalanya dan meletakkannya di meja. Ya, pernikahan keduanya dan Daniel nyaris sama seperti pernikahan pertama mereka. Pribadi dan sederhana. Bahkan gaun yang ia kenakan adalah salah satu gaun putih yang ia ambil di lemari pakaian Jenna. Pernikahan mereka memang hanya kesepakatan di atas kertas. "Apa pun namanya, aku tak peduli lagi, Jenna. Yang kutahu, Xiu masih berada dalam pelukanku."

Jenna menatap sang kakak dalam diamnya. Ya, seperti dirinya, ia pun akan melakuakn segalanya untuk putrinya. Tak akan berpikir dua kali meski ia harus terjebak dengan pria seperti Daniel.

"Jadi, bagaimana denganmu? Sepertinya ada sesuatu antara kau dan Jerome."

Raut Jenna seketika berubah lebih muram. Menghindari bertatapan dengan sang kakak. "Hubungan suami istri memang terkadang naik turun, kan?"

"Apakah ini tentang Monica?" Mata Liora menyipit, meletakkan gelas jusnya kembali ke meja dan memberikan seluruh perhatiannya pada Jenna.

Jenna akan menggeleng, tetapi keraguan terlihat jelas di wajahnya.

"Jadi ya," tandas Liora. "Kau mengenal Jerome, Jenna."

"Ya, kuharap."

"Jenna?" Suara memanggil dari arah tangga mengalihkan perhatian keduanya. "Axel mencarimu."

Jenna mengangguk singkat dan bangkit berdiri. Melewati Jerome tanpa sepatah kata pun.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" kesal Jerome dengan tatapan menyelidik Liora yang sengaja membuatnya jengkel.

"Sejak beberapa hari lalu, dia masih marah padamu, kan?"

Jerome mendesah gusar. "Urus saja urusanmu, Liora. Sepertinya kita semua sudah disibukkan masalah masing-masing, kan?"

Liora tak bertanya lagi. Menandaskan jusnya dan menyusul Jenna ke kamar si kembar.

Sore harinya, sopir utusan Daniel datang menjemput Liora dan Xiu. Dan seperti yang sudah Liora perkirakan, Daniel kembali melakukan apa pun yang diinginkan pria itu pada hidupnya. Pria itu sudah menyuruh orang untuk memindahkan pakaian-pakaian dan barang-barangnya ke apartemen baru yang disediakan oleh pria itu untuk mereka berdua.

"Kami jauh lebih nyaman tinggal di tempatku, Daniel." Liora langsung menghubungi Daniel yang tampaknya sedang berada di ruang ganti untuk acara resepsi pernikahan pria itu dan Carissa.

"Itu kau. Aku jelas tak merasa nyaman tinggal di tempatmu."

"Itu urusanmu."

"Ya, tentu saja. Aku tidak ingin menjadi tamu ketika melihat Xiu. Dan hanya di tempatku aku hanya bisa merasa pulang ke rumahku. Yang tidak bisa kurasakan ketika masuk ke apartemenmu."

Liora mendesah pendek. "Ya, terserah kau," ucapnya kemudian mengakhiri panggilannya.

***

Daniel menurunkan ponselnya dengan senyum tipis di ujung bibir. Ya, Liora pasti bisa melakukan apa pun ketika berada di apartemen wanita itu. Membuatnya harus kehilangan kontrol untuk mengendalikan istrinya. Ya, istrinya. Sekarang wanita itu sudah kembali menjadi istrinya. Menjadi miliknya. Ke posisi seharusnya wanita itu berada.

"Tuan?"

Daniel menoleh ke belakang dan memberikan anggukan singkat. Sekali lagi menatap tampilannya di cermin dan sudah sempurna, ia pun berbalik. Memasang senyum kebahagiaan semenyakinkan mungkin untuk menyambut ucapan selamat para tamu undangan sang kakek.

Acara resepsi berlangsung dengan meriah. Kolega dan klien kakeknya begitu banyak. Satu-satunya yang tidak ada di pesta ini hanyalah Jerome. Bahkan ia melihat Jennifer dan Monica datang, juga Juna. Dan Samuel bersama tunangannya, Alicia.

Pria itu tersenyum lebar ketika mengucapkan selamat kepadanya dan Carissa. Dan untuk pertama kalinya dengan ketulusan. Sudah jelas pria itu berpikir memiliki kesempatan lebih besar untuk memiliki Liora. Tanpa tahu kalau kesempatan itu sudah tak ada.

Begitu acara resepsi selesai, Daniel mengantar Carissa ke hotel tempat mereka bermalam. "Kau tidak turun?" Carissa berbalik ketika Daniel hanya menghentikan mobil dan tidak ikut turun.

"Semuanya sudah selesai, kan? Kita sudah menyetorkan wajah di hadapan kakek."

Wajah Carissa segera mengeras, matanya menyipit curiga. "Jangan bilang kau ingin menemui simpananmu, Daniel."

"Kau tahu itu bukan urusanmu, Carissa." Suara Daniel rendah tetapi ada ketegasan di sana. "Dan ... jangan mengatakan hal seburuk itu tentang ibu dari anakku, Carissa. Tidak ada hubungan sialan itu lagi di antara kita bertiga."

Carissa tahu saatnya untuk diam. Ia pun menegakkan punggungnya dan membanting pintu mobil dengan keras. Menatap mobil Daniel yang semakin menjauh dari area hotel.

***

Setelah anak buah Daniel memberinya sebuah kartu berwarna hitam dan mengarahkannya menuju lift khusus. Liora cukup tercengang dengan persiapan yang disediakan pria itu untuk menyambutnya dan Xiu.

Kamar Xiu, meski dinding kamar untuk putrinya masih berwarna krem seperti semua warna dasar di seluruh apartemen, semua perabot di kamar itu baru dan dengan bermacam-macam boneka juga mainan anak perempuan.

Ada dua pengasuh yang langsung mengambil alih Xiu dan pelayan yang mengantarnya ke kamar untuknya. Sebagian koper miliknya sudah dipindahkan isinya dan sebagian lain masih dalam pemindahan oleh pelayan di ruang ganti.

Liora terduduk di sofa. Kamar barunya memang lebih luas, dengan pemandangan kota yang menjadi hiasan di dinding kaca tepat di depan tempat tidur. Semua kemewahan ini pernah ia rasakan ketika menjadi kekasih Jerome dan berselingkuh dengan Daniel. Sekarang ia menjadi simpanan pria itu. Perasaan familiar tersebut terasa sama dan mencubit dadanya. Ia kembali ke kubangan menyedihkan itu.

Seberapa pun keras dan besarnya usahannya untuk hidup dengan penuh ketenangan, ia tak lebih dari salah satu kesenangan dari banyak pria. Dulu ia menikmati semua kemewahan dan kesenangan yang dilimpahkan dari pria yang memanjakannya. Ia akan bersorak bahagia dengan semua hadiah-hadiah tersebut. Tapi sekarang, semua kesenangan itu seolah sudah habis. Karena terlalu banyak ia hambur-hamburkan di masa lalu.

Liora bangkit untuk mengganti pakaiannya. Sama sekali tak berminat berkeliling ke tempat ini sepertj yanh disarankan pelayan. Menyempatkan menyiapi Xiu dengan tangannya sendiri dan menidurkannya, sebelum kemudian ia makan malam seorang diri di meja makan yang besar.

Semua yang ada di apartemen ini begitu luas, yang membuatnya menjadi lebih kesepian dibandingkan di apartemennya sendiri.

Setelah kenyang, Liora masuk ke dalam kamar dan berbaring. Siap memulai hari esok dengan lembaran baru, yang ia harap masih tak berubah ketenangannya setelah pernikahannya dan Daniel.

Tengah malam, ia terbangun oleh rasa haus. Bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar menuju dapur. Kembali ke kamar dengan segelas air putih yang diletakkan di nakas dan ke kamar mandi. Tak lama ia keluar dan menutup pintu kamar mandi ketika pintu kamar didorong terbuka. Tubuh Liora menegang melihat ada seseorang yang datang, dan tercenung ketika menemukan Daniellah yang melangkah masuk.

Napasnya seketika tertahan, apa yang dilakukan pria itu di sini?

Jangan bilang ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro